Malaysia oh Malaysia …

Posted: 5 September 2009 in Sosial Budaya
Tag:, ,

Tari Pendet asal Bali

Akhir-akhir ini, hampir seluruh media kita memberitakan klaim Malaysia atas berbagai budaya Indonesia. Yang terhangat tarian pendet. Tarian persembahan masyarakat Bali ini diakui sebagai milik Malaysia. Sontak tragedi ini mendapat protes dari ribuan warga kita, terutama para generasi muda. Tak pelak presiden SBY pun angkat bicara memprotes klaim tersebut. Kejadian klaim-mengklaim produk budaya Indonesia oleh Malaysia, bukanlah kali pertama. Sejak tahun 2005, Malaysia telah memakai banyak produk kita untuk kepentingan mereka. Sebutlah misalnya rendang, reog, batik, lagu rasa sayang-sayange, dan masih banyak lagi. Produk-produk ini dijadikan sebagai sarana promosi pariwisata mereka untuk mewujudkan Malaysia is Truly Asia.

Penggunaan produk-produk tersebut sepanjang memperoleh izin dari masyarakat Indonesia, tidaklah terlalu dipermasalahkan. Namun jika Malaysia mengakui produk budaya tersebut asli budaya Malaysia, apalagi jika digunakan untuk kepentingan komersial, memang sepatutnyalah rakyat Indonesia melakukan protes keras.

Menurut catatan sejarah, hampir seluruh orang-orang – yang dikategorikan – Melayu Malaysia berasal dari Indonesia. Yang terbanyak diantara mereka berasal dari Minangkabau dan Bugis. Mereka telah pergi merantau ke semenanjung dan Borneo utara sejak empat abad lalu, meninggalkan tanah asal mereka di Sumatera dan Sulawesi. Kepergian mereka ke tanah seberang tentu membawa budaya-budaya leluhur mereka yang kemudian dikembangkan di Malaysia. Seperti halnya rendang, lemang tapai, dan dadih, yang sudah menjadi makanan khas masyarakat Malaysia. Okelah … masakan-masakan ini menjadi bagian dari budaya mereka, karena telah mendarah daging di tengah masyarakat Malaysia. Tapi tidak sepatutnyalah mereka mengklaim bahwa rendang dan lemang tapai yang dibawa oleh para perantau Minang, berasal dari Semenanjung. Apalagi tarian pendet, yang jelas-jelas diciptakan dan dikembangkan di Pulau Bali, dan tidak pernah membudaya di Malaysia, apakah layak untuk diakui mereka? Tidak masuk akal …

Rendang Padang

Sejak kolonial Inggris memberikan kemerdekaan kepada bangsa ini pada tahun 1957, Malaysia telah gamang dalam mencari identitas diri. Malaysia seperti halnya Singapura, merupakan negeri para perantau Indonesia, China, dan India. Oleh karenanya mereka tak memiliki budaya asli. Orang-orang Melayu asli semenanjung tak banyak memberi kontribusi kepada pembangunan negara, termasuk dalam mengembangkan budaya bangsa. Sehingga membajak budaya luar terutama dari Indonesia untuk kepentingan negara menjadi pilihan. Kurang kreatifnya warga Malaysia berbudaya, tercermin dari lagu kebangsaan “Negaraku” yang aransemennya merupakan karya komponis Prancis, Pierre-Jean de Béranger.

 
Sumber gambar : http://www.wartakota.co.id

Komentar
  1. Iklan Baris berkata:

    Sangat setuju dengan kalimat ini : “Seharusnya bersatu bukannya memperebutkan kebudayaan”. Sedih rasanya melihat dan mengamati perseteruan Indonesia-Malaysia yg makin meruncing. Akhirnya masyarakatlah yang jadi korban.. Lihatlah, cacian di sana-sini, semua tersulut emosi lantaran demi “membela” negara masing-masing. Bertanya-tanya dalam hati, sudah benarkah wujud pembelaan kita ini..
    Semoga cepat ditemukan solusi terbaik untuk mencegah polemik negara yang berkepanjangan ini. Hidup Indonesiaku..!!
    Iklan Gratis

    Suka

  2. Farihin berkata:

    Difinisi Melayu di Malaysia dengan Melayu di Indonesia adalah hal yang berbeda : di Indonesia, Melayu adalah salah satu dari ratusan suku di Indonesia. Sedangkan di Malaysia menurut UUD mereka, melayu adalah semua orang yang dari wilayah nusantara dan beragama Islam! Jadi orang Jawa/Aceh/Minang/Batak/Bugis/Sunda/Bali/Ambon asal beragama Islam disebut orang Melalyu.

    Difinisi ini berlaku pula di Singapura. Mereka memandang semua orang Indonesia adalah Melayu….(mereka selalu menyebut malay kepada orang Indonesia)

    Suka

    • afandri81 berkata:

      Definisi Melayu hingga kini sering membingungkan. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia tahun 1930 dan 2000, Melayu didefiniskan kepada masyarakat Deli, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat yang hidup di pesisiran. Sedangkan masyarakat Komering, Rejang, Aceh, dan Minangkabau, yang secara kultur mirip-mirip masyarakat pesisir timur Sumatera, berdiri menjadi etnis tersendiri. Orang Betawi, yang bahasanya dikenal dengan Melayu Pasaran, atau orang Minahasa yang berbahasa Melayu Timur, tidak diklasifikasikan sebagai Melayu.

      Di Malaysia, definisi Melayu jelas namun “menyesatkan”. Orang India atau Arab yang beragama Islam, untuk kepentingan politis, bisa dikategorikan sebagai Melayu.

      Suka

      • Zainal Arif Purwadi berkata:

        Selain itu, walaupun secara biologis nyata2 masih ras Melayu, namun kalo non-Muslim, mereka gak disebut Melayu, menurut definisi Malaysia/Singapura.

        Suka

Tinggalkan komentar