Sumatra, Dalam Pandangan Orang Malaysia

Posted: 11 Mei 2011 in Sosial Budaya
Tag:, , , , ,

Teritori Aceh yang meliputi Semenanjung Malaysia

Karuan saja bunyi posting Mohd. Am, salah seorang netter asal Malaysia, dalam sebuah forum dunia maya : www.topix.com. Dalam tulisannya, dia mengklaim bahwa Sumatra merupakan bagian dari Malaysia. Pernyataan ini didasarkan atas teritori Kesultanan Johor di abad ke-18, yang meliputi daratan Riau di Sumatra. Dalam konteks Riau pernah menjadi bagian Johor, memang tak ada yang salah. Namun dari judul yang diangkat : Sumatra itu Milik Malaysia, jelas merupakan bentuk provokasi yang jauh dari nilai-nilai ilmiah. Aksi ini tentu memancing banyak komentar dari para netter lainnya. Hingga tulisan ini diturunkan, telah ada 12.921 respons yang masuk ke dalam page diskusi ini. Sepanjang pengamatan saya — yang cukup sering mengunjungi website ini — mungkin posting Mohd. Am inilah yang paling banyak mendapatkan balasan.

Bukan kali pertama situs ini membuat geger masyarakat Indonesia. Sebelumnya seorang netter Malaysia lain, mengubah syair lagu Indonesia Raya dengan nada merendahkan. Merasa terhina, aksi tersebut spontan dibalas netter Indonesia, yang mengacak-acak syair lagu kebangsaan Malaysia : Negaraku. Tidak hanya itu, puluhan demonstran yang tergabung dalam kelompok Bendera, juga melempari Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta dengan plastik berisi kotoran manusia. Menurut koordinator aksi Adrian Napitupulu, tindakan tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk balasan atas klaim dan penghinaan yang dilakukan oleh bangsa Malaysia selama ini.

Mohd. Am sebenarnya bukanlah orang Malaysia pertama yang mendambakan bergabungnya Sumatra dengan Malaysia. Sebelumnya, sudah banyak pula rakyat Malaysia yang menginginkan hal tersebut. Cita-cita itu bahkan tak hanya di kalangan rakyat berderai, namun juga sampai ke tingkat elit pemerintahan Malaysia. Adanya rumor pembangunan jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Sumatra dengan Semenanjung, menjadi salah satu bukti keinginan tersebut. Bagi sebagian besar rakyat Malaysia, Sumatra merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan. Seperti halnya orang-orang Taiwan menganggap mainland China sebagai induk mereka, begitu pula masyarakat Malaysia memandang Sumatra. Pulau yang dijuluki dengan sebutan Suwarnadwipa itu, merupakan asal nenek moyang bagi 70% warga Melayu-Malaysia.

Rumah khas Minangkabau di Negeri Sembilan

Besarnya frekuensi penerbangan Kuala Lumpur-Padang di awal milenium ini, mencerminkan tingginya gairah warga Malaysia untuk mengunjungi sanak saudara mereka di seberang selat. Tanah Minangkabau, yang menurut penelitian Thomas Stamford Raffles sebagai sumber kearifan dunia Melayu, merupakan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan Malaysia saat ini. Sebuah biro perjalanan lokal mencatat, sebanyak 3.500 turis asal Malaysia datang mengunjungi Sumatra Barat (Sumbar) setiap minggunya. Roslina, sebut saja begitu, adalah salah seorang warga Malaysia yang acap menyambangi Sumbar. Walau tergolong renta, namun hal itu tak menghalanginya untuk kembali datang ke luhak nan tigo — sebutan untuk dataran tinggi Minangkabau yang menjadi tempat asal sebagian orang Malaysia. Menurutnya, kunjungan kali ini bertujuan untuk mencari sanak keluarga yang telah terpisah sejak puluhan tahun lampau. Hampir setiap bulan, ada puluhan Roslina lainnya yang datang mengunjungi Sumbar untuk mencari belahan famili mereka.

Minangkabau dan Malaysia memang memiliki keterikatan yang cukup kuat. Selain faktor sejarah dan politik, budaya nasional Malaysia-pun banyak menyerap unsur-unsur Minangkabau. Seperti sistem adat perpatih, seni bela diri pencak silat, hingga cara pengolahan kuliner. Kuatnya keterikatan Malaysia dengan Sumatra Barat, bisa terlihat dari besarnya bantuan pemerintah Malaysia kepada Pemda Sumbar. Mulai dari pembangunan infrastruktur, bantuan gempa 2009, hingga pemugaran Istana Basa Pagaruyung. Bahkan Rais Yatim, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia yang urang awak itu, menyokong diadakannya event tahunan Minangkabau Food Festival di Kuala Lumpur.

 
Sejarah Malaysia dan Sumatra

Kekuasaan Sriwijaya pada abad ke-8, yang sudah meliputi seluruh wilayah Malaysia

Di tilik secara historis, antara Sumatra dan Semenanjung memiliki kebersamaan politik yang cukup panjang. Pada abad ke-8 hingga 12, keduanya berada di bawah kekuasaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Ketika itu, kekuatan politik-ekonomi Sumatra menguasai hampir seluruh daratan Asia Tenggara, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kamboja, Thai, Vietnam, hingga Semenanjung Melayu. Dominasi Sriwijaya juga turut berperan dalam menyebarkan kebudayaan dan Bahasa Melayu ke seluruh Nusantara. Di penghujung abad ke-14, imperium ini mendapatkan serangan dari pasukan Majapahit. Putra mahkota kerajaan : Parameswara, berhasil melarikan diri ke Tumasik sebelum akhirnya berlabuh di kampung Malaka. Disini, atas bantuan Orang Laut, sang pangeran mendirikan Kerajaan Malaka. Berdirinya Malaka, mendorong terjadinya eksodus orang-orang Palembang ke Semenanjung. Disana mereka beranak-pinak, dan membawa kebudayaan serta kebiasaan hidup yang telah berlangsung lama.

Runtuhnya Imperium Sriwijaya, dilanjutkan oleh Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Minangkabau. Pada abad pertengahan, Pagaruyung merupakan salah satu kerajaan makmur di Nusantara. Kekayaannya disokong oleh hasil alam serta jaringan perdagangan yang cukup luas. Sejak abad ke-11, para saudagar Minang telah membangun koloni dagang mereka di sepanjang pantai barat Sumatra dan kedua belah sisi selat. Terbentuknya Negeri Sembilan, merupakan kerja besar para perantau Minang yang meneruka dan berniaga di wilayah tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga berkontribusi dalam pembukaan Pulau Pinang serta beberapa areal hutan di wilayah Selangor. Kesultanan Johor-pun sempat dipimpin oleh seorang pengelana Minang, sebelum akhirnya diambil alih orang-orang Bugis-Makassar.

Pada masa pembentukan negara Malaysia modern, orang Minangkabau kembali memainkan peran. Yakni dengan diangkatnya Tuanku Abdul Rahman, salah seorang keturunan raja Pagaruyung, sebagai Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia. Konon kabarnya, beliau pernah meminjam emas kepada ahli waris Pagaruyung, untuk mengisi pundi-pundi negara yang baru itu. Menurut berita yang dilansir koran Kontan, pinjaman tersebut bernilai cukup besar. Jika dikonversi dengan kurs saat ini, mungkin setara dengan Rp 350 triliun. Entah benar entah tidak, sampai hari ini belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak terkait dengan isu tersebut.

Air Asia, mengantar wisatawan Malaysia ke Minangkabau

Selain orang-orang Palembang dan Minangkabau, etnis Aceh-pun dianggap sebagai nenek moyang bangsa Malaysia. Menurut La Grand Encyclopedie, pada abad ke-16 Aceh telah meluaskan pengaruhnya ke seluruh utara Sumatra dan Semenanjung. Politik ekspansif ini, juga diikuti dengan perpindahan penduduk Aceh ke pantai barat Sumatra serta Semenanjung Malaysia. Kedah dan Perak, dua negara bagian di utara Malaysia, merupakan tempat dimana banyak dijumpai masyarakat keturunan Aceh. Selama masa pemerintahan Iskandar Muda (1607-1636), kontribusi Aceh atas negeri-negeri Melayu cukuplah besar. Berkat jasa beliau dan anak keturunannya, kebudayaan Melayu dipelihara dan dikembangkan. Kini warisan budaya yang dirawat bangsa Aceh sejak abad ke-17 itu, hendak diminta “paksa” oleh pemerintah Malaysia. Hal ini demi mewujudkan visi Malaysia 2020, sebagai pusat peradaban Melayu sedunia.

Bukan seperti yang diteriakkan oleh Mohd. Am beserta kroni-kroninya, fakta sejarah di atas jelas memperlihatkan betapa besarnya pengaruh Sumatra atas keberadaan Malaysia saat ini. Dan berkaca dari realita tersebut, perlu pula dipertimbangkan untuk membuat slogan Malaysia yang baru : “Malaysia is replica of Sumatra“. Hal ini mungkin sebagai langkah awal, untuk mewujudkan Sumatra-Malaysia bersatu.

 
Sumber peta : http://www.wikipedia.org
 
Lihat pula :
1. Kala Singapura Berpisah Dari Melayu.
2. Dilema Melayu (1).
3. Malaysia oh Malaysia ….

Komentar
  1. Witrianto Chaniago berkata:

    Ketika saya mengajar mata kuliah Sejarah Melayu di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas tahun 2002 (sebelum adanya klaim rendang, batik, dan reog oleh Malaysia), ketika ujian Mid Semester, dalam salah satu soal saya membuat pertanyaan sbb:
    “Sultan Deli, sewaktu peristiwa PRRI akhir tahun 1950-an, pernah menyatakan bahwa satu2nya cara supaya rakyat Sumatera bisa hidup makmur, kita harus bergabung dg Malaya, bagaimana pendapat anda?”
    Setelah lembar jawaban dikumpulkan, yang membuat saya terkejut adalah, ternyata semua mahasiswa yang berjumlah lebih dari 50 orang, menyatakan setuju dg pendapat Sultan Deli tersebut dengan alasan yg berbeda2. Secara umum sebagian besar mengatakan bahwa budaya kita jauh lebih dekat dengan Malaysia ketimbang Jawa yg terlalu mendominasi warna budaya Indonesia.
    Tujuan saya menuliskan pengalaman saya ini bukanlah untuk provokasi, tapi hanya sebagai renungan bagi kita semua.
    Terima kasih. jazakumullah

    Disukai oleh 1 orang

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Pak Witrianto atas komentarnya. Wacana bergabungnya Sumatra dengan Malaya, sebenarnya sempat dihembuskan oleh pemerintahan Dai Nippon (Jepang) yang berkuasa di Asia Timur pada masa Perang Dunia II. Mereka berpendapat, antara Sumatra dan Semenanjung Malaya memiliki kebudayaan dan bahasa yang lebih dekat, tenimbang dengan Jawa. Namun rencana ini gagal terwujud, dikarenakan kehendak para pendiri bangsa kita yang ingin menggabungkan eks-Hindia Belanda menjadi satu kesatuan. Konsep penggabungan eks-Hindia Belanda ini sebenarnya disusun oleh Mohammad Hatta, yang berlawanan dengan konsep Soekarno. Konsep Soekarno, yang bercikal bakal dari pemikiran Tan Malaka dan Mohammad Yamin, berkeinginan untuk menggabungkan seluruh negeri-negeri Melayu (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan) menjadi satu negara. Namun wacana ini ditolak ketika sidang penentuan batas-batas negara. Setelah Hatta mengundurkan diri pada tahun 1956, dan Soekarno tampil sebagai pemimpin tunggal republik, hasrat untuk menggabungkan Malaysia kembali menggelora. Oleh karenanya ketika negeri-negeri Semenanjung Melayu membentuk Federasi Malaysia, Soekarno menantangnya dengan politik “Ganyang Malaysia.”

      Soal kemakmuran Sumatra dewasa ini, tidaklah merisaukan buat saya. Di tengah-tengah bangsa Melayu, mungkin orang-orang di Sumatra-lah yang paling makmur kehidupannya. Hal ini terjadi tanpa harus menerapkan politik diskriminasi ala Malaysia. Menurut Anthony Reid dalam bukunya “Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia,” dikatakan bahwa rakyat Sumatra cukuplah makmur diantara masyarakat Kepulauan Nusantara lainnya. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat kepemilikan kendaraan bermotor serta pesawat televisi per rata-rata penduduk. Reid menambahkan bahwa diantara masyarakat Kepulauan Nusantara, orang Sumatra-lah yang paling lama mengenyam bangku pendidikan. Keterangan Reid inilah, ditambah laporan dari para peneliti lainnya, yang meyakinkan saya bahwa rakyat Sumatra cukuplah makmur. Justru kemakmuran Malaysia sekarang ini boleh jadi berkat usaha orang-orang keturunan Sumatra disana. Dari data yang tersedia, terlihat banyak sekali perusahaan-perusahaan yang dijalankan oleh masyarakat keturunan Sumatra, dibandingkan dengan orang-orang asli Semenanjung. Begitu pula halnya di bidang politik serta budaya, lebih banyak masyarakat Sumatra yang berjaya dibandingkan dengan penduduk asli Malaysia sendiri.

      Soal dominasi budaya Jawa di Indonesia, saya kurang sependapat dengan hal ini. Kalau kita tanyakan kepada para budayawan Jawa, justru mereka merasa terpinggirkan dengan banyaknya corak budaya Sumatra di dalam kebudayaan nasional. Yang pokok dan terpenting adalah soal bahasa. Dalam Sumpah Pemuda yang kemudian dikukuhkan dalam UUD 1945, Bahasa Melayu-nya orang Sumatra terpilih sebagai bahasa nasional. Bahasa Jawa, yang menjadi pengantar bagi sepertiga penduduk Indonesia — lebih banyak ketimbang pengguna Bahasa Melayu — harus mengalah untuk kemudian hanya ditempatkan sebagai bahasa daerah. Di samping itu adalah budaya demokrasi, yang sejak tahun 1998 kembali diterapkan di Indonesia. Dimana budaya demokrasi yang “duduk sama rendah berdiri sama tinggi itu”, lebih mencerminkan kultur Sumatra dibandingkan Jawa. Orang Jawa, kecuali masyarakat pesisir utara pada batas-batas tertentu, tak pernah mengenal istilah berdemokrasi. Lain halnya dengan orang-orang Sumatra, yang sejak lahir telah memiliki hak untuk bersuara. Berbicara tentang sastra dan musik, akan terlihat pula banyaknya warna Sumatra dalam kedua-dua hal tersebut. Seperti misalnya budaya petatah-petitih, pantun, dan gurindam dalam sastra, ataupun orkes Melayu di bidang musik. Jadi dalam negara Indonesia yang majemuk ini, ada baiknya budaya-budaya lokal terus dikembangkan untuk mengisi kebudayaan nasional. Sehingga tak ada satupun unsur budaya yang terlalu dominan di dalamnya.

      Suka

      • ferry berkata:

        Maaf, soal konsep indonesia. Bukannya dalam biografi soekarno, soekarnolah yg menginginkan indonesia itu gabungan pulau-pulau nusantara sesuai cita cita gajah mada ya? Hatta awalnya cuma setuju indonesia itu sumatera dan jawa aja karena hatta berpendapat nusantara terlalu besar untuk negara baru seperti indonesia. Irian barat juga gabung indonesia karena keinginan Soekarno. Setahu saya begitu ceritanya dalam biografi Soekarno.

        Suka

        • Afandri Adya berkata:

          Pada saat penentuan batas negara, ada dua kubu yang saling bertolak belakang. Kubu pertama yang dipelopori oleh Mohammad Yamin dan Soekarno, menginginkan batas-batas negara yang meliputi wilayah eks Hindia-Belanda, Malaya, Thailand Selatan, Kepulauan Filipina, Papua, dan Timor Timur. Hal ini didasarkan kepada cita-cita Yamin yang hendak membentuk Pan-Indonesia. Bahkan Tan Malaka pada saat itu mengusulkan agar wilayah Indonesia Raya juga mencakup Pulau Madagaskar. Keinginan Tan Malaka merujuk kepada sejarah kerajaan-kerajaan Indonesia silam, yang wilayahnya membentang dari Madagaskar hingga Papua.

          Sedangkan kubu kedua yang dimotori Hatta, hanya menginginkan wilayah Indonesia sebatas eks-Hindia Belanda saja. Kubu ini tak ingin berkonfrontasi dengan Inggris yang ketika itu masih kuat bercokol di Malaya. Selain itu Hatta juga mengkhawatirkan teori Kultur und Boden yang dipakai Yamin akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa imperialis, yang mencaplok negara-negara tetangganya hanya demi ambisi dan kejayaan.

          Suka

    • melatu berkata:

      Menurut himat saye, klu kepulauan riau bergabong dengan malaya, sangat-sangat setuju, pasti rakyak kepri lebih makmur,,ini pendapat saye,,

      Suka

  2. irma berkata:

    saya sbenarnya sedih dg masalah Indonesia dan Malaysia yg berlarut2….pdhl serumpun tp brantem trus….apalgi klo Amerika ikut memperkeruh keadaan. Seharusnya ngara2 yg serumpun bersahabat saling membantu bukan saling hina. perpecahan antar sukupun membuat saya khawatir dan bertanya2 apa 10 th lg papua dan aceh msh menjadi bagian dr NKRI.

    Disukai oleh 1 orang

  3. aryofri afan berkata:

    saya seorang mahasiswa andalas univesity program studi hubungan Internasional merasa sangat terbantu dengan tulisan ini dalam proses penelitian saya, menyangkut kepentingan nasional Malaysia di sumatera barat khususnya…yang saya ingin ketahui lebih dalam bagaimana pandangan para elit di malaysia terhadap sumatera barat melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan..mohon dibantu..

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Sdr. Aryofri, untuk menelaah hubungan antara Malaysia dan Sumatera Barat (serta Indonesia secara umum), ada baiknya baca : The politics of Indonesia-Malaysia Relations : One Kin, Two Nations, tulisan Joseph Chin Yong Liow.

      Suka

  4. MF berkata:

    saya warga Malaysia berketurunan Melayu Aceh menyokong penuh penyatuan Malaysia-Sumatera, doktrin ini bukan saja ujud baru2 ini, malah sejak tahun 1950an lagi selepas Indonesia mengkhianati Sumatera, saya yakin jika diberi referendum, pasti Sumatera memilih merdeka dari terus bergabung dengan kolonial Indonesia yang semakin tidak jelas, mereka di sana selalu bilang ‘NKRI Harga Mati’ tapi mereka sendiri yang membuat NKRI terus mati dengan tindakan mereka dengan melakukan pengkhianatan demi pengkhianatan..

    Disukai oleh 1 orang

    • Joe the justice berkata:

      Saya dari malaysia juga menyokong pernyataan anda.. ini kerana saya tidak boleh terima sejarah revolusi indon yg merogol dan membunuh kesultanan melayu di sumatra.. ini kerana sukarno menghantar org jawa ke sumatra sehingga melebihi jumlah penduduk sumatra sendiri.. berjuanglah demi kemerdekaan kamu semua wahai saudara ku.. kamu semua sepatutnya org malaysia.. bukan NkrI yg dah bankrupt tu..

      Disukai oleh 1 orang

      • Afandri Adya berkata:

        Terima kasih Joe the Justice dari Malaysia atas komentarnya. Ada beberapa catatan saya mengenai komentar Saudara.

        1. Yang mengantarkan orang-orang Jawa ke Sumatera bukanlah Soekarno, melainkan orang-orang Belanda. Hal ini terjadi pada perempat pertama abad ke-20, dimana pada masa itu pemerintah Hindia-Belanda — yang bekerjasama dengan sultan-sultan Melayu, membuka kawasan perkebunan di Sumatera Timur. Dimana untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja disana, direkrutlah para buruh-buruh yang kebanyakan berasal dari Jawa.

        2. Mengenai “Revolusi Indon yang merogol dan membunuh Kesultanan Melayu di Sumatra”, mungkin maksud Saudara adalah Revolusi Sosial di Sumatera Timur? Kalau itu yang Saudara maksud, mungkin Saudara terlalu berlebihan menyatakan bahwa revolusi itu disebabkan oleh kehadiran orang-orang Jawa disana. Menurut buku Anthony Reid yang berjudul : An Indonesian frontier: Acehnese and other histories of Sumatra, pada masa itu di Sumatera Timur, ada dua kelas yang berbeda : kelas penguasa (sultan-sultan Melayu, Simalungun, dan Karo) serta kaum republiken — yang banyak dimotori orang Aceh, Minangkabau, Mandailing, Jawa, dan orang-orang Melayu sendiri. Dari dua kelas tersebut — yang saling bersaing dan saling mengenyahkan itu, kemudian terjadi konflik yang maha hebat. Dimana kaum republiken yang sebagian besar berideologi Islam-kiri, menginginkan adanya demokrasi langsung serta menghapus sistem feodalisme yang selama ini dianggap telah menyengsarakan rakyat. Sedangkan kaum kerabat sultan, yang masih setia dengan pemerintah Belanda, hendak mempertahankan status quo. Adanya dua pandangan dan dua kepentingan yang berbeda itulah, yang kemudian menjadi pangkal bala terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur. Meski kaum republiken berhasil menggalang massa dan menumbangkan kekuasaan raja-raja, namun menurut Reid, dari kerusuhan ini tak ada pihak yang keluar sebagai pemenang. Para pemimpin republiken yang sempat berkuasa itu, kemudian malah saling serang memperebutkan estat-estat perkebunan milik para sultan. Akhirnya, atas intervensi pemerintah pusat, posisi mereka dilikuidasi dan kedudukan para raja-raja-pun kembali dipulihkan, meski sudah tak lagi berkuasa.

        Pada tahun 1945-1946, tak hanya di Sumatera Timur saja terjadi revolusi sosial. Namun juga di pesisir utara Jawa (Tegal, Brebes, dan Pemalang) serta Pidie, Aceh. Di pesisir Jawa, keluarga-keluarga penguasa tradisional yang selama ini dianggap telah bekerjasama dengan Belanda, ditangkap dan diusir dari wilayah kekuasaan mereka. Sedangkan di Pidie, Aceh, kelas-kelas penguasa (uleebalang) yang dipandang sebagai antek-antek Belanda, terusir dan banyak pula yang kemudian dibunuh.

        Revolusi memang sering memakan anak kandungnya sendiri. Dan inilah yang terjadi di Indonesia, pada masa pasca-proklamasi hingga dekade 1950-an.

        Mengenai peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur, bisa dibaca pada artikel berikut : Revolusi Sosial 1946 dan Runtuhnya Kesultanan di Sumatera Timur

        Suka

      • Dangkal215 berkata:

        Saya dari indonesia.anda tak yah sok suci.lihat ape yg terjadi pada hari ini politik di malaysia.pemimpin malaysia najis tu lihat ape yg terjadi pade die.pemimpin penuh raswah.tak tau berterima kasih pada pemimpin veteran yaitu pde tun mahatir.dasar bangsa pengacau.

        Suka

        • sufi berkata:

          jangan sibuk2 ah dgn rasuah di negara orang lain. rasuah negara orang lain itu, sekurang2nya peluang kerja masih ada diberikan kepada rakyatnya, rasuah dinegara awak? rakyatnya datang cari kerja di negara yg awak kata banyak rasuah!. di sini siapa lebih rasuah..?

          Suka

    • usman berkata:

      Iya saya lebih memilih jadi rakyat malaysia dari pada indonesia, saya orang padang dari pariaman suku saya sikumbang saya merantau di tanah jawa barat, tapi saya diperlakukan layaknya orang asing oleh warga jawa barat seolah olah saya ini bukan bagian dari NKRI hampir semua orang padang yang merantau sendiri di perlakukan seperti itu, saya harap terlaksana, amin ya ALLAH

      Disukai oleh 1 orang

    • EMAN SETIAWAN berkata:

      SAYA ORANG INDONESIA….PECINTA INDONESIA…

      Suka

  5. Roy Mond berkata:

    Gw orang Minang, kalau boleh memilih, mendingan Sumatera masuk wilayah negara malaysia dari dulu, pasti orang sumatera juga makmur seperti orang Malaysia, dari pada bergabung dengan Indonesia, cuma jadi sapi perahan Jawa….yang dibangun cuma Jawa mulu, yang jadi presiden juga harus orang jawa. Sumatera pasti akan maju kalau jadi negara sendiri, atau bergabung dengan Singapura atau Malaysia.

    Disukai oleh 1 orang

    • Muhammad Wildhan Laksana berkata:

      Jangan Singapura, Malaysia aja. Kalo Singapura Dikuasai Keturunan Cina…………..

      Disukai oleh 1 orang

    • Muhammad Emil berkata:

      Menurut saya lebih baik sumatera merdeka atau tetap gabung indonesia. Pertama yang saya amati bahwa budaya malaysia di kuasai oleh kultur Budaya melayu johor. Jika anda lihat melayu negeri sembilan sekarang pada proses johorization. Tadinya orang negeri sembilan berlogat o , sekarang banyak yang menggunakan logat e pepet. Budaya johor aslinya meliputi KL, Johor, Selangor,Melaka. Itulah budaya yang dominan di malaysia. Apalah bedanya dengan jawa di indonesia.

      Suka

    • hamb allah berkata:

      Katuju dek ambo

      Suka

    • Ananda ravelio berkata:

      Kalian tau sabah dan sarawak? Mereka saja sering di tindas dengan orang semenanjung, bahkan saya melihat komentar salah satu warga sarawak di youtube, orang semenanjung mengatai orang orang sarawak dan sabah monyet. Terlebih lebih maju semenanjung dari pada sabah sarawak, gak beda jauh sama indonesia yg katanya lebih memakmurkan jawa, bedanya Indonesia memiliki wilayah yg lebih luas dan di pisahken oleh laut, yg membuat susah membangun wilayah luar pulau jawa, karena jawa merupakan pusat segala aktivitas di indonesia, di jawa bukan hanya suku jawa dan sunda; sumatra, kalimantan, sulawesi, maluku, nusa tenggara sampai papua-pun ada di pulau jawa, karena 60% penduduk indonesia ada di pulau jawa. secara tidak langsung lebih dari setengah penduduk indonesia hidup makmur di pulau jawa, bukan berarti pulau lain tak makmur, karena sebentar lagi pusat indonesia akan di pindahkan ke pulau kalimantan, agar pembangunan di indonesia lebih merata

      Suka

      • Shariff Mat Din berkata:

        sabah dan sarawak itu masuk malaysia secara aman melalui referandom, aman2 saja beda dgn indon yg merupakan penerusan penjajahan belanda. sabah ,sarawak dan singapore memilh bergabung tetapi brunai menolak. kemudian singapura memilih keluar. jelas disini tiada paksaan dan aman2 aje. berbeda dgn indon yg merupakan penjajahan pulau jawa keatas pulau2 lain.
        maka tidak hairan berlaku perang untuk bebas merdeka di aceh, papua dan timor leste.
        sabah dan sarawak lebih maju dan baik dari mana2 wilayah indo. lihat saja saja diperbatasan akan terlihat perbezaan diantara kalimantan dan sabah sarawak ibarat langit dan bumi.pembangunan ada dimana2 kerana peruntukan untuk sabah dan sarawak adalalah lebih besar dan melebihi mana2 negeri disemenanjung walaupun penduduk semenanjung adalah 80% penduduk malaysia.
        disemenanjung juga ramai penduduk yg berasal dari sabah,sarawak yg berhijrah. malah majoriti menteri2 malaysia adalah dari sabah dan sarawak. ini adalah kerna penduduk sabah dan sarawak adalah pendukung parti pemerintah sehingga dikenal sebagai fix deposit BN. tanpa sokongan pemilih dari sabah dan sarawak sudah pasti parti BN akan kalah kerna majoriti penduduk semenanjung menyokong parti pembangkang.

        Suka

    • usman berkata:

      Iya bro saya juga setuju gabung dengan malaysia, status kewarganegaraan saya hampir tak berharga di jawa barat, orang-orang padang senasib dengan orang cina (jadi minoritas)

      Suka

  6. adenk berkata:

    mantap bos……!! Saya juga asli minang, saya berpendapat bagus kalau minang dan malaysia tu bersatu ketimbang indonesia, karena latar belakang budaya yang persis sama. Minang sudah banyak menyumbangkan kontribusi pada Indonesia tak sebanding dengan Indonesia memberikan pada minang. Contohnya presiden indonesia yang Assat tidak dipublikasikan, Rohana kudus dan siti manggopoh mungkin lebih banyak berpengaruh ketimbang kartini, tapi cuma kartini yang di agung2 kan. Lagian sudah ditolong dengan PDRI malah di perangi tanpa terimakasih. Selayaknya yang menjadi daerah istimewa di Indonesia adalah SUMBAR. sepertinya org minang tak boleh jadi pemimpin sebab mungkin indonesia takut.

    Suka

  7. mohd jihad berkata:

    sya bukan minang tpi menelusuri sejarah bahasa dan budaya kami, nenek moyang kami berasal dari kerajaan pagaruyung…ketimbang bersatu dengan malaysia, mungkin lebih bagus membentuk negara sendiri….yang merdeka dan berdaulat tanpa harus merasa jadi anak bungsu.

    Suka

  8. ade berkata:

    Aku juga warga Sumatra, sebelumnya maaf dulu, apa kalian mau gabung sama malaysia, yang masih ditindas sama negara lain, yg harus tetap membayar pajak. Indonesia itu krn Kaya makanya mau di rebut terus, seandainya Sumatra di ambil sama negara lain, jaminan buat kita” mengembangkan Sumatra ini ngk ada bro!!! Kita hanya jadi pekerja semata yang ada sampe mati, hak milik punya Negara, mau dibuat kayak gitu??? Aduh bro lihat itu kedepan jangan hanya sekarang aja…

    Suka

    • henry berkata:

      Saya sangat yakin anda bukan org sumatra,krn kalau mau jujur 90 % masyarakat sumatra menginginkan bergabung dgn malaysia krn budaya dan bahasa memang sumatra dan semenanjung sudah tdk bs d pisahkan.
      Dan yang paling ironis lg 90 % warga sumatra hny bs di suguhi siaran tv malaysia jika mrk gunakan antena biasa,tv indonesia ntah dimana.

      Suka

      • Samsinar berkata:

        Bodoh, anda berbicara tanpa fakta. Kami yang tinggal di Sumatera merasa aman aman saja, apalagi saya yang tinggal di Payakumbuh, salah satu daerah di minangkabau tidak merasakan hal-hal yang seperti anda katakan. Nenek moyang kami sudah banyak berkontribusi untuk negeri ini baik dengan tenaga, pikiran, materi bahkan darah oleh karena itu kami tidak akan mengkhianati perjuangan nenek moyang kami. Kami cinta Indonesia tapi memang tak bisa dipungkiri terkadang ada rasa tidak adil di bidang pembangunan dan lain lain namun hal itu buka jadi masalah, kitalah dan generasi muda yang akan mengisi bagaimana republik ini kedepannya menjadi lebih baik lagi

        Suka

  9. Khery Aprilia berkata:

    Permisi koment z bukan siapa2 tapi menyusuri jejak Indonesia Malaysia yg serumpun maka Marilah Bergandengan Tangan memperbaiki hub kedepanx. TIDAK USAH MELIHAT LG KEBELAKANG ADA APA & BAGAIMANA yg lalu biarlah Berlalu yg sudah ya sudah. tdk akan Maju klo selalu mo melihat Kebelakang Don’t Look Back… Mari menatap kedepan singsingkan lengan Baju tuk berbuat mengisi Pembangunan kedepan buat dearah kita masing2, tanpa trpengaruh dg ulah politikus Di Pusat klo itu mengecewakan… Kami di daerah Kami mencoba membangun tanpa trlalu mengharap APBN. Seorg Bupati di sini mencoba itu dan perlahan tapi pasti lbh cepat berhasil daripada mengharap APBN. PAD daerah meningkat, ekonomi Rakyat yg berbasis Agrikultur terdongkrak berkat kepintaran Pemimpinx mnjalin kerjasama dan mencari dukungan Dana dari Luar yg selama ini menjadi teman Bisnis ato Tempat Sekolah dulu diluar… Ttg Malaysia mari kita bergandeng tangan toh warga Malaysia serta Pemimpin di bbrp Kerajaan adalah masih satu dg Keturunan dari kami di Indonesia dan bbrp Wilayah Di Indonesia klopun ada Budaya yg sama itu karena dibawa oleh Migrasi dari Indonesia yg sdh beranak pinak dan menjadi Warga Malaysia jadi tdk perlu heran jika ada Budaya kita yg sama… Demokrasi Kepemimpinan Malaysia yg masih menganut Kerajaan pd tiap2 negara Bahagian itupun diadopsi dari demokrasi Kepemimpinan org Bugis Yg banyak masuk dlm Pemerintahan Malaysia melalui Kerajaan Riau- Lingga – Johor, Pahang, Neg Sembilan. Perak. Aceh. Kalimantan Barat & Timur serta Kerajaan di Jawa Timur… Bhw tdk mutlak Anak keturunan lurus kebawah yg menjadi Penerus Kepemimpinan Bisa Saudara ato kemenakan maupun sepupu yg penting punya sifat2 Kepemimpinan yg Baik, beragama. Jadi Falsafahnya adalah MARADEKE TO WAJOE ADE’NAMI NAPOPUANG…. (bangsa Kami Suku Bugis Wajo adalah Org Merdeka yg bebas memilih Pemimpin dan dipimpin oleh siapapun yg memiliki sifat beradat menurut hukum adat dan Hukum Agama Islam, maka itulah yg bisa dipertuankan)… Klo dirujuk sekarang ya bisa Indonesia bisa Malaysia bisa daerah sendiri… Tapi itu jangan krn sekarang ini tiap Negara punya aturan main punya aturan tuk mempertahankan keutuhan Negarax dan sbg Warga Negara kita harus mematuhi itu semua… Wajib mendukung Pemerintahan Bangsa n Negara Indonesia apapun itu… Sebaliknya Pemerintah juga jangan terpokus pd Pembangunan sinten Sentralisasi, sebab Indo ini terdiri dari beberapa wilayah yg terhampar dari ujung Sumatra sampai ujung Papua…. Bukan cuma Jawa semata… Jadi perlu hati2 dalam pendistribusian pembangunan di segala bidang….

    Suka

    • malayan union berkata:

      Saya setuju..satukan Malaysia dan Indonesia bukan dgn politik..tetapi dengan kerukunan kerjasama dan persaudaraan..kita bersaudara dari nenek moyang yg sama..pandanglah ke hadapan, bukan belakang..kita pasti bersatu ..(salam dr peranakan bugis wajo)

      Suka

  10. Roo Zzy berkata:

    ambo urang minang>>>>terima kasih informasi nya…….yang jelas gak lama lagi sumatra bakalan lepas dari indonesia.>>>>>TAMBUAH CIEK DA

    Suka

  11. bahroni rofiqul van java berkata:

    hem, saya orang jawa, asli jawa. saya heran dengan warga negara indonesia yang mengatakan mereka lebih memilih malaysia daripada negaranya sendiri. dalam Islam sendiri (agama mayoritas Suku Minangkabau) dikatakan cinta negara adalah sebagian dari iman. Kalau kalian lebih memilih bergabung dengan malaysia, terus orang papua milih merdeka sendiri, terus orang aceh juga ingin merdeka, lalu madura juga ingin merdeka sendiri. maka pasti nama Indonesia itu tinggal nama saja. Indonesia itu bukan Jawa, indonesia itu kalian juga. Kita semua. terkadang saya tersenyum ketika ada krittikan menyatakan bahwa Jawa yang menguasai Indonesia. Ini perlu diluruskan kawan, sungguh. Suku Jawa itu hanya menang gara-gara jumlahnya banyak, memang sudah prinsip orang Jawa dari dulu : banyak anak, banyak rejeki, makanya lebih suka memiliki anak banyak. Paling tidak itulah yang bisa saya tangkap dari para sesepuh Jawa. Tapi orang Jawa tidak menguasai kekayaan Indonesia. Kalian kira di JAWA itu negeri yang makmur? tidak kawan. Di desa-desa di Jawa juga melarat seperti luar Jawa, hanya kota-kotanya saja yang kelihatan mewah. Bahkan kadang saya miris dan berpikiran, yang Jawa Tengah dan dekat Ibukota saja begini apalagi yang di Papua sana.

    Orang jawa juga tidak menguasai perekonomian, lihat siapa yang jadi pengusaha-pengusaha, kebanyakan adalah saudara kita Tionghoa karena kegigihan mereka. Dalam prinsip Jawa sendiri, hidup itu sekedarnya saja, sakcukupe ora usah nggrangsang. Kebudayaan Jawa pun bukan kebudayaan yang populer di tanah air. Saya yang suku Jawa ini bahkan tahu dengan persis sebagian anak-anak Jawa itu sudah tidak bisa bahasa Jawa, bisanya Bahasa Indonesia.Untuk mempertahankan budaya Jawa rasanya sangat sulit sekali. Malah saya ingat betul, dari sejak SD, saya sangat suka membaca cerita-cerita di perpustakaan sekolah. Kebanyakan pengarangnya orang Minang. Hingga saya waktu itu berpikiran betapa indahnya kota Bukit Tinggi yang sering disebut-sebut itu.

    Saya juga sangat tidak setuju jika presiden itu harus orang Jawa. Dan kebanyakan orang Jawa berpendapat seperti itu, kenapa? karena keyakinan bahwa pemimpin yang baik itu bukan dilihat dari sukunya, tapi dilihat dari seberapa besar pengorbanannya dan rasa memilkinya pada bangsa yang besar ini. Dalam istilah Jawa: melu handarbeni, rasa ikut memiliki. Silahkan siapapun presidennya, yang penting kompeten. Kita tunggu Presiden 2014.

    Untuk masalah kesejahteraan negara kita yang kalah dengan negeri jiran. Memang saat ini negeri kita sedang di bawah. Bukankah hidup kadang di bawah dan kadang di atas. Tinggal kita, bagaimana kita untuk membangun dan mendedikasikan perjuangan kita untuk daerah masing-masing agar dapat membangun Indonesia secara keseluruhan.

    Lucu sekali bukan Kawan, ketika orang Jawa yang merupakan masyarakat paling tertinggi tingkat kemiskinannya di Indonesia masih harus dibebani dengan ejekan penjajah suku bangsa lain. Sebuah hinaan yang tidak hanya diungkapkan oleh orang malaysia untuk memecah kesatuan bangsa, tapi yang lebih memilukan lagi juga dihujatkan oleh saudara sendiri. Mungkin yang patut disalahkan adalah Pemerintah kita dan kita sendiri. Mengapa pemerintah tidak dapat konsekuen menerapkan UUD 45 yang luhur, dan kenapa kita harus memilih dan tertipu pemerintah kita itu, serta kenapa kita tidak mampu melakukan usaha lebih untuk negeri ini.

    Saya selalu bangga Indonesia yang terdiri dari suku-suku mulai dari Aceh hingga Papua. Sungguh sial kenapa saya musti cinta negeri ini (damn I love Indonesia). Tapi entahlah, aku selalu suka melihat keanekaragaman negeri ini. Bahkan saudara Papua, merupakan salah satu ciri khas Indonesia yang membedakan dengan Malaysia. Tanpa Papua, Indonesia sama dengan Malaysia.

    Kita juga memiliki kebebasan, dalam beragama, berkreasi, bicara dan berpendapat. Heem… ini mungkin kelebihan kita dibanding Malaysia. Saya tetap cinta Indonesia dari Aceh sampai Papua, bukan hanya jawa. Sungguh sangat sial kenapa aku cinta Indonesia. Bahkan aku menulis komentar ini dengan bahasa indonesia yang tidak ada persis-persisnya dengan bahasa ibuku. Katur sembah nuwun, kagem sedaya Bangsa Indonesia. (salam untuk semua bangsa Indonesia)

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Sdr. Bahroni atas komentarnya. Kerisauan Anda mengenai ingin bergabungnya sebagian warga kita dengan negara jiran, sebenarnya juga merupakan kerisauan banyak masyarakat Indonesia lainnya. Keinginan mereka tersebut terutama dipicu oleh ketimpangan distribusi ekonomi dan kepemimpinan (politik) nasional. Kedua-dua inilah yang menjadi tantangan pemerintah dan kita bersama.

      Namun jangan cemas Bung Bahroni, meskipun saat ini Indonesia tertinggal secara ekonomi dari negara-negara tetangga (Singapura, Malaysia, dan Thailand), namun dalam tiga dekade mendatang, Indonesia akan menjadi negara maju. Jika saja pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil, yakni pada kisaran 6-6,5% per tahun, maka menurut IMF di tahun 2045 nanti, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia, setelah China, India, dan AS. Pada saat itu, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia telah mencapai USD 40,000 (saat ini USD 4,000) atau nomor dua tertinggi di ASEAN setelah Singapura. Jika saja itu bisa terwujud, maka teriakan segelintir orang yang ingin memisahkan diri atau pindah kewarganegaraan bisa diredam.

      Untuk urusan politik, kita boleh berbangga. Karena saat ini Indonesia merupakan negara dengan tingkat stabilitas politik yang cukup baik. Bahkan jika ditinjau secara demokrasi, perpolitikan Indonesia bisa dikatakan lebih baik dari negara manapun di ASEAN. Singapura yang merupakan negara dengan stabilitas politik cukup mantap, malah belum mampu menyelenggarakan suksesi kepemimpinan seperti halnya di Indonesia. Apalagi Malaysia yang perpolitikannya masih didominasi UMNO (seperti halnya Golkar di zaman Orba), bisa berpotensi terjadi chaos yang akan memperlemah mereka. Perpolitikan Thailand juga cenderung labil, dengan kekuatan militer yang sewaktu-waktu bisa mengkudeta. Melihat demokrasi yang sudah begitu baiknya di Indonesia, tentu kedepannya kita mengharapkan bisa mendapatkan pemimpin yang berkualitas dan amanah, yang bisa membawa kita menjadi negara maju yang disegani oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia.

      * * *

      Anggapan yang mengatakan bahwa Suku Jawa terlalu dominan, memang masih sering terdengar pada sebagian masyarakat kita. Hal ini terutama dalam masalah perpolitikan nasional. Namun menurut pendapat saya, sepanjang itu dilakukan secara adil dan wajar, maka tak menjadi persoalan. Yang menjadi masalah adalah jika dominasi tersebut menyebabkan terjadinya kolusi dan nepotisme, seperti yang terjadi pada zaman Orba. Sebenarnya jika kita menilik sejarah nasional, orang Minang-pun pernah mendominasi politik nasional, terutama pada masa revolusi fisik tahun 1945-1950. Pada saat itu hampir sebagian besar Perdana Menteri (kepala pemerintahan) kita, dijabat oleh orang Minang. Bahkan oposisi yang sering mengkritisi kebijakan Perdana Menteri itupun, juga para politisi asal Minangkabau. Kala itu Tan Malaka dan Mohammad Yamin (oposisi), sering mengkritisi kebijakan Hatta dan Sutan Syahrir (pemerintah).

      Mengenai distribusi perekonomian nasional, memang saat ini terlihat adanya ketimpangan yang cukup besar antar daerah di Indonesia. Pulau Jawa memang masih yang terbesar, dengan penguasaan lebih dari 57% perekonomian nasional. Meski perekonomian Jawa yang terbesar, namun kue tersebut tak sepenuhnya dinikmati oleh etnis Jawa saja. Tetapi juga dinikmati oleh rakyat Indonesia lainnya yang merantau ke Pulau Jawa.

      Malah jika kita melihat secara seksama, porsi terbesar perekonomian Jawa tersebut, kebanyakan dinikmati oleh pendatang dari luar Jawa. Parada Harahap dalam perjalanannya menengok situasi perekonomian Pulau Jawa pasca-kemerdekaan, melaporkan bahwa mayoritas modal yang ditanam di Jawa, merupakan kepunyaan orang-orang Tionghoa, Arab, dan sebagian kecil orang-orang Sumatra. Richard Robison dalam bukunya : Indonesia, the Rise of Capital, juga mengkonfirmasi hal tersebut. Menurutnya selain orang Tionghoa dan Arab, pengusaha “pribumi” yang cukup berperan dalam perekonomian Jawa (dan nasional) kebanyakan datang dari Sumatra, seperti : Hasyim Ning, Dasaad, Ghani Azis, Wahab Affan, Rahman Tamin, Sidi Tando, Djohan & Djohor, Sutan Sjahsam, dan Achmad Bakrie.

      Suka

      • Taufik berkata:

        Saudara-saudaraku di Indonesia, usah khuatir, Malaysia tidak akan bersetuju untuk digabungkan dengan Sumatera kerana hubungan baik Kuala Lumpur-Jakarta harus dipelihara. Memang benar banyak segi kehidupan di Malaysia lebih baik jika diketimbang di Indonesia. Tetapi saya percaya, jika pemerintah Indonesia dapat mengurang tahap korupsi (untuk buang 100 persen agak mustahil), Indonesia boleh menjadi lebih maju dari Malaysia. Orang Indonesia bekerja kuat dan rajin, cuma pemerintah tidak dapat menjaga keseluruhan NKRI untuk pembangunan. Hal ini mungkin Indonesia terlalu luas banding Malaysia. Namun pemerintah Indonesia, perlu ikhlas membangunkan bangsa Indonesia. Mana-mana yang elok dari Malaysia atau jiran tetangga lain, boleh ditiru demi kemajuan bangsa Indonesia.

        Suka

    • to kaili berkata:

      Saya org palu+bangsa indonesia..
      Sangat setuju dgn komen saudara
      “berbeda ttp satu jua”

      Suka

  12. Saya orang Jawa dan saya mencoba objektif; orang Jawa mungkin mendominasi dalam satu bidang mungkin juga tidak. Tetapi saya berfikir bahwa orang Jawa secara umum tidak tamak/rakus terhadap ekonomi/harta, sehingga secara umum orang Jawa dapat diterima di semua etnis. Secara umum pula orang Jawa lebih mengedepankan kebersamaan yang harmonis, hidup saling menghargai. Kalaupun ada orang Jawa yang menyimpang dari sifat demikian akan bertentangan dengan pesan-pesan orang Jawa yang bijak : “Rukun Agawe Sentosa, dan 10 pesan lainya berikut ini:

    Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa.

    1. Urip Iku Urup
    Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.

    2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
    Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

    3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
    segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

    4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
    Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.

    5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
    Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

    6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
    Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.

    7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
    Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

    8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
    Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

    9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
    Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

    10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
    Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

    Sekian, terima kasih

    Wassalam

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Mas Suhanto, telah berbagi mengenai nilai-nilai falsafah Jawa. Saya setuju dengan pendapat Mas Suhanto. Jadi jika ada orang Jawa yang rakus atau gila kekuasaan, itu hanya “oknum” orang Jawa.

      Suka

  13. supriyanto berkata:

    Saya sangat suka dengan diskusi2 ini, pembahasan ini memang ber-unsur SARA, namun para komentator berdiskusi dengan sangat baik, ada alurnya dan diskusi ini tampak ‘cerdas’ dan ‘berisi’. Jujur saja, perbincangan dengan gaya seperti ini wajib di-contoh oleh para pemimpin2 kita….. two thumbs for you all guys…

    Suka

  14. putra sumsel berkata:

    INDONESIA BUKAN NEGARA JAWA BUKAN NEGARA MAJAPAHIT. INDONESIA TERBENTUK KAARENA PERSAMAAN NASIB SEBAGAI BANGSA TERJAJAH OLEH KARENA ITULAH INDONESIA BERSATU DAN MERDEKA. DAN INDONESIA LEPAS DARI HINDIA BELANDA BUKAN KARENA JAWA TETAPI KARENA SERANGAN JEPANG DALAM PERANG DUNIA KEDUA. DAN JEPANG PERGI DARI INDONESIA KARENA KALAH PERANG DENGAN SEKUTU. JANGAN LAGI BAWA BAWA MITOLOGI-MITOLOGI JAWA DALAM NEGARA INDONESIA. BICARA JAWA JAWA SAJA JANGAN BAWA BAWA INDONESIA. INDONESIA MILIK RAKYAT DARI SABANG SAMPAI MEROKE.

    JAWA FITNAH DAN DONGENG BABAD JAWI AJA YANG KALIAN BESAR-BESARKAN. APALAGI SABDO PALON SERAT GONDAL GANDUL JAWA ITU KAMU TAUKAN SABDOPALON APA ISINYA??? ITU ADALAH FITNAH KEJI TERHADAP ISLAM. SABDOPALON ITU PENGHUNI KERAK NERAKA JAHANNAM.

    Kalau kalian orang Jawa nulis sejarah, rusak semua sejarah acak-acakan semua sejarah gak tersusun semua dilabrak yang penting Jawa. Arya Damar/Adityawarman kata orang Jawa adalah anak Brawijaya menikah dengan ibu Raden Patah sedangkan Raden Patah adalah putra Brawijaya juga. Artinya Raden Patah itu adalah anak tiri Arya Damar dan sekaligus adek Arya Damar gak mungkin Arya Damar penganut Islam yang taat itu menikahi dan mengawini ibunya sendiri dan punya anak yang bernama Raden Husen jadi bagaimana Arya Damar Raden Patah, Raden Husen ibu Raden Patah. gak mungkin itu terjadi. bukan Ken Arok Arya Damar itu yang tukang berzina dengan istri majikan. Gak ada orang Sumatra seperti itu. Entah kalau Jawa hal seperti itu mungkin biasa. Berzina dan kawin punya anak dengan ibu kandung saja mungkin biasa kalau di Jawa

    Jika ibu Raden Patah orang Campa keturunan Cina dan keturunan sayyid Al Samarkhan, maka ibu Raden Fatah itu adalah syarifah. Sedangkan Ayah Raden Fattah adalah Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau Raja Champa) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam ) ibni Jamaluddin Al-Husain (Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibni Abdullah ibni Abdul Malik ibni Alawi Amal Al-Faqih ibni Muhammad Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni ahmad Muhajirullah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah SAW .

    Ibu Raden Fatah sebenarnya masih mempunyai kekerabatan dengan ayahnya Raden Fatah (wan bo/yang menjadi raja di Campa). Pernikahannya adalah kaffah sama-sama keturunan Rasulullah SAW. Tidak ada hubungannya dengan Jawa apalagi dengan Brawijaya V. Raden Fatah ke Jawa untuk menemui paman/wak dan sekaligus berguru kepadanya. Paman/wak Raden Fatah itu bernama Sunan Ampel. Sedangkan Arya Damar juga sayyid masih mempunyai kekerabatan dengan Campa dan Melayu Seriwijaya. Arya Damar tidak ada hubungannya dengan Jawa, apalagi dengan Brawijaya V. Arya Damar adalah raja Palembang. Hubungan Palembang dengan Majapahit adalah setara bukan sebagai taklukkan. JANGAN LAGI DIKATAKAN PALEMBANG ADALAH TAKLUKKAN MAJAPAHIT. TIDAK ADA PRASASTINYA DI PALEMBANG.

    Kemudian ibu Raden Fatah ini setelah suaminya meninggal karena Campa mendapat serangan dari Cina/Khemer, maka dia hendak menemui Sunan Ampel yang masih sepupunya. Dan ketika berada di Palembang, dinikahkanlah oleh Sunan Ampel dengan raja Palembang yang bernama Arya Damar. Jadi pernikahan ibu Raden Fatah dengan Arya Damar ini juga kaffah (sayyid dan syarifah/keturunan Rasulullah SAW). Tidak ada sedikitpun hubungan dengan Jawa, baik itu Raden Fatah ataupun Arya Damar ataupun ibu Raden Fatah. Kalau Raden Patah diisukan anak Brawijaya/keturunan Jawa, sebenarnya adalah mungkin rekayasa wali songo untuk mendapat dukungan dari orang Jawa dan sekalgus legitimasi sebagai ahli waris Majapahit/Brawijaya V. Untuk mendirikan kerajaan Islam di Jawa yang rajanya adalah Raden Fatah.

    Ketika Demak hancur maka keturunan Raden Patah ke Palembang. Sebenarnya mereka ke Palembang pulang kampung. Karena memang Palembang adalah negeri leluhurnya, nenek moyang mereka memang orang Palembang. Demak itu bukanlah kelanjutan Majapahit. Demak adalah perpanjangan tangan Palembang. Demak menghancurkan Jawa Majapahit yang sudah pindah ke Daha dengan raja Girindra. Girindra ini adalah menantu Brawijaya V, raja Majapahit Mojokerto. Brawijaya V dan Majapahit di Mojokerto dihancurkan oleh Daha. Dan Raden Fatah dengan pasukannya yang terdiri dari 80% orang Palembang yang datang langsung dari Palembang dan 20% santri/murid wali songo. Demak belum punya tentara. Demak belum jadi kerajaan. Setelah Demak menghancurkan Majapahit di Daha dan membunuh Girindra barulah kerajaan Demak berdiri. Peristiwa ini digambarkan pasukan Palembang datang menyerang Majapahit Daha bagaikan ombak yang bergulung-gulung dan bagaikan air bah yang membumihanguskan Majaphit Daha. Peristiwa ini sama persis dengan peristiwa Pralaya yang melenyapkan kerajaan Medang dan membunuh semua pembesarnya yang mana Medang pada waktu itu dihancurkan Seriwijaya dan Air Langga lari ke Bali.

    JADI KERAJAAN DEMAK ITU BUKANLAH PEMBERIAN/WARISAN BRAWIJAYA V ATAU KELANJUTAN MAJAPAHIT. KERAJAAN ISLAM DEMAK ITU BERDIRI KARENA USAHANYA SENDIRI, YAKNI perjuangan setapak demi setapak hasil kerja keras para WALI SONGO DAN PARA SANTRINYA/MURID-MURIDNYA yang berasal dari seluruh Nusantara terutama santri Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Giri, dan pesantren Raden Fatah itu sendiri, yaitu pesantren Gelagah Wangi. DAN PASUKKAN TENTARA PALEMBANG. PERANG ANTARA DEMAK DAN MAJAPAHIT DAHA PENGGING ITU ADALAH PERANG SABILILLAH ANTARA HIDUP DAN MATI. ANDAI DEMAK KALAH PADA WAKTU ITU MUNGKIN TIDAK AKAN PERNAH ADALAGI ISLAM DI JAWA sebab Hindu Majapahit Daha Pengging itu pasti menghabisi Islam sampai ke akar-akarnya karena telah ketahuan ingin mendirikan kerajaan Islam di Jawa dan orang Hindu Majapahit Daha Pengging itu yang selamat lari ke Bali sama persis dengan peristiwa Pralaya.

    Pengiriman Raden Fatah dan Raden Husen ke Jawa dari Palembang itu adalah misi khusus Arya Damar dan wali songo. Adapun kemudian Raden Patah menjadi raja islam di Jawa, tentu beranak-pinak dan berasimilasi dengan suku Jawa. Maka wajar keturunan Raden Fatah yang kesekian telah menggunakan bahasa keraton Jawa sebagai bahasa keraton. Jadi wajar cicit-cicit Raden Patah yang kemudian ke Palembang pasca hancurnya Kerajaan Demak yang kemudian mendirikan Kesultanan Palembang Darussalam itu berbahasa keraton Jawa. Dan wajar pula Kesultanan Palembang Darussalam ini mengatakan kalau Kesultanan Palembang Darussalam adalah kesultanan Melayu. Karena memang asalnya dari Melayu. Nenek moyang mereka memang orang Melayu. Dan wajar pula Kesultanan Palembang Darussalam ini adalah kesultanan habaib/para habib, karena kakek moyang mereka memang para habib/keturunan Rasulullah SAW dari Mekkah sana. Tidak pernah Kesultanan Palembang Darussalam ini mengatakan kesultanan Jawa walaupun mereka berbahasa keraton Jawa. Kalau mereka mengatakan kelanjutan Demak, ya betul.

    KITAB NEGARAKERTAGAMA ADALAH PITNAH BESAR YANG DILAKUKAN OLEH EMPU PRAPANCA, GAJAHMADA, SUKU JAWA TERHADAP SUNDA, MADURA, LUMAJANG, NUSANTARA, ASIA TENGGARA.

    PERBEDAAN SERIWIJAYA DENGAN MAJAPAHIT

    Kedua kerajaan ini di kabarkan konon katanya adalah kerajaan besar yang menguasai Nusantara. Cuma pertanyaan muncul apa benar? Kalau benar apa buktinya? Tentu untuk membuktikannya adalah dengan bukti sejarah/pakta sejarah otentik dan catatan2 asing yang sezaman dengan Seriwijaya atau Majapahit yang netral yang tidak ada kepentingan. Kalau catatan Belanda semuanya bohong, tidak ada yang benar catatan Belanda itu karena Belanda jelas ada kepentingan untuk memecah belah dan menguasai Nusantara. Dan Belanda tidak tau zaman Majapahit apalagi zaman Seriwijaya. Mana mungkin orang Belanda bisa bercerita tentang Majapahit apalagi Seriwijaya.

    Sebagai bukti kalau Belanda tukang pembohong. Orang Belanda menulis sejarah Islam pertama disebarkan di Nusantara oleh orang Gujarat pada abad 13. Kenyataannya Islam disebarkan pertama di Nusantara langsung dari pusatnya yaitu Mekkah dan Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW. Bahkan Muawiyah pernah datang ke Nusantara. Kerajaan Islam pertama adalah Samudera Pasai padahal jauh sebelum Samudera Pasai sudah ada kerajaan Islam Perlak yang diserang oleh Seriwijaya yang dalam peperangan itu Sultan Perlak gugur sebagai syuhada. Fatahillah adalah Syarif Hidayatullah adalah Sunan Gunung Jati padahal mereka adalah lain Fatahillah bukanlah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Raja Nusantara pertama yang beragama Islam adalah Marah Silu padahal raja Islam pertama Nusantara adalah Seri Indrawarman Raja Seriwijaya. Seriwijaya adalah seratus persen kerajaan Budha. Padahal sesungguhnya kerajaan Seriwijaya itu adalah kerajan Budha, Islam, Hindu. Yang ketiganya saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Semua sejarah yang ditulis orang Belanda tidak ada yang benar.

    Kembali ke tentang Seriwijaya dan Majapahit yang katanya sama-sama besar tetapi jika kita perhatikan dan teliti dan kaji lagi dengan koreksi kritis, ada perbedaan yang mencolok antara Seriwijaya dan Majapahit.
    Perbedaan itu antara lain :
    1. Kalau Majapahit lebih dulu menceritakan Sumpah Palapa Gajah Mada yang menguasai Nusantara. Sumpah Palapa itu sebenarnya baru rencana Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara. Berdasarkan rencana Gajah Mada itu langsung dimasukkan semua ke wilayah Majapahit dan peta wilayah Majapahit sama persis dengan Indonesia sekarang bahkan Malaysia dimasukkan ke wilayah Majapahit. Padahal belum tentu berhasil cita-cita Gajah Mada itu, jangan2 gagal total.
    2. Sedangkan Seriwijaya lebih dulu berdasarkan prasasti dan catatan asing kalau wilayah itu telah dikuasai oleh Seriwijaya. Dan peta wilayah Seriwijaya hanya sebagian Sumatra, Jawa Barat, sebagian kecil Kalimantan Barat dan Malaysia.
    3. Kalau Seriwijaya banyak sekali yang mengklaim, bahkan semua mengklaim.
    4. Kalau Majapahit satupun tidak ada yang mengklaim. Selain dari Jawa Timur, bahkan Madura saja enggan mengklaim Majapahit. Padahal berdasarkan sejarah, Majapahit itu bisa tegak karena Madura. Sunda juga malas mengklaim Majapahit padahal ayah Raden Wijaya adalah orang Sunda.
    Berdasarkan 4 poin ini mari sama-sama kita teliti lagi dengan koreksi kritis tentang kebesaran Seriwijaya dan Majapahit, atau jangan-jangan bohong semua keduanya.

    1. Rencana Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya yang tidak akan bersenang-senang jikalau Nusantara belum menjadi wilayah Majapahit. Kemudian serta merta peta wilayah Majapahit adalah Indonesia sekarang dan Malaysia. Sekarang koreksi kritisnya. Tidak ada prasasti Majapahit di wilayah itu atau tanda tangan Gajah Mada di wilayah-wilyah yang disebutkan oleh Gajah Mada dalam Sumpah Palapanya itu. Kalau wilayah itu telah diserang atau ditaklukkan oleh Gajah Mada/Majapahit, kecuali hanya di Bali bagian selatan saja. Itupun Adityawarman yang menyerang dan menghabisi orang-orang Bali itu. Yang pada awalnya Adityawarman menyerang Bali bagian utara dan Gajah Mada menyerang Bali bagian selatan. Adityawarman lebih dulu kembali ke Majapahit dengan membawa kepala raja Bali, sedangkan Gajah Mada gak tuntas tuntas menghadapi perlawanan Bali. Bahkan kocar kacir Gajah Mada. Kemudian Adityawarman kembali menyerang Bali dan menghabisi raja Bali. Gajah Mada bukanlah panglima perang lapangan. Gajah Mada ini lebih cenderung jendral konseptor/ahli strategi. Sedangkan panglima perang Majapahit adalah Adityawarman. Adityawarman-lah jendral lapangan ahli perang dilapangan. Entah apa jadinya Majapahit kalau tidak ada Adityawarman. Kemudian adalagi jasa panglima Majapahit yaitu Laksamana Nala. Sebenarnya armada laut Majapahit Laksamana Nala ini yang berperan bukan Gajah Mada.

    Sepertinya Gajah Mada ini orang penakut. Buktinya untuk menaklukkan Pajajaran di negeri Sunda, Gajah Mada membawa pasukkan 15.000 untuk menghadapi rombongan calon penganten yang hanya berjumlah 300 orang. Sungguh sangat memalukan dan menjijikkan. Dan buktinyata Pajajaran tidak pernah takluk kepada Majapahit. Pajajaran masih eksis. Kapan Gajah Mada menyerang Palembang tidak ada prasastinya di Palembang. Palembang masuk ke wilayah Majapahit atas jasa Adityawarman/Arya Dillah, bukan dengan pertumpahan darah tetapi dengan diplomasi hubungan kekeluargaan. Begitu juga dengan Dharmasraya atau Sumatra Barat tidak pernah Gajah Mada kesitu, tetapi jasa Adityawarman yang menjadikan Sumatra Barat menjadi wilayah Majapahit. Tidak pernah pasukan Majapahit menghancurkan Sumatra Barat. Bahkan pasukan Majapahit dibantai habis oleh Adityawarman di Sumatra Barat ketika Adityawarman mendirikan kerajaan Pagarruyung. Dan Majapahit mana berani menyerang Adityawarman.

    Begitu juga Malaysia, tidak ada satupun prasasti Majapahit di Malaysia, kalau malaysia menjadi wilayah Majapahit/diserang dan dihancurkan oleh Majapahit atau Gajah Mada. Bahkan di Lampung saja tidak ada prasasti Majapahit kalau Lampung ditaklukkan Majapahit. Bahkan dalam catatan naskah Jawa dikatakan si Jawa raja Majapahit, si Sunda raja Pajajaran, si Lampung ratu Balaw. Artinya ketiga kerajaan ini ada rajanya masing-masing dan bukan wilayah Majapahit. Dan ditulis dalam sejarah Majapahit menyerang pemberontakan Palembang. Sebenarnya yang melakukan pemberontakan itu bukan orang Palembang, tetapi bajak laut Cina. Karena Palembang telah menjadi sarang bajak laut Cina di Asia. Dan yang menumpasnya adalah Laksamana Cengho dengan membawa seluruh angkatan laut Cina yang sangat besar yang terkenal dengan kisah pelayaran Laksamana Cengho. Sepertinya Gajah Mada itu tukang pembual. Sumpah Palapa itu sepertinya gagal. Dan dalam catatan luar tidak ada yang mengatakan Majapahit itu sebesar yang dibuat di peta wilayah Majapahit itu. Dan dalam akhir hayat Gajah Mada, sepertinya dia hidupnya tersisih dan terasing dan merana dikucilkan orang, tidak ada istri, tidak ada keturunan, tidak ada sanak saudara, tidak ada teman. Dan itulah Sumpah Palapa Gajah Mada yang tidak akan bersenang senang selama hidupnya sebelum wilayah Nusantara dipersatukan. Dan untuk menebus rasa bersalahnya itu Gajah Mada memenuhi sumpahnya. Gajah Mada mati dengan sangat memalukan dengan minum racun.

    Sekarang kita bandingkan dengan Seriwijaya. Yang wilayahnya di gambarkan di peta sebagian Sumatra sebagian kecil Kalimantan Barat, Jawa Barat, dan Malaysia. Dan ditulis dalam sejarah yang dimaksud Bumi Jawa yang di taklukkan Seriwijaya itu adalah Tarumanegara atau jelasnya adalah Jawa Barat. Tetapi prasasti kekuasaan kerajaan Seriwijaya dan dinasti Selendranya ada dimana-mana. Jelas seluruh Jawa adalah wilayah kerajaan Seriwijaya dengan penguasa dinasti Selendranya. Seluruh prasastinya ada. Jelas yang dimaksud Bumi Jawa oleh Dapunta itu adalah Jawa bukan Jawa Barat. Jaman dulu Jawa Barat itu adalah tanah Sunda/Bumi Parahyangan/Galuh. Sedangkan yang ditulis oleh Dapunta adalah Bumi Jawa. Bahkan sebenarnya tanah Sunda itu mengakui kedaulatan Seriwijaya, karena Dapunta menikah dengan putri raja Sunda. Sedangkan yang dihancurkan oleh Dapunta adalah Kerajaan Kaling Jawa Tengah. Perasastinya terdapat di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kemudian keturunan raja Galuh yang bernama Sanjaya menyingkir ke Jawa Tengah karena mendapat desakan dari Seriwijaya mendirikan Kerajaan Mataram Hindu, kemudian itupun dikuasai oleh dinasti Selendra, dan sebenarnya Sanjaya-pun adalah masih keturunan yang berasal dari Galuh yang masih keturunan dinasti Selendra/raja-raja Seriwijaya. Dan gelar-gelar raja Mataram Hindu itu adalah Rakai dan mengakui kedaulatan Seriwijaya. Dan Kerajaan Mataram Hindu itu dihancurkan oleh Seriwijaya. Dan patih Kerajan Mataram Hindu Mpu Sendok menyingkir ke Jawa Timur dengan mendirikan Kerajaan Medang. Jelas sudah musuh bebuyutan Jawa adalah Seriwijaya. Prasasti-prasasti Seriwijaya/Dapunta/dinasti Selendra yang berada di Jawa itu berbahasa Melayu rumpun Pasemah Sumatra Selatan. Kemudian raja Jawa Timur ini yang bernama Teguh Darmawangsa nekat menyerang Seriwijaya yang berakibat fatal dengan serangan balik Seriwijaya yang memusnahkan seluruh Jawa Timur. Satu-satunya yang selamat adalah Airlangga yakni menantu Darmawangsa, yang berasal dari Bali. Sebenarnya itu sengaja dibiarkan oleh Seriwijaya, karena Airlangga adalah keturunan Seriwijaya juga, karena Seriwijaya juga menyerang Bali dan mendirikan Kerajaan Bali dan prasastinya ada di Bali. Artinya seluruh Jawa dan Bali adalah wilayah Kerajaan Seriwijaya. Ada prasastinya dan ada catatan dari luar tentang hal itu. Kenapa di peta wilayah Seriwijaya hanya Jawa Barat saja yang dimasukkan.

    Kemudian dalam peta Seriwijaya dimasukkan hanya sebagian kecil Kalimantan Barat. Padahal prasasti di Kalimantan Selatan menjelaskan kalau Seriwijaya menguasai Kalimantan Selatan dengan kedatangan pasukaan Seriwijaya di Banjar yang berasimilasi dengan Dayak. Sedangkan Majapahit kapan menyerang Kalimantan, tidak ada prasasti di Kalimantan kalau Majapahit pernah menyerang Kalimantan. Begitu juga dengan Sulawesi, kapan Gajah Mada menyerang dan menaklukkan Sulawesi. Di Sulawesi, satupun tidak ada prasasti kalau Majapahit menyerang dan menaklukkan Sulawesi. Apalagi Maluku dan Papua, mana ada prasasti Majapahit disitu kalau wilayah itu dihancurkan dan ditaklukkan Gajah Mada/Majapahit. Satu-satunya sumber tentang kebesaran wilayah Majapahit hanyalah kitab Negarakertagama yang mencatat rencana Gajah Mada yang bersumpah dihadapan maharani Majapahit Tribuwana Tunggadewi, yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Itu baru rencana. Dan bila melihat akhir kehidupan Gajah Mada yang merana karena menanggung malu itu, sepertinya rencana Gajah Mada itu gagal total.

    Kitab Negarakertagama dan Pararaton itu adalah karangan orang gila, orang gak waras, orang setres. Mpu Prapanca itu adalah guru sepiritual kerajaan yang dipecat oleh Hayam Wuruk dan dibuang ke desa terpencil. Kitab itu untuk menjilat untuk mengambil hati Hayam Wuruk. Dasar tua bangka keparat Mpu Prapanca ini yang mengarang kitab semau-mau jidat dia saja. Hal-hal yang membesarkan dirinya sendiri ditulis dan hal-hal yang mengagung-agungkan Majapahit tanpa ada bukti, sedangkan kisah-kisah sejarah Perang Bubat, pemberontakan Ranggalawe sedikitpun tidak disebut-sebut. Mpu penjilat ini memasukkan semua wilayah yang disebut oleh Gajah Mada dalam rencana Gajah Mada itu ke dalam Majapahit. Padahal itu baru rencana Gajah Mada, dan rencana itu gagal total. Jangankan menguasai Nusantara, menguasai Jawa Timur saja Majapahit tidak bisa. Majapahit itu dibagi dua sebelah timur adalah Kerajaan Lumajang dengan rajanya Arya Wira Raja sebagaimana sumpah Raden Wijaya yang akan membagi dua Majapahit dengan Arya Wira Raja jika berhasil menggulingkan Jayakatwang. Karena atas pertolongan dan jasa Arya Wira Raja. Dan sampai Majapahit lenyap di bumi, Lumajang tetap merdeka. Apa lagi Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Maluku, Papua, sedikitpun tidak ada hubungannya dengan Majapahit.

    Dasar besar omong saja si Gajah Mada ini. Kalau Sumatra itu adalah wilayah Adityawarman/Arya Damar. Dan semua orang Majapahit dibantai habis oleh Adityawarman, bagaimana bisa dikatakan kalau Sumatra adalah wilayah Majapahit, orang-orang Majapahit dicincang oleh Adityawarman. Bahkan 10 kali lebih besar Pagarruyung daripada Majapahit. Majapahit hanyalah seujung kuku Pagarruyung, hanya sebagian Jawa Timur, Bali, Lombok saja wilayah majapahit itu. Itupun keluarga Adityawarman yang menaklukkannya dan menguasainya, bukan Gajah Mada. Gajah Mada adalah si besar mulut dan penakut dan pengecut dan licik, sedangkan Mpu Prapanca si pengarang kitab dongeng Negarakertagama adalah si penjilat dan orang setres. Karena dipecat dari jabatannya sebagai resi kerajaan.

    Kalau dikatakan Majapahit yang menyerang dan menghancurkan Seriwijaya itu adalah salah besar. Ketara betul orang itu bodoh gak punya otak. Di zaman Majapahit sudah tidak adalagi kerajaan Seriwijaya. Yang ada Dharmasraya dan Pagarruyung yang raja-rajanya adalah keturunan Seriwijaya/berasal dari Seriwijaya. Dan Seriwijaya sudah bukan di Palembang lagi pusatnya.
    2. Perbedaan yang mendasar antara Seriwijaya dan Majapahit adalah Seriwijaya di setiap wilayah kekuasaannya selalu ada prasastinya kalau wilayah itu telah diserang dan ditaklukkan oleh Seriwijaya. Dan hampir semua wilayah taklukkan Seriwijaya itu diperoleh dengan jalan peperangan, hanya Sunda saja dengan jalan damai yakni pernikahan Dapunta dengan putri Sunda. Sedangkan Majapahit gagal memperistri putri Sunda akibat ulah Gajah Mada. Dan Pajajaran tidak pernah mengakui kedaulatan Majapahit atas tanah Sunda. Dan Pajajaran masih tetap exis berbarengan dengan Majapahit. Sedangkan Seriwijaya yang memperistri putri Tarumanegara mengakibatkan hilangnya Kerajaan Tarumanegara. Tarumanegara tidak pernah ada lagi setelah pernikahan Dapunta dengan putri Sunda itu. Sedangkan wilayah Majapahit sebagian besar diperoleh dengan jalan diplomasi, sepertinya hanya Bali dan Sumbawa saja yang diperoleh dengan jalan peperangan.
    3. Perbedaan ketiga yang mendasar antara Seriwijaya dan Majapahit adalah Seriwijaya banyak sekali yang mengklaim, bahkan hampir semua wilayah yang ditaklukkan Seriwijaya mengklaim Seriwijaya. Ini adalah sebagai bukti kalau wilayah itu benar-benar menjadi wilayah kerajaan Seriwijaya. Semakin banyak yang mengklaim Seriwijaya, maka semakin luas pula wilayah Seriwjaya itu sesungguhnya. Padahal sudah jelas Seriwijaya itu terletak dan berasal dari wilayah/kerajaan yang berada di antara Kerajaan Melayu (Jambi sekarang) dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung sekarang). Jadi antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang/antara Jambi dan Lampung itulah Seriwijaya yang sesungguhnya. Tetapi masih banyak yang mengklaimnya membuktikan kalau wilayah itu benar-benar wilayah Seriwijaya.
    4. Majapahit satupun tidak ada yang mengklaim. Sunda saja tidak mau padahal ayah Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) adalah orang Sunda. Kenapa Sunda tidak mau mengakui Majapahit, karena Sunda bukan wilayah Majapahit. Sampai Majapahit lenyap Sunda tetap ada. Jangankan Sunda, Madura saja tidak mau mengakui Majapahit dan Madura sampai Majapahit runtuh tetap merdeka bukan wilayah Majapahit. Jangankan Madura, Lumajang saja bukan wilayah Majapahit, apa lagi Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Maluku, Papua. Dan Bali beserta Lombok yang menaklukkan dan menguasainya adalah keluarga Adityawarman. Mana Gajah Mada besar mulut aja. Gajah Mada pernah dua kali menyerang Pajajaran kedua-duanya gagal. Hampir semua pasukkan Gajah Mada dibantai lari terbirit birit. Sebenarnya Gajah Mada menghadang rombongan penganten Diyah Pitaloka Putri Seri Baduga yang bejumlah 300 orang, sedangkan Gajah Mada membawa 15.000. Bayangkan apa tidak gila dan kalap Gajah Mada ini. Sebenarnya Gajah Mada ini adalah dendam dengan Pajajaran yang telah meluluhlantakkan pasukkannya dulu.

    Adityawarman datang ke Pajajaran untuk minta ma’af atas nama Majapahit. Adityawarman ini adalah anak dari Dara Jingga dengan Abyabrahman dan Adityawarman adik Cakra Dara. Cakra Dara adalah ayah Hayam Wuruk. Jadi Adityawarman adalah pak cik-nya Hayam Wuruk. Wajar Adityawarman mewakili Hayam Wuruk selaku keponakannya untuk minta ma’af kepada Pajajaran. Dara Jingga adalah kakak Dara Petak. Dara Petak adalah istri Raden Wijaya dan ibu Jayanegara. Dara Petak dan Dara Jingga adalah putri Kerajaan Dharmasraya yang berasal dari keturunan raja-raja Seriwijaya.

    Ya Sumatra ditaklukkan Adityawarman/Arya Damar/Arya Dillah dan nenek moyangnya di Dharmasraya dan Seriwijaya. Tapi kemudian Adityawarman tidak pernah tunduk kepada Majapahit dan mendirikan Kerajaan Pagarruyung. Jadi Sumatra bukanlah wilayah Majapahit, tetapi wilayah Adityawarman dan Pagarruyung. Jangan pernah lagi Jawa mengatakan semua Nusantara adalah Majapahit, semua Nusantara ditaklukkan oleh Gajah Mada sebelum ada prasastinya yang membuktikan kalau wilayah itu telah ditaklukan oleh Gajah Mada atau telah menjadi wilayah Majapahit. Jangan dikira kitab Negarakertagama itu benar isinya, kitab itu adalah kitab penjilat. Jangan dikira Gajah Mada itu berhasil mewujudkan hayalannya dalam ucapan Sumpah Palapa itu. Dan kitab Negarakertagama itu karangan si orang gila yang bernama Mpu Prapanca. Itu adalah karang-karangan Mpu Prapanca saja.

    Bukti sejarah yang paling kuat adalah prasasti di batu dan istana. Kedua-duanya tidak ada di Nusantara prasasti Majapahit kecuali di Bali dan Lombok saja. Itupun bergandeng dengan Adityawarman dan saudara-saudaranya. Adapun tentang kitab Negarakertagama itu adalah buku karangan Mpu Prapanca. Mengarang buku siapa saja bisa dan mengarang buku bisa sambil tidur sambil mimpi dan sambil menghayal dan semau-mau pengarang. Dan bisa hanya berada di dalam kamar saja kalau mengarang buku, entah benar entah tidak, sedangkan prasasti di batu tidak bisa asal tulis saja kalau tempat itu belum ditaklukkan. Bunuh orang kalau asal tulis saja, asal ancam saja, asal kutuk saja tempat orang kalau belum wilayah itu benar-benar telah ditaklukkan. Dan membuat prasasti di batu tidak bisa sambil tidur, sambil mimpi, sambil menghayal.

    Kalian suku Jawa menggung-agungkan Ken Arok, Wikramawardana, Jakatingkir dan melecehkan Tunggul Ametung, Bre Wirabumi, Arya Penangsang. Kalian tau tidak siapa Ken Arok, Wikramawardana, Jakatingkir. Ken Arok adalah manusia paling bejat di dunia, manusia iblis, licik, culas, tak tau balas budi, gila kekuasaan, gila pangkat, tukang berzina dengan istri majikan, pembunuh majikan/suami Ken Dedes, pembunuh Kebo Ireng dengan fitnah keji, pembunuh Mpu Gandring gurunya sendiri, yang membuatkan keris Mpu Gandring, tukang pitnah. Belajarlah dari sejarah Ken Arok dan Ken Dedes. Sebenarnya raja2 Singasari dan Majapahit itu darah Tunggul Ametung lebih kental daripada darah Ken Arok. Kertanegara adalah anak Ranggawuni. Ranggawuni adalah anak Anusapati, Anusapati adalah anak Tunggul Ametung. Gayatri adalah anak Kertanegara, berarti keturunan Gayatri adalah keturunan Tunggul Ametung. Sedangkan Raden Wijaya ayahnya adalah orang Sunda, tidak ada sedikitpun hubungan dengan Ken Arok. Garis keturunan Ken Arok dari pihak ibu Raden Wijaya yaitu Dyah Lembutal. Dyah Lembutal anak Singamurti, Singamurti adalah anak Mahisa Wong Ateleng. Mahisa Wong Ateleng adalah anak Ken Arok. Raden Wijaya menikah dengan Dara Petak putri Dharmasraya yang keturunan raja-raja Seriwijaya. Mempunyai putra bernama Jayanegara (raja kedua Majapahit)

    Kakak dara petak yang bernama darajingga kawin dengan abya brahman berputra cakra dara, arya damar/ aditya warman, arya sentong, cakra dara kawin dengan ratu tribuwana tungga dewi, jadi arya damar/ aditya warman, arya sentong adalah adik ratu/ maha rani tribuwana tungga dewi sekaligus menjadi ipar tribuwana tungg dewi.cakra dara dan tribuwana tunggadewi berputra yang bernama hayam wuruk. Hayam wuruk berputri kusumawardani. Kemudian cakra dara kawin lagi dan berputra yang bernama raden sotor. Raden sotor berputra bernama prameswara yang menjadi raja malaka.
    Hayam wuruk kawin lagi berputra brewirabumi. Jadi brewirabumi, kusumawardani, prameswara adalah bersaudara, kakek mereka sama yaitu cakra dara. Cakra dara anak darajingga, darajingga anak raja dharmas raya. Dharmasraya berasal dari raja raja seriwijaya. Seriwijaya berasal dari rumpun suku bangsa pasemah/ besemah( wilayah gunung dempo, gunung kaba, pagar alam, lahat, musirawas/ lubuk linggau, musi ulu, musi banyu asin, kubu rawas, empat lawang, muara enim, ogan, semendo, kaur, rejang, manak, padang guci/ wilayah propensi sumatera selatan dan Bengkulu).
    Kalau kusumawardani dan wirabumi saudara satu ayah. Kusuma wardani dan wirabumi saudara satu kakek dengan prameswara.

    Brewirabumi dan prameswara tidak mempermasalahkan kusuma wardani. Tetapi yang membuwat brewirabumi dan prameswara naik darah ngapain wikramawardana yang menjadi raja maja pahit. Kalau kusumawardani adlah putri hayam wuruk dan cucu cakra dara sama dengan brewirabumi dan prameswara cucu cakra dara. Tapi wikramawardana siapa??? Damarwulan. Gak ada hubungannya sedikitpun dengan majapahit. Cakra dara kakek kusumawardani, berewirabumi, prameswara tidak menjadi raja majapahit. Tau diri cakradara. Tetap istrinya yang menjadi maha rani tribuwana tunggadewi. Lah wikramawardana datang datang jadi raja maja pahit sungguh taktau diri taktau malau. WAJAR BRE WIRABUMI DAN PRAMESWARA NAIK DARAH DAN BERSATU MEMERANGI WIKRAMAWARDANA.

    Dan bila melihat garis leluhur prameswara dari cakra dara, darajingga, dharmasraya, seriwijaya, wajar prameswara mengaku keturunan palembang yang berasal dari raja- raja seriwijaya. Ketika prameswara lari ke tumasik/ singapura disana berkuasa gubernur kerajaan siyam yang mana tumasik adalah wilayah kerajaan siyam mana ada tumasik masuk wilayah majapahit palak bapak gajah mada dan mpu prapanca saja gila memasukkan tumasik wilayah majapahit.. Kemudian gubernur kerajaan siyam yang berkuasa di tumasik itu dibunuh oleh prameswara kemudian lari ke malaysia dan mendirikan kerajaan malaka. Adapaun kemudian prmeswara beragama islam karena leluhurnya dari seriwijaya memang sudah banyak yang beragama islam. Arya damar, seri indra warman ( raja kedua seriwijaya) beragama islam. Dan seriwijaya itu sebenarnya adalah kerajaan budah, islam, hindu, yang ketiganya berebut pengaruh dan kekuasaan.
    Sekarang jaka tingkir yang bagi orang jawa diagung- agungkan dan orang jawa melecehkan arya penangsang. Jaka tingkir itu adalah manusia sombong, licik, culas, gila kekuaaan, gila pangkat, taktau malu, taktau diri. Siapa jaka tingkir? Tidak ada sedikitpun mempunyai hubungan darah dengan demak/ raden patah. Jaka tingkir hanyalah menantu terenggono.

    Sedangkan arya penangsang adalah cucu raden patah anak sedainglepen. Setelah wapat pati unus seharusnya yang menjadi raja demak adalah adiknya yang kedua / sedoing lepen/ ayah arya penangsag karena pati unus tidak mempunyai keturunan. Tapi sedoing lepen dibunuh prawoto anak trenggono. Sehingga ayah prawoto/ adik sedoing lepen yang menjadi raja yaitu ternggono. Wajar arya penangsang membunuh prawoto orang yang telah membunuh ayahnya. Arya penangsang tidak membunuh trenggono/ adik ayahnya/ pamannya. Setelah wapat ternggono maka lebih berhak arya penagsang daripada putri trenggono. Wajar arya penangsang yang menjadi raja demak tetapi kenapa jaka tingkir ikut campur. Kenapa jaka tingkir yang ingin menjadi raja/ sultan. Putri ternggono saja/ istri jaka tingkir saja tidak mau menjadi ratu/ sultanah dia tau arya penangsang jauh lebih berhak daripada dia. Lalu kenapa jaka tingkir yang menjadi raja/ sultan, dasar tak tau diri tak tau malau jaka tingkir ini. Wajar arya penangsang naik darah dengan jaka tingkir.

    Kata orang jawa arya penangsang mati kena kerisnya sendiri padahal arya penagsang selamat pergi ke sumatra selatan kedaerah komering dan ogan ilir dan prabu mulih dan keturunanya banyak di prabumulih dan ogan ilir sumatra selatan.
    Pada saat seminar nasional tentang peradaban rumpun suku bangsa pasemah sebagai pendahulu serwijaya yang diadakan di kota pagar alam sumatera selatan raja bali dan seri sultan HBX datang. Untung saja sultan jawa ini dan raja bali ini tidak membantah. Seandainya membantah bisa kehilangan muka raja jawa dan raja bali ini. Bisa diungkit semua bagaimana bali dan jawa itu bagaimana hubungannya dengan rumpun pasemah, apa isi prasasti sojomerto batang jawa tengah apa ada bahasa jawa disitu yang menuliskan nama dapunta selendra tulen prasasti itu berbahasa melayu rumpun pasemah . unutung sultan jawa ini baik malah mengadakan silaturahmi dengan tokoh- tokoh rumpun pasemah baik yang berada disumsel dan bengkulu, Malah seri sultan HBX mengatakan kalau dia dan keluarganya berasal dari rumpun pasemah dan datang kepagar alam- sumsel adalah pulang kampung. Adapun tentang asal usul seriwijaya perlu penelitian lagi. Sedangkan raja bali sepertinya sedih dan kecewa karena jejak hindu budah pada masyarakat rumpun pasemah sebagai asal usul dapunta selendra lenyap sama sekali dan telah menjadi masyarakat islam semua. Sedangkan bukti- bukti tentang rumpun pasemah sebagai asal usul seriwijaya dan dapunta selendra sudah sangat jelas kalau masih ingin diteliti lagi tambah bagus. Tapi teliti lagi juga semua seluruh sejarah di Indonesia termsuk teliti lagi juga maja pahit yang katanya menguasai nusantara sedangkan tidak ada bukti kebesaran majapahit, baik itu prasasti gajah mada/ maja pahit ditempat tempat yang disebut dalam hayalan gajah mada dan ditulis mpu prapanca dalam kitab negara kerta gama, istana maja pahit tidak ada, Satu satunya rujukan majapahit hanya kitab dongeng Negara kerta gama saja, yang menulis rencana dan hayalan gajah mada.

    Kamu orang orang suku jawa tidak usah banyak tingkah, semua kerajaan dijawa itu berasal dari sunda semua. gak ada kerajaan dan raja dijawa apa lagi dijawa timur. Baru ada setelah empu sendok lari kejawa timur baru ada kerajaan dijawatimur itupun dimusnahkan oleh kerajaan seriwijaya. kalau mataram hindu itu berasal dari sunda dari galuh tanah sunda. siapa sanjaya itu? anak raja galuh tanah sunda. Gak ada kerajaan gak ada raja di jawa. Semua berasal dari sunda dan seriwijaya semua. Dari arah barat kerajaan2 di jawa itu dari banten, sunda, jawa tengah, terakhir jawa timur, dan sekarang yang paling akhir jogja dan solo.

    DI BAWAH INI ADALAH BUKTI KALAU BALI ADALAH WILAYAH SERIWIJAYA.

    Shri Kesari Warmadewa adalah Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di Pulau Bali, Indonesia dari Tahun 882 M s/d 914 M. Dalem Shri Kesari pendiri Dinasti Warmadewa di Bali. Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali adalah Shri Kesari Warmadewa [yang bermakna Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha] yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10, beliau berasal dari Sriwijaya (Sumatra) di mana sebelumnya pendahulu beliau dari Sriwijaya telah menaklukkan Tarumanegara (tahun 686) dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang. Persaingan dua kerajaan antara Mataram dengan raja yang berwangsa Sanjaya dan kerajaan Sriwijaya dengan raja berwangsa Syailendra (dinasti Warmadewa) terus berlanjut sampai ke Bali.

    Di dalam sebuah kitab kuna yang bernama “Raja Purana”, tersebutlah seorang raja di Bali yang bernama Shri Wira Dalem Kesari dan keberadaan beliau dapat juga diketahui pada prasati (piagam) yang ada di Pura Belanjong di Desa Sanur, Denpasar, Bali. Di pura itu terdapat sebuah batu besar yang kedua belah mukanya terdapat tulisan kuna, sebagian mempergunakan bahasa Bali kuna dan sebagian lagi mempergunakan bahasa Sansekerta. Tulisan-tulisan itu menyebutkan nama seorang raja bernama “Kesari Warmadewa”, beristana di Singhadwala. Tersebut juga di dalam tulisan bilangan tahun Isaka dengan mempergunakan “Candra Sengkala” yang berbunyi : “Kecara Wahni Murti”. Kecara berarti angka 9, Wahni berarti angka 3 dan Murti berarti angka 8. Jadi Candra Sekala itu menunjukan bilangan tahun Isaka 839 (917 M). Ada pula beberapa ahli sejarah yang membaca bahwa Candra Sengkala itu berbunyi “Sara Wahni Murti”, sehingga menunjukkan bilangan tahun Isaka 835 (913 M). Pendapat yang belakangan ini dibenarkan oleh kebanyakan para ahli sejarah.

    Dengan terdapatnya piagam tersebut, dapatlah dipastikan bahwa Shri Wira Dalem Kesari tiada lain adalah Shri Kesari Warmadewa yang terletak di lingkungan Desa Besakih. Beliau memerintah di Bali kira-kira dari tahun 882 M s/d 914 M, seperti tersebut di dalam prasasti-prasasti yang kini masih tersimpan di Desa Sukawana, Bebetin, Terunyan, Bangli (di Pura Kehen), Gobleg dan Angsari. Memperhatikan gelar beliau yang mempergunakan sebutan Warmadewa, para ahli sejarah menyimpulkan bahwa beliau adalah keturunan raja-raja Syailendra di Kerajaan Sriwijaya (Palembang), yang datang ke Bali untuk mengembangkan Agama Budha Mahayana. Sebagaimana diketahui Kerajaan Sriwijaya adalah menjadi pusat Agama Budha Mahayana di Asia Tenggara kala itu.

    Beliau mendirikan istana di lingkungan desa Besakih, yang bernama Singhadwala atau Singhamandawa, Baginda amat tekun beribadat, memuja dewa-dewa yang berkahyangan di Gunung Agung. Tempat pemujaan beliau terdapat di situ bernama “Pemerajan Selonding”. Ada peninggalan beliau sebuah benda besar yang terbuat dari perunggu, yang merupakan “lonceng”, yang didatangkan dari Kamboja. Lonceng itu digunakan untuk memberikan isyarat agar para Biksu-Biksu Budha dapat serentak melakukan kewajibannya beribadat di biaranya masing-masing. Benda itu kini disimpan di Desa Pejeng, Gianyar pada sebuah pura yang bernama “Pura Penataran Sasih”. Pada zaman pemerintahaan beliau penduduk Pulau Bali merasa aman, damai, dan makmur. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Beliau memperbesar dan memperluas Pura Penataran Besakih, yang ketika itu bentuknya masih amat sederhana. Keindahan dan kemegahan Pura Besakih hingga sekarang tetap dikagumi oleh dunia.

    Shri Kesari Warmadewa merupakan tokoh sejarah, ini bisa dibuktikan dari beberapa prasasti yang beliau tinggalkan seperti Prasasti Blanjong di Sanur, Prasasti Panempahan di Tampaksiring dan Prasasti Malatgede yang ketiga-tiganya ditulis pada bagian paro bulan gelap Phalguna 835 S atau bulan Februari 913. Shri Kesari Warmadewa menyatakan dirinya raja Adhipati yang berarti dia merupakan penguasa di Bali mewakili kekuasaan kerajaan lain yaitu Sriwijaya. Kemungkinan beliau adalah keturunan dari Balaputradewa, hal ini berdasarkan kesamaan cara penulisan prasasti , kesamaan dalam menganut agama Budha Mahayana dan kesamaan nama dinasti Warmadewa.
    Raja-raja Dinasti Warmadewa Di Bali
    1. 882M – 914M Shri Kesari Warmadewa
    2. 915M – 942M Shri Ugrasena
    • Setelah pemerintahan Sri Kesari Warmadewa berakhir, tersebutlah seorang raja bernama Sri Ugrasena memerintah di Bali. Walaupun Baginda raja tidak memepergunakan gelar Warmadewa sebagai gelar keturunan, dapatlah dipastikan, bahwa baginda adalah putra Sri Kesari Warmadewa. Hal itu tersebut di dalam prasasti-prasasti (antara lain Prasasti Srokadan) yang dibuat pada waktu beliau memerintah yakni dari tahun 915 s/d 942, dengan pusat pemerintahan masih tetap di Singha-Mandawa yang terletak di sekitar desa Besakih. Prasasti-Prasasti itu kini disimpan di Desa Babahan, Sembiran, Pengotan, Batunya (dekat Danau Beratan), Dausa, Serai (Kintamani), dan Desa Gobleg.
    3. 943M – 961M Shri Tabanendra Warmadewa
    • Baginda raja Sri Tabanendra Warmadewa yang berkuasa di Bali adalah raja yang ke tiga dari keturunan Sri Kesari Warmadewa. Baginda adalah putra Sri Ugrasena, yang mewarisi kerajaan Singhamandawa. Istri Baginda berasal dari Jawa, adalah seorang putri dari Baginda Raja Mpu Sendok yang menguasai Jawa Timur. Di dalam prasasti yang kini tersimpan di Desa Manikliyu (Kintamani), selain menyebut nama Baginda Sri Tabanendra Warmadewa, dicantumkan pula nama Baginda Putri. Beliau memerintah dari tahun 943 s/d 961.
    4. 961M – 975M Shri Candrabhaya Singha Warmadewa
    5. 975M – 983M Shri Janasadhu Warmadewa
    6. 983M – 989M Shri Maharaja Sriwijaya Mahadewi
    7. 989M – 1011M Shri Udayana Warmadewa (Dharmodayana Warmadewa)- Gunaprya Dharmapatni
    • Shri Udayana Warmadewa, menurunkan tiga putra:
    o 1. Airlangga
    o 2. Marakata
    o 3. Anak Wungsu
    8. 1011M – 1022M Shri Adnyadewi/Dharmawangsa Wardhana
    9. 1022M – 1025M Shri Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja
    10. 1049M – 1077M Anak Wungsu
    11. 1079M – 1088M Shri Walaprabu
    12. 1088M – 1098M Shri Sakalendukirana
    13. 1115M – 1119M Shri Suradhipa

    Sumber
    • Buku “Riwayat Pulau Bali Dari Djaman Ke Djaman”, Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar – Bali
    • Sejarah Bali. Nyoka, Penerbit & Toko Buku Ria, Denpasar, 1990.
    • Ardana, I Gusti Gede,[1988], Udayana, Peranannya dalam Sejarah Bali pada Abad X, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar
    • Munoz, Paul Michel[2009], Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia, Penerbit Mitra Abadi, Yogyakarta

    Pada saat adityawarman dan gajah mada menaklukkan bali adityawarman tidak mau menyerang bali selatan karena raja rajanya adlah keturunan langsung seriwijaya. gajah mada yang sangat bersemangat menyarang bali selatan.
    aditya warman membunuh raja bali utara yang masih wilayah bali selatan. gajah mada kalah oleh orang bali keturunan seriwijaya. gajah mada mundur stelah aditya warman datang aditya warman langsung menyerang bali tanpa sepengetahuan gajah mada. karena sama2 berdarah seriwijaya dengan aditya warman raja bali itu mengakui aditya warman dan diajak kemaja pahit oleh aditya warman. pada saat dibali itu gajah mada sudah kehilangan muka. dan benih2 permusuhan aditya warman denagan gajah mada semakin meruncing. Karena aditya warman mencurigai kematian jaya negara raja maja pahit kedua yang merupakan sepupu aditya warman (anak bibi adityawarman) adalah konspirasi gajah mada dan tribuwana tunggadewi. atas ini pula adityawarman kemudian melawan majapahit. yang membunuh jaya negara adalah ratanca atas perintah gajah mada. buktinya gajah mada langsung membunuh ratanca tanpa diadili terlebih dahulu untuk menghilangkan jejak.

    Ya sekarang orang Jawa bisa bangga karena jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Tetapi jangan lupa Jawa secara wilayah adalah minoritas, hanya 3 propensi (Jawa Tengah, Jogja, Jawa Timur), Jawa Barat bukan lagi suku Jawa tetapi Sunda, Banten, Betawi. Dan Madura bukan lagi suku Jawa tetapi suku Madura. Bandingkan dengan 33 propensi di Indonesia. Dan Indonesia terbentuk karena persamaan nasib dan harkat martabat sebagai bangsa yang dijajah oleh Belanda, sebagai masyarakat kelas 3/bumiputra/kelas paling bawah sebagai bangsa yang tertindas. Atas persamaan nasib itulah Indonesia bersatu dan merdeka. Indonesia ini bukan Jawa, rakyat dari sabang sampai merauke mempunyai hak kewajiban yang sama atas Indonesia. Kamu orang suku Jawa jangan pernah berpikir presiden harus suku Jawa. Buang jauh-jauh pikiran itu sebab kalau tidak bubar Indonesia.

    Timor Leste/Timor Timur mereka sebenarnya bukan menbenci Indonesia, mereka tau kalau mereka adalah bangsa Indonesia dan mereka sebenarnya sangat mencintai Indonesia. Tetapi orang2 Timor Leste sebenarnya sangat membeci dan muak dengan suku Jawa. Begitu juga Papua, Maluku/RMS, Sulawesi/Permesta, Aceh/GAM, PRRI, mereka semua sangat mencintai Indonesia. Tetapi mereka semua sangat membenci dan sangat muak dengan suku Jawa. Begitu juga Malaysia dan Singapura tau mereka darimana asal mereka. Mereka sangat menghormati Indonesia terlebih Palembang, Minangkabaw, Bugis, Aceh. Tetapi mereka sangat muak dan jijik dengan suku Jawa. Semua orang benci dengan Jawa bukan karena iri atau benci dengan orangnya, tetapi semua orang benci dengan suku Jawa karena sipatnya yang sangat licik, culas rakus, gila kekuasaan, merasa paling berkuasa, tukang pitnah, tukang adu domba, tukang berzina dengan istri majikan seperti Ken Arok, tukang MELET perempuan, tukang santet, tukang dukunin orang, itulah sipat watak dan kelakuan suku Jawa.

    Menulis sejarah jangan lagi asal tulis saja semau mau pengarang saja. Sekarang orang cerdas semua dan berpikiran kritis semua. Dan akan di buktikan orang betul. Gak akan orang enggiih- enggih aja, Nanti dulu teliti dulu buktikan dulu
    Kitab negarakertagama Majapahit menguasai asia tenggara adalah suatu fitnah yang terbesar terhadap nusantara dan asia tenggara yang dilakukan oleh mpu prapanca dan gajah mada dan suku jawa.

    KALAU ORANG JAWA MENYEBAR DIMANA MANA BUKAN KARENA MAJAPAHIT TELAH MENAKLUKANNYA. SEPERTI DI MALAYSIA BANYAK SUKU JAWA BUKAN BERARTI MALAYSIA ITU DITAKLUKKAN OLEH MAJAPAHIT GAK ADA PRASASTI MAJAPAHIT DI MALAYSIA. BEGITU JUGA ORANG JAWA BANYAK DI PAPUA PHILIPINA, ALIRAN SILAT KALI MAJAPAHIT PHILIPINA ITU BUKAN BERARTI PHILIPINA ITU TELAH DITAKLUKAN MAJAPAHIT OLEH GAJAH MADA SEBAB TIDAK ADA PRASASTI GAJAH MADA ATAU MAJAPAHIT DI PHILIPINA. ALIRAN SILAT KALI MAJAPAHIT ITU ADALAH SILAT YANG BERASAL DARI JAWA YANG DIBAWA KE PHILIPINA BUKAN PADA ZAMAN MAJAPAHIT. SEPERTI ALIRAN2 SILAT LAIN DIMANAPUN TEMPATNYA TETAP MEMBAWA ASALNYA DARIMANA SEPERTI WUSHU DISELURUH DUNIA TETAP WUSHU, BEGITU JUGA TAKWONDO, KUNTAU KUNGFU WINGCUN. ADA DIMANA-MANA BUKAN BERARTI TEMPAT ITU TELAH DITAKLUKAN OLEH CINA/KOREA.
    BEGITU JUGA ORANG JAWA ADA DI SURINAME. BUKAN BERARTI SURINAME TELAH DITAKLUKKAN MAJAPAHIT/GAJAH MADA. ORANG JAWA DISITU ADALAH BUDAK YANG DIPAKSA OLEH BELANDA. SAMPAI SEKARANG SURINAME ITU MASIH JAJAHAN BELANDA.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Putra Sumsel. Panjang sekali komentar Anda. Namun terasa flaming dan kurang terstruktur. Jika Anda mau berdiskusi mengenai Sejarah Sriwijaya lebih lanjut, Anda bisa membaca tautan berikut : Sejarah Sumatera pada Periode Klasik (1) sampai (3). Terima kasih telah berkunjung dan berbagi.

      Suka

    • pahit maja berkata:

      ya, ada kebenarannya. ada bukti menyatakan bahwa orang jawa yang masuk ke tanah melayu dulu adalah hamba abdi raja-raja khususnya di johor.

      Suka

    • reyhan berkata:

      Jadi jelas kami bangsa jawa adalah pewaris bahasa proto melayu yg sesungguhnya. Karena bahasa jawa yg kita gunakan saat ini adalah hasil akulturasi bahasa melayu sriwijaya dgn bahasa lokal. Dinasti syailendra yg didirikan oleh para bangsawan sriwijaya dan merupakan kerajaan vassal dari sriwijaya tlh meninggalkan jejak peradaban di tanah jawa. Kerajaan ini akhirnya melebur dlm budaya baru ketika dinasti lokal sanjaya berhasil menyatukan dua dinasti melakukan perkawinan dgn ratu dari dinasti syailendra. Bahasa proto melayu lebih banyak menggunakan vokal o sebagaimana bahasa melayu di jambi, palembang, atau minangkabau. Salah satu bukti adalah kesamaan bahasa antara bahasa jawa dgn bahasa palembang yg dituturkan para bangsawan palembang (dimana kerajaan palembang ini merupakan pewaris kerajaan sriwijaya)

      Suka

  15. Putera Melayu Riau berkata:

    Saya sudah mempelajari artikel diatas, dan jauh-jauh pula mempelajari asal-muasal Melayu di nusantara berdasarkan banyak teori yang berkembang.

    Tapi yang terpenting adalah sekarang ini berkembang dimasyarakat adalah negara kita sepertinya sangat Jawasentris, sepertinya hanya meng-anak emaskan kultur dari jawa, baik dari adat resam maupun kebudayaannya. Hal ini berkembang di buku-buku pelajaran, media cetak maupun elektronik.
    Indikasi adanya doktrinasi tersebut berujung pada keanehan akan budaya masyarakat tempatan.

    “Apakah kalian pernah merasa ‘aneh’ apabila melihat adat resam dan seni budaya anda sendiri?”

    Misalnya, anda putera Minang, tetapi anda tidak mengenal budaya anda sendiri, tetapi malahan lebih mengenali budaya jawa
    Perumpamaan Itulah yang dialami oleh kami orang yang tinggal diluar pulau Jawa dan sekitarnya, pengindonesiaan yang tak berujung berujung doktrin Jawanisasi seantero negri.

    Negara ini sangat naif, memakai simbol ‘Bhinekka Tunggal Ika’, berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai moto persatuan, tetapi pada kenyataanya perbedaan tersebut ingin dilenyapkan dengan sistem yang ada di negara itu dengan doktrin Jawanisasi.

    Malaysia saya kira adalah cermin daripada Sumatera dan Sulawesi, kebanyakan dari kami memiliki adat dan budaya yang sama, jikalau berbeda hanyalah sedikit,

    http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Putra Melayu Riau atas komentarnya. Saya rasa isu mengenai Jawanisasi di Indonesia tak sepenuhnya benar. Pada zaman Orde Baru, memang banyak orang yang berteriak mengenai kebijakan transmigrasi orang-orang Jawa ke luar Pulau Jawa, yang merupakan bentuk proses Jawanisasi di Indonesia. Terlebih banyak bupati dan gubernur di beberapa daerah di luar Jawa, yang diambil dari Pulau Jawa. Namun kini, sejak otonomi daerah diberlakukan, kebijakan ini nampaknya tidak terlihat lagi. Siapa-pun putra terbaik bangsa, bisa menduduki posisi apapun di republik ini, asalkan memiliki kompetensi yang baik. Mungkin dulu kita tidak pernah menyangka, ada putra Tionghoa kelahiran Belitung yang bisa menjadi wakil gubernur Jakarta. Atau masyarakat Bantul (mayoritas etnis Jawa), yang memilih bupatinya dari suku Minang. Malah kata Sukardi Rinakit, di Jawa Tengah banyak pula bupatinya yang bukan orang Jawa, tetapi dari Sunda atau etnis lainnya di Indonesia.

      Begitu juga halnya di bidang kebudayaan. Rasanya tak ada dominasi Jawa dalam kebudayaan Indonesia. Malah kini yang terlihat adalah munculnya budaya-budaya daerah lain (luar Jawa) yang mewakili Indonesia. Seperti misalnya budaya Toraja yang telah banyak diekspos oleh TV-TV asing seperti BBC dan Fox. Atau kebudayaan Bali, yang justru dianggap orang asing sebagai budaya Indonesia otentik tenimbang kultur Jawa. Belum lagi jika kita melihat festival-festival di luar negeri. Dimana banyak sekali kebudayaan-kebudayaan non-Jawa yang mewakili Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh Nan Jombang Dance Company, yang memperkenalkan kultur Minang dan Melayu sebagai bagian budaya Indonesia di berbagai festival internasional.

      Jadi rasanya kurang elok kalau dibilang ada proses Jawanisasi di Indonesia. Dalam kesempatan ini saya ingin mengutip pemikiran mantan menteri Otonomi Daerah Ryas Rasyid, yang mengatakan bahwa jika putra-putri Indonesia ingin menjadi orang Indonesia seutuhnya, maka jelajahilah Indonesia yang luas ini. Orang Papua misalnya, jangan hanya terbatas mencari rezeki di Papua saja, tetapi jelajahilah Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau lainnya. Begitupula halnya dengan orang Riau, jangan hanya berkutat di Pekanbaru dan Batam saja, tetapi hiduplah di negeri-negeri lain, seperti di Makassar, Kupang, atau Ambon. Sehingga persepsi negatif terhadap etnis-etnis lain di luar kelompok kita bisa terkikis habis. Tapi ngomong-ngomong, sekarang Anda berdomisili di Indonesia atau di Malaysia? Salam.

      Suka

      • Putera Melayu Riau berkata:

        Saya menceritakan sedikit tentang keluarga saya. Saya besar di Jakarta, kakek saya seorang pejuang kemerdekaan di Batavia, seorang Melayu. Ayah saya besar di Jakarta dan seorang pebisnis besar yang sukses.

        Tapi apa yang kurang? Kebanyakan kita lupa akan jati diri kita dan menjadi seorang yang ‘Indonesia’, tanpa tidak tahu siapa dan dari mana mereka berasal, dan apa yang mereka perbuat di zaman dahulu.

        Ini kutipan Syair oleh Prof. Moh. Yamin, berbunyi:

        “Adapun kami anak sekarang
        Mari berjerih berbanting tulang
        Menjaga kemegahan janganlah hilang,
        Supaya lepas ke padang yang bebas
        Sebagai moyangku masa dahulu,
        Karena bangsaku dalam hatiku
        Turunan Indonesia darah Melayu”

        Sejarah ada dua, tertulis dan tidak tertulis. Walaupun kami orang Melayu tidak ditulis dalam sejarah betapa tipe ‘Pekerja Kerasnya’, saking kerasnya kami dicap kaum ‘Budak’ pada saat itu. Tetapi bisa dilihat dari aksesoris kepala yang kita gunakan yaitu Songkok/Peci menjadi ikon nasional bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia dan Brunei.
        http://id.wikipedia.org/wiki/Songkok

        Tapi ironis, sebagaimana contoh bagaimana ‘Revolusi Sosial’ yang memporak-porandakan orang-orang Melayu, terjadi pembantaian brutal, pemerkosaan, dan penjarahan terhadap orang Melayu dan sultan-sultan Melayu tanpa salah apa-apa.

        Lalu gerakan PRRI oleh orang Minang dan Melayu di Sumatera Tengah mencakup Sumatera Barat, Riau, Kepri dan Jambi dipimpin oleh Letkol Ahmad Hussein yang seharusnya perannya hanya sebagai ‘Koreksi Pemerintah’ malah dianggap sebagai pemberontak pada saat itu.

        Lalu nasibnya sama dengan Daerah Istimewa Kalimantan Barat di bawah kesultanan Melayu Pontianak. Sultan Hamid II Alkadrie yang menciptakan lambang Garuda Indonesia, dibubarkan dan lalu dilupakan begitu saja hanya keterlibatannya dalam kudeta ‘APRA’. Kekecewaan Sultan Syarif Kasim II dari Siak juga tampak, ketika Soekarno memberi iming-iming Daerah Istimewa untuk Siak tetapi tidak terealisasi hingga saat ini, Siak sekarang hanya diambil minyaknya oleh pemerintah.

        Banyak kekecewaan-kekecewaan yang melahirkan bangsa ini, bukan hanya dari sepihak, tetapi dari banyak pihak dan timbul gerakan-gerakan separatis, contoh seperti GAM, OPM, dll adalah buah dari hasil kekecewaan.

        Suka

  16. cahcubluk berkata:

    Malaysia sendiri banyak memasukkan orang Jowo biar bisa dominan thd Cina & India kok. Orang Malaysia lebih senang kerja orang Jowo daripada ditipu orang Minang. Kalau sama orang Melayu Riau memang merasa sebangsa, ada prioritas untuk orang Riau biar agak pintar.

    Suka

  17. orang bugis malaysia berkata:

    Saya secara peribadi suka kalau Malaysia dan Indonesia bergabung. Tetapi pada waktu ini mungkin sukar… Semua kena faham rata-rata rayat Malaysia berketurunan Indonesia.. Mereka membawa budaya mereka ke Malaysia, hasilnya timbul masalah budaya. Siapa yg punya. TETAPI jika anda faham sejarah, anda tidak akan marah kalau sesetengah budaya dikatakan milik Malaysia. Sebenarnya milik Alam Melayu iaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, selatan Thai dan selatan Filipina.

    Suka

    • melayu bentan berkata:

      Saya setuju dengan pendapat saudare, lebih2 lagi melayu kepulauan riau budaya kita sama, ciri2 orang melayu yaitu beragama islam mempunyai budaya yg sama dgn malasya, klu diadakan survei khususnya melayu kepulauan riau apakah anda memilih nkri/malasya saya rasa pasti 80 % memilih malasya, sebab masalah kesejahteraan, lapangan kerja, dan kultur sejarah johor riau, sangat berbeda jauh dgn budaya jawa.

      Suka

  18. kawkanat berkata:

    bagi saya orang malaysia… indonesia kaya dengan hasil bumi cuma cara pembahagian diantara wilayah yang tidak adil, inilah penyebab kenapa ramai rakyat indonesia tidak puas hati terhadap pemerintahnya (renung2kanlah masalah ini)

    Suka

  19. iswan berkata:

    saya asli minang. kadang saya juga berfikir kalau seandainya sumatra menjadi malaysia pasti pulau ini menjadi makmur, tapi ada satu pertanyaan dalam benak saya, makmur dari segi apa? bukankah negara ini sudah makmur! bagi saya indonesia adalah negara yang komplek. saya merantau ke riau! mf bukan maksud apa2, riau yang bikin maju bukanlah warga lokal melainkan warga luar bahkan luar negri. yang jelas di domisili orang minang, bahkan rata-rata ruko megah yang berjejer sepanjang jalan itu kebanyakan punya cina dan minang dan sebagian suku2 lain. liat kebun sawit yang ada di riau siapakah yang pertama kali membuka lahan? setau saya orang jawa, kalo orang jawa tidak ada pasti lahan itu tak berpenghuni. meski ada juga warga lokal tapi setau saya rata2 orang jawa. liat orang minang, provinsi yang mempunyai alam yang indah, tapi pertumbuhan pembangunan di sumbar lambat bahkan bisa disebut jalan di tempat. imbasnya orang2 pergi merantau dan banyak lahan hutan terbengkalai. kalo diliat dari segi positif kita bersyukur sumatra barat kurang maju, kalimantan msh bnyak hutan, papua dll. kalau semua itu maju dimana hutan kita? pasti hutan kita digantikan gedung2 tinggi, jelas2 itu milik warga asing. darimana kita peroleh oksigen? secara tidak langsung orang2 di dunia ini bergantung sama kita INDONESIA, karena hutan kita penyumbang oksigen terbesar di dunia. semua itu sudah diatur oleh Tuhan yang maha esa. kita itu sempurna, orang luar merasa iri sama kita, makanya mereka mencari jalan untuk memecah belah kita. kita itu saling membutuhkan jangan karena rasa ego kita terpecah belah. ingat pertumbuhan ekonomi kita salah satu terbaik di dunia. kalo di pertahankan mungkin sebentar lagi negara kita akan maju, pendapatan kitapun ikut bertambah. biarlah jawa sana yang maju, apa kalian mau hidup di daerah yang berpolusi. masih mending sumatra banyak hutan, udara kita lebih sehat apa itu bukan keuntungan? semua itu sudah diatur, nikmatilah.

    Suka

  20. Cucung Wak Dolah berkata:

    Kalau referendum diadakan di Sumatera, dengan pilihan :
    1. Lepas dari Indonesia bikin Federasi Sumatera yang di kepalai ASNLF
    2. Lepas dari Indonesia gabung dengan Malaysia
    3. Lepas dari Indonesia bentuk negara masing2 tanpa federasi
    4. Tetap ikut Indonesia
    Maka Poin No. 2 akan lebih dipilih mayoritas Orang Sumatera kecuali Rakyat Aceh, karena dengan gabung dengan Malaysia sama saja dengan membentuk Federasi sendiri, bahkan federasi yang lebih kokoh dibanding dengan ASNLF.
    Poin Nomor 3 akan dipikirkan untuk dipilih oleh Rakyat Palembang, Bangsa Minang dan kemungkinan juga Bangsa Batak Kristen.
    No. 4 akan dipilih oleh Mayoritas Keturunan Eksodus Jawa di Lampung dan Seluruh Sumatera (Non-Melayu).
    So, mari kita Gaungkan Referendum. karena Referendum adalah satu2 nya cara untuk merdeka dan tidak bertentangan dengan Hukum Internasional. Indonesia sendiri tidak bisa intervensi, karena UUD 1945 menjamin Hak Kemerdekaan Seluruh Bangsa.

    Salam dari Palembang

    Suka

    • mohd berkata:

      saya org malaysia.. saya mahu bangsa kita nusantara gabung jadi satu negara.. bukan seperti sekarang dipecahkan oleh koloni2 eropa.. inggeris (malaysia), belanda (indonesia), filiphina (sepanyol).. sepatutnya kita harus ada satu pemimpin yang kuat untuk gabungkan bangsa2 nusantara ini yang sekian lama terpisah..

      Suka

  21. orang bugis malaysia berkata:

    Rakyat Indonesia kuat bekerja, tetapi pemerintahan penuh korupsi, jika korupsi boleh dikurangkan hingga 70 persen, Indonesia boleh maju. Pemerintah Indonesia tak perlu rasa malu untuk belajar dari negara tetangga yang lebih maju, utk bangunkan Indonesia. Keluasan Negara Indonesia, tidak boleh dijadikan alasan sulit bagi Indonesia mau majukan negara, ketimbang Malaysia. Pembagian peruntukan perlu seimbang setiap wilayah, bukan hanya di kota-kota besar saja.

    Suka

  22. ismail berkata:

    kalu aq Pribadi memilih Bergabung dengan Malaya. aq ngak suka dengan pemimpin yang cuman pencitraan saja. mulut manis tapi hati busuk itu selalu terjadi di negeri ini. aq setuju bahwa kita “Cinta Indonesia”, Tapi Apa balasan untuk kita Rakyat INI. Selalu Kita disuguHi dengan Doktrin COBA TANYA APA YANG TELAH ENGKAU BERIKAN KE NEGARA MU JANGAN TANYA APA YANG NEGARA BERIKAN KEPADA KAMU, TERUS CINTA TANAH AIR ITU SEBAGIAN DARI IMAN. KITA RAKYAT SUDAH BANYAK BERKORBAN UNTUK NEGARA INI, LIAT BERAPA BANYAK RAKYAT KITA YANG MENYUMBANG DEVISA UNTUK NEGARA INI. BERAPA BANYAK RAKYAT KITA YANG DIHUKUM MATI DILUAR NEGERI. JADI JIKA ADA PERTANYAAN SEPERTI ITU NGAK PANTAS… dan Mengenai HADIS, itu Menurut beberapa Ahli hadis palsu. Untuk Apa Kita Bersatu Kalau kita Hidup SUSAH. SAMA SEPERTI PEPATAH MAKAN NGAK MAKAN NGUMPUL. Pepatah yang aneh kalau mati satu mati semua, wah parah… nih ngak zamannya lagi gitu, liat aza sekarang orang luar rela pindah kewarganegaraan demi kemakmuran. Jadi KITA TETAP CINTA INDONESIA. Tapi KAlau Hidup KITA susah Buat Apa, yang penting kita jangan lupa dengan asal-Usul Kita, dan harus saling bantu jika ada kesulitan antara sesama kita, Daripada Kita Mempertahankan hal Yang ngak Penting buat APA? Kita Sebagai WArga Negara Indonesia Terutama Yang Berasal Dari daerah tertentu Sering Menghina Orang MAlaya dan Sumatra, HArusnya Malu… KArna Berapa BAnyak TKI yang kerja di NegaraTetangga, Yang di Sebut Pahlawan Devisa sungguh Miris Melihatnya…? Pemimpin KITA dari awal Kemerdekaan Selalu dari Entnis Tertentu…saja udh lebih dari setengah Abad Kita Merdekat tapi Apa Yang Rakyat DApat, TIDAK ADA YANG DIDAPAT CUMAN HUTANG…KEMISKIAN HINAAN DARI NEGARA LAIN … Rakyat Ada Ketika ADA PEMILU Sudah ITU HILANG MEREKA_MEREKA AZ YG ADA di RANA KEKUASAAN , RAKYAT NGAK ADA.. CONTOH KETIKA PEMILIHAN PERESIDEN ORANG YG NGAK ADA DI DPT (DAFTAR PEMILIH TETAP)BOLEH MEMILIH ASAL BUAT KTP SEMNTARA dan PROSENYA CEPAT KARNA ADA MAUNYA, TAPI COBA LIAT KEtika MEREKA MAU BEROBAT atau MAu mengurus keperluan yang lain susahnya MITAPUN, MESTI KESANA KESINI soalnya NGAK MENGUTUNGKAN PEMERINTAH… BANDINGKAN DENGAN NEGARA TETANGGA KITA BEDA SEKALI MEREKA AKAN MEMPERMUDAH SEMUA URUSAN RAKYATNYA….. LIAT AZ PEJABAT YANG ADA DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KITA SELALU MEMPERSULIT…. MULAI DARI PENERIMAN PNS SAMPAI PENERIMAAN MURID SEKOLAH SUSAHNYA MITA APUN KENAPA ITU TERJADI ? KARNA PEMiMPIN KITA YANG HANYA SENANGNYA MENJILAT KEPADA ATASAN BUKAN BEKERJA UNTUK RAKYAT…………………MEReka LEBIH TAKUT KEPADA ATASAN ATAU KETUA PARTAI DARI PADA KEPADA AMANAT YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA MEREKA YANG ITU DI PERTANGGUNG JAWABKAN KELAK? KALU MERAKA INGET MATI…………….!!! KEnapa Pemimpin KITA SEPERTI ITU ? KARNA BUDAYA YANG PEODAL NYEMBah SESAMA MANUSIA …..COBA BUDAYA SIAPA ITU ?? LIAT AZ SENDIRI SIAPA YANG HARUS SUNGKEP SAMPEK NGESOT KALU MENGHADAP RAJA, SEMESTINYA ORANG YANG MUDA SUNGKEM DENGAN ORANG TUA BUKAN sebaliknya ORANG yang UDAH SEPUH HARUS MERANGKAK NGESOT MENGHADAP RAJA ITU BUDAYA SIAPA COBA PIKIR SENDIRI BUDAYA DAERAH MANAH… AQ sebagai ORANG INDONESIA BERASAL DARI SUMATRA Berpendapat ITU NGAK PATUT…. Emang ORANG SUMATRA ITU KATA-KATAnya AGAK KASAR TAPI HATINYA LEMBUT NADANYA TINGGI TAPI HATINYA MURNI bicara APA ADANYA, NGAK “BErBIAs” Dalam BICARA ,ada ya ADA, NGAK SUKA YA NGAK SUKA ,BENCI YA BENCI tidak Dibalut Dengan Hal yang Munafik…mau dikatakan NGak Mau … Ingin Dikatakan Ngak Igin itu namanya MUNAFIK ….. JAdi Apa hubungan Komentar INI dengan PILIHAN aq Bergabung dengan Malaya… kalau ada REPERENDUM karna aq muak dengan PEMIMPIN NEGERI INI YANG SELALU DARI ENTNIS ITU2 SAJA.dan NGAK AMANAH……yang sering LUPA KETIKA UDAH DIaTAS …Dan SERING MENJILAT……….dan HANYA MANIS DIMulut SAJA………..!!! HIDUP ” MELAYU “KATA-KATA HANG TUA UNTUK MELAYU “TAKKAN LEKANG MELAYU” AYO KAPAN RAKYAT SUMATRA BERSATU UNTUK REPERENDUM …..!!!

    Suka

  23. ilzaf berkata:

    Saya generasi kedua anak jawa yang merantau ke semenanjung Melayu dan seterusnya jadi warga Malaysia. Kami, bersama2 suku jawa lainnya yang sudah lebih dulu sampai, sama-sama membangun budaya Jawa campuran Melayu ala Malaysia dan mengaku cinta Malaysia ketimbang cinta Indonesia meski disana leluhur kami berasal. Ini adalah bukti betapa etnis tak berpengaruh terhadap nasionalisme. Saya masih punya nenek di Pati, Jawa Tengah yang kami panggil nyaie, sepupu, keponakan, tanter dan om dan hierarki kekeluargaan yang lain yang masih wni. Saya tak suka hanya sumatra aja yang bergabung sama Malaysia, sebaliknya saya lebih suka Indonesia dan Malaysia bersatu, menjadi sebuah negara tunggal, terlepas dari cakap-cakap belakang yang bilang “kenapa kita bukan bagian dari Malaysia” atau “kenapa kita bukan bagian dari Indonesia” kerana kita sudah satu negara. Cuma jika mau jujur, saya berani bilang ada yang tak selesai di Indonesia krn hingga ke hari ini, masih ada ibu bapa Indonesia yang kerja di Malaysia, lebih memilih anaknya yang bakal lahir jadi warga Malaysia ketimbang jadi warga Indonesia sendiri. Ertinya, dilema yang dialami orang tua saya dulu, yang bingung mau anaknya jadi warga mana, masih terjadi hingga hari ini. Banyak dari jawa, banyak lagi dari Sumatra. Jadi untuk menjawab persoalan ini, saya yakin lebih banyak orang Sumatra memilih Malaysia jika mereka diberi pilihan.

    Suka

  24. super berkata:

    Sebelum mengkritisi pemerintah pusat, sebaiknya kritisi dahulu pemerintah daerah setempat yg byk diisi oleh orang2 lokal…raja2 kecil di daerah juga korupsinya gila….

    Hmmm…. diaspora minang di nusantara cukup sukses terutama di garment dan kuliner tapi di Sumbar sendiri orang minang kayaknya malas malas dan konservatif….

    Suka

  25. super berkata:

    Sumatra berdiri sendiri, minang mendominasi, Riau dan Jambi gigit jari;-)

    Suka

    • Anak Sumatera berkata:

      Aku anak sumatera tapi bukan minang. kekawatiran atas dominasi minang memang ada, tapi daripada didominasi jawa, pilih mana?. memang diakui minang suku terdepan di sumatera. sebagai minoritas di indonesia, cuma 3-4 persen populasi indonesia, peran org minang sangat besar. tokoh-tokoh pejuang mereka pendiri utama NKRI. walaupun peran minang sekarang berkurang sejak kalah dalam peristiwa PRRI, tapi dlm kabinet SBY belasan org minang atau berdarah minang jadi menteri atau pejabat setingkat menteri. persentase ini cuma bisa dikalahkan oleh Jawa. untuk menghindari dominasi minang, suku suku sumatera lainnya hrs maju dlm sgla hal. caranya dengan meniru kultur atau nilai nilai budaya org minang, pertama hrs mementingkan pendidikan, kedua hrs brani merantau meninggalkan kampung agar terbiasa dgn persaingan yg akan mendorong kemajuan. contohnya batak, skrg org batak beda dgn batak 70 thn lalu. dulu mrk jauh di blkg minang, skrg mereka mendominasi beberapa sektor. itu karena pendidikan dan keberanian merantau.

      kalau di indonesia yg begitu besar org minang ttp mampu memainkan peran yg signifikan walaupun tdk sebesar pd masa lalu, apalagi kalau gabung dgn malaysia. menurut aku mrk akan semakin dominan. penduduk malaysia 30 jt + sumatera 50 jt = 80 jt. persentase org minang (minang sumatera + minang semenanjung) akan jadi 10 persen (8 jt). jadi hitung hitungannya sama saja, mau negara sendiri atau gabung dgn malaysia. tapi jujur aku tidak kawatir dipimpin minang. dlm perjalanan sejarah bangsa kita, kita melihat para pemimpin level atas yg berasal dari minang jauh lebih amanah sederhana dan jujur dibanding pemimpin dari kelompok lain, contohnya bung hatta, agus salim, tan malaka, m. natsir, kalau zaman skrg ada azwar anas, emil salim, syafii maarif, rizal ramli dan lain lain. mereka org2 amanah dan pro rakyat banyak.

      terhadap org minang ini aku punya pandangan yg kontradiksi. di satu sisi aku percaya dgn pemimpin level atas dari minang, tapi aku agak waspada sm org minang dari level menengah ke bawah. mereka licin cerdik kadangkala licik, mirip cina tionghoa. aku heran kenapa bisa beda antara pemimpin level atas dgn kalangan menengah ke bawah, aku blm ketemu jawabannya. mungkin sdr2ku org minang bisa menjelaskannya.

      kembali ke laptop, gabung malaysia atau merdeka sendiri?. menurut aku tidak dua-duanya. yg terbaik penyatuan seluruh ras/bangsa melayu, indonesia+malaysia+brunei+pattani (thailand selatan)+sulu (filipina selatan)+champa (kamboja dan vietnam selatan). kalau blm bisa penyatuan penuh, setidaknya penyatuan terbatas. selesaikan seluruh sengketa perbatasan dan segala hal yg bisa mengundang perselisihan, lalu bergandeng tangan menghadapi persaingan dr bangsa lain. contohnya kerjasama di bidang sawit/CPO antara indonesia dan malaysia yg dilaksanakan jokowi dan rizal ramli menjadikan indonesia dan malaysia jadi penguasa pasar CPO dunia tanpa hrs lg bersaing sesama bangsa melayu. perpecahan hanya menguntungkan bangsa lain. kita menjadi kecil kecil jadi mudah dikuasai. aku yakin tidak lama lg indonesia akan jadi negara yg berkeadilan dan makmur. yg penting jgn salah pilih pemimpin, pilihlah pemimpin yg tdk punya track record buruk, yg demokratis, yg berpihak pd rakyat, bukan pd kroni dan kelompoknya saja.

      Suka

      • rakyatbiasa berkata:

        Maaf ralat bang, suku minang cm 1% dari populasi Indonesia. Abang salah. Orang minang sejatinya tak suka mendominasi. Lihat sj bung hatta tidak keukeuh jd presiden. Saya bingung juga dibilang licik ya. Mnrt saya orang minang mgkn tak terbuka soal hal pribadi termasuk kepemilikan, amal atau sedekah dll. Kadang suku lain tak menyangka atau sudah terlanjur merendahkan atau memandang sebelah mata tapi taunya berkebalikan. Mgkn itu bikin shock kali ya. Mnrt saya salah satu kelebihan minang setidaknya dimata suami saya yang jawa, jiwa sosial kita tinggi, suka memberi tapi diam” tidak woro-woro. Tapi anehnya orang” suka menuduh pelit. Suami saya pun dl blg saya pelit. Stlh menikah 3 tahun lebih baru tobat tak pernah blg begitu lagi. Abang carilah di google, ada fb yang infokan ada pengusaha minang (bukan konglo) tapi suka sedekah sampai puluhan milyar. Tak terekspos padahal kan dan bukan politikus jg. Mgkn kedepan kalau makin banyak nikah campur dengan minang akan lebih kenal sifat aslinya. Semua suku tak ada yang sempurna kan, kita lihat lbh banyak mudarat atau manfaatnya saja. Mgkn ada yang begitu tapi tak semua kelas menengah bawahnya begitu.

        kembali ke topik, saya dl mgkn merasa berbeda dengan melayu lain mgkn karna propaganda media juga yang mengkotakkan suku berdasarkan propinsi. Tapi dengan bertambahnya usia dan pengalaman, saya sangat sayang dengan melayu lain. Saya suka komen positif untuk klub bola sumatra spt aceh, medan, palembang dan lampung. dan tak hanya saya tp juga orang minang lain. Menurut saya kita bersaudara. Lebih dekat gen kita dr yang lain. Itu tak bisa disangkal.

        Suka

  26. Mat Komando berkata:

    Bergabung dengan malaysia aja 🙂

    Suka

  27. rafiqi hidayat berkata:

    kalau menurut saya tidak ada salah nya pindah menjadi satu dengan malaysia, mengingat kita memang satu rumpun dan darah dg malaysia yaitu melayu, dulu juga kerajaan melayu pusat nya sriwijaya di palembang dan jambi. udah itu aja titik. insyaallah lebih maju lagi seperti masa kejayaan dan keemasaan sriwijya kalo sumtra gabung sama malaysia. Amin

    Suka

  28. AD berkata:

    SUMATRA MILIK MALAYSIA APA KATA DUNIA………ini karna orang kita yang lalai untuk menjaga batas negara kita sendiri. karna kita lalai ya malaysia seenaknya aja nyebutin sumatra itu wilayahnya, maka dari itu kita sebagai warga indonesia agar menjaga wilayah kita dari negara orang lain

    Suka

  29. qodriansyah berkata:

    ya sebenarnya kalau sesama melayu, enakan gabung dengan malaysia

    Suka

  30. Tanya Khidir berkata:

    Oghang Nogoghi nie bangang sobona e! Oghang N9 bkn Minang…asal oghang N9 nie daghi CHAMPA atau Melayu Kampar yg jgak terdapat di Kuantan Sengigi, Riau Sumatera dan dipanggil Melayu Bangkinang.

    Di Champa ketika zaman Nabi Ibrahim AS dahulu, masyarakat bangsa Mala menerima Agama Hanif, Ajaran Ibrahim dan digelar Mala Ur.

    Di zaman yg sama bangsa Mala Kambujawuh atau Kambujawa pula menerima Hindu n Buddha.

    Akibat tekanan hebat dri persekongkolan bangsa Mala Kambujawa, China, Thai n India melalui perperangan dsb, kaum Mala Ur Champa melarikan diri di Sebelah pantai barat semenanjung n sebelah pantai timur Sumatera.

    Jadi oghang N9 bkn berasal dri Sumatera maupun Somonanjung…sobab oghang Sumatera n Somonanjung tu sondighi daghi CHAMPA. Manokalo oghang Minangkabau pulak asal e daghi Funan, bawah Kerajaan Minangga n Kaw Bau…x kono mongono dongan dongeng lago kobau doh.

    Suka

    • anak ranah minang berkata:

      Ang gilo atau boco, ang baco sejarah tu lu baru mangecek ang tumbuang

      Kampar jo bangkinang tu se urang awak se isinyo, melayu lo kecek ang
      yo lah tumbuang baruak paja ko ma

      Suka

  31. HADI berkata:

    assalamualaikum.. sudi2 lah saudara2 membaca komik saye ini kisah di Melaka http://serangbaliksb.blogspot.com/2015/05/melaka-1460-hang-tuah-baru-pulang.html

    Suka

  32. Bung Tony berkata:

    gabung sama malaysia nanti bakal ada tuh jambatan terpanjang di dunia yg menghubungkan semenanjung ke sumatera.

    Suka

  33. inotutorial berkata:

    Saya asli orang minang,,
    saya heran dengan pemikiran bpak2 semua,,apakah kalian bisa berpikir apa jadinya jika kita lepas dari nkri,,saya dan segenap pengurus IKM dari pada bergabung dengan malaysia mending berdiri sendiri,,
    dan masalah yg menjabat org jawa teruss,,
    itukan kita sendiri yang memilih pemimpin kita siapa,,
    siapa suruh memilih pemimpin yg dapat menghancurkan persatuan kita,,,
    kalo kita pecah banyak negara2 lain yang senang dan siap menjajah kita lgi,,,
    saya gak peduli suku apa yg memimpin kita yang penting dia bisa memajukan nkri dan membasmi para koruptor,, dan tidak tebang pilih mana anak emas ato anak tiri

    Suka

  34. Izzatihero Sukun berkata:

    Assalamualaikum warga sumatera, saya anak Johor. Saya ingin memperbetulkan kenyataan saudara Emil. Di Malaysia, bahasa melayu itu bahasa rasmi. Walaupun tidak ada lg loghat seperti melayu melaka, tp kami tetap mengeja dlm bahasa melayu baku.

    Cuma sebutan harian saja sudah terbiasa dgn loghat “a” ganti “e” cth “ade, siape, dimane”. W’bagaimanapun, Org Negeri sembilan tetap cakap minang, org perak ade keturunan aceh, org kelantan ttp kecek klate, org sabah ttp ckp sabah, org jawa di Malaysia ttp ckp jawa, org siam ttp ckp siam dan dll. xde istilah johornization di sini.

    Saya boleh katakan Sumatera adelah sebahagian Malaya yang terpisah jika mengikut peta. Jika kita perhatikan org siam dan aceh ramai di utara malaysia, org minang ada di negeri sembilan, org riau dahulunya di bawah kesultanan Johor, kalau nak citer pasal Melaka, satu dunia tahu Sultan pertama Melaka adalah putera raja sriwijaya di Palembang.

    Lagipun sebelum wujudnya Indonesia dan Malaysia, org Malaya dan Sumatera saling keluar masuk melalui selat Melaka tanpa sekatan. Adakah kita dpt merasai suasana seperti 200 tahun sebelum adanya perjanjian Inggris dan Belanda?

    Suka

  35. bima asro berkata:

    Selamat malam..
    Saya dari sumsel, saya bukan siapa2 disini tpi memberikan pendapat saya. menurut saya jangan terlalu mudah di provokasi, pikirkan bagaimana ke depan nya..
    Mari kita bangun negara ini bersama tanpa ada perceraian, ingat slogan kita bhineka tunggal ika

    Suka

  36. luhak nan tuo,,sumaniak berkata:

    assalamualaikum..indonesia dan malaysia merupakan negara dengan penganut islam mayoritas. jadi sudah selayaknyalah syariat islam diterapkan dikedua negara ini. jika syariat islam diterapkan dengan sungguh2, niscaya kedua negara ini akan makmur dan tidak menutup kemungkinan bergabung jadi satu dua negara ini. bagi penduduknya yang non muslim ga usah kwatir karna hak2nya akan terlindungi dan diperlakukan secara adil karna begitulah ajaran islam yang bersumber dari al quran dan hadist. bagi saudara2 sesama muslim, tidak usah lagi bicara kesukuan, utamakan kepentingan agama. kita semua bersaudara, ibarat tubuh kita, sakit salah satu bagiannya bagian yg lain juga merasakannya. bukankah yang membedakan derajat kita dimata Allah swt adalah ketaqwaan kita..? jadi kalau syariat islam diterapkan secara KAFFAH, insyaallah indonesia n malaysia bisa sejahtera dan bergabung menjadi satu negara islam yang kuat. mungkinkah itu terwujud..?

    Suka

    • Minang Modern berkata:

      Saya Minang dan Muslim. Tapi saya tak percaya dengan konsep negara Islam. Tak ada contoh kontemporer yg bisa dijadikan acuan negara Islam maju dan sejahtera. Konsep negara Islam adalah konsep usang yg berasal dari zaman awal Islam, dan hanya cocok utk konteks zaman itu. Sekarang abad 21, peradaban umat manusia bergerak maju ke depan, bukannya mundur ke belakang. Sudah banyak cendekiawan Muslim yg menyatakan bahwa konsep negara Islam hanya utopia. Marilah kita berpikir cerdas, sesuai filosofi “Alam takambang jadi guru”. Alam selalu berubah, bergerak ke depan, bukan mundur ke belakang. Berikanlah pikiran-pikiran cerdas dan bernas untuk kemajuan Islam, bukan mengajak mundur. Islam tak akan memberikan sumbangan berarti pada peradaban umat manusia jika masih suka berpikiran mundur. Ayo seluruh umat Islam berpikir keras dan bekerja keras, untuk bisa berbicara banyak dalam percaturan peradaban modern.

      Suka

      • Wan MK berkata:

        Tiada contoh negara Islam? Kenapa perlu contoh? Srivijaya empayar persekutuan pertama di dunia dan Malaysia gabungan 9 raja-raja .. ada contoh lain di dunia? Melayu bangsa paling pintar dalam keluarga umat Islam kini, kita tak ada contoh, kita memimpin!

        Suka

  37. Mustafa berkata:

    Sumatera tidak salah menjadi negeri persekutuan malaysia……ini dapat memperkuatkan bangsa melayu yg hidupnya berteraskan Islam.

    Suka

  38. ali berkata:

    Ini pendapat saya…

    Sebenarnya sumatera tak perlu bergabung dengan malaysia untuk menjadi makmur..cuma pemerintahan pusat indonesia perlu bijaksana mengalih kemajuan ke daerah lain supaya kemajuan ekonomi & prasarana dapat di seimbangkan…contohnya…peralihan pusat pemerintahan di jakarta dipindahkan ke sumatera misalnya…bandar2 di jawa dikekalkan sebagai pusat perekonomian..ini membolehkan minat pelabur luar dan rakyat indonesia untuk ke sumatera… tidak hanya tertumpu ke bandar2 besar di jawa..
    Mungkin sulit untuk di wujudkan tetapi tidaklah mustahil…

    Suka

    • Kuncimas berkata:

      Malaysia perlu Sumatera karena kalau tidak untuk mempertahankan populasi melayu dia mesti impor keling dan bangla yang adat resam nya berbeda 100 peratus.

      Suka

  39. Irfan sanjaya berkata:

    Saya orang sumatra, saya tidak setuju jika sumatera gabung dengan malaysia, ayo lah saudara-saudaraku Kita bekerja keras kalau ingin sumatra maju, harga pejuang kita dulu , sudah susah payah mereka melawan penjajah, masa masyarakat nya terpecah belah seperti ini. buat negara tetangga, jangan lah kalian bersusah payah untuk menghancurkan indonesia,

    I love #INDONESIA

    Suka

    • tri hardi berkata:

      Ya benar sekali, itu adalah jalan yg lebih smpurna tuk menuju kesejahteraan sumatra untuk maju Sbgai negara indonesia, betapa bratnya pahlawan kita yg terdahulu tuk memperjuangkan indonesia tuk kita dan skrang untuk apa lg kita pilih tuk jalan mundur. jd marilah kita bangkitkan utuk negara kita indonesia ini, bersatu kita teguhkan untuk selama lamanya.

      Suka

  40. Irfan sanjaya berkata:

    woy orang sumatera goblok banget, jangan mau di hasut dengan malaysia, KITA ini bineka tunggal ika. Jangan lah kau mengaku-ngaku kalau sumatera ini bagian dari negaramu malingsia, dasar negara maling budaya indonesia di curi semua. berkarya dong.

    Suka

    • Wan MK berkata:

      Pertama kita lihat sempadan Malaysia antara Patani, Brunei, Kalbar sendiri tidak dikawal tentera hanya beberapa pos polis dan imigresen yang sangat ringan kawalannya. Hal ini kerana Malaysia tidak melihat orang-orang Melayu bukan warganegara sebagai ancaman. Orang-orang Sumatera jarang disebut Indon hanya disebut asalnya atau orang seberang kerana begitulah budayannya turun temurun. Orang Sumatra juga membahasakan diri orang seberang. Gabung atau tidak sama sahaja jika orang Melayu Sumatera berbalik kepada alif ba ta. Agama Bangsa Tanah air.

      Agama terutama dalam perjuangan Melayu. Brunei telah melaksanakan hudud, Malaysia sedang menyusul. Hak Allah dan Rasul adalah pertama dan utama. Ajaran lain seperti demokrasi, nasionalisme, HAM tergantung pada Al quran dan hadis. Ini beza utama antara Malaysia dan Indonesia dari zaman Nasakom Soekarno sampai zaman reformasi sekarang. Semua ini dilakukan secara perlahan-lahan dan terancang. Kedua, kebangsaan Melayu. Melayu mesti Islam. Melayu keluar Islam jika hudud dijalankan tentunya akan dibunuh. Maka kita beranggapan tiada Melayu bukan Islam kerana tiada ruang untuk itu. Selama inipun mereka diusir dari keluarga dan masyarakat. Al quran menyatakan kehinaan dunia akhirat kepada mereka yang mengambil sebahagian ajaran dan menolak sebahagian yang lain. Inilah yang berlaku kepada Indonesia. Berteriak sana sini membawa fahaman Soekarno yang tentunya tidak boleh memberi syafaat di akhirat dan NKRI yang tidak membawa nuansa Islam secubit pun dengan harga mati. Hebat, tapi tiada nilai di sisi Allah dan Rasul. Malaysia juga tidak sempurna, cuma berusaha kerana kita perlu mengaut sebanyak mungkin Ilmu di dunia ini terutama ilmu persenjataan dan perlu mengelak sekatan kerana takutkan Islam lagipun kita telah terbukti bangsa yang pintar teknologi. Tanah air Melayu adalah semua negeri Melayu Islam dimana pergerakan manusia, modal dan teknologi bergerak bebas seperti antara negara-negara Eropah atau US dan Kanada dan tiada keperluan untuk menjadi satu negara walaupun tiada salahnya.

      Suka

  41. Adit berkata:

    Aku wong padang asli, tapi tinggal di palembang!
    Aku TIDAK setuju kalo sumatera terutama sumbar bergabung samo malaysia.
    Karno ngapo, malaysia itu katek ambekan jadi dio iri samo negara kito yang makmur oleh keanekaragaman dan pesona alam kito di sumatera dan di INDONESIA.
    Dio ngomong wong malay sering berkunjung ke sumbar buat wisata dan lain lain ???
    Kau pikiri bae, ngapo dio sering maen tempat kito, ? Kuraso tempat dio idak seindah kito !!!
    Sekali lagi MERDEKAAA INDONESIA!!!

    Suka

  42. Tengku berkata:

    Saya sebagai warga Riau keturunan Melayu Minang lebih memilih bergabung dengan Malaysia,
    Karena Malaysia adalah Negara yang mempunyai adat yang lebih kental,agama yang masih kokoh dan belum terkotori,
    Saya sudah malu jadi warga indonesia,
    Karena selama 70 tahun ini sistem internal kita belum sepenuhnya terselesaikan masalah itu lah dan ini lah dan sebagainya,
    Bagaimana kita mau maju ??
    Sementara sistem internal aja tak berujung penyelesaian,bukan itu saja masih banyak hal hal yang tidak saya sukai..
    Terima kasih

    Suka

  43. begel berkata:

    yg benar tu..malaysia adalah bahagian dari sumatera. bukan sumatera yg jadi bahagian dari malaysia… salah satu alasan malaysia ingin merebut sumatera mungkin karena di sumatera ada sriwijaya. jdi mereka bisa mengklaim bahwa jaman dulu sebagian besar nusantara dikuasai malaysia, dgn mmbonceng sumatera… seharusnya kita bangga jadi orang indonesia. karena darah kita masih lebih murni dripada negara asia tenggara lain semisal malaysia yg agak campur aduk dgn bangsa cina, india, dll. dan menurut sy tidak ada bedanya antara suku jawa, sunda, melayu, dll. wajah kulit dll msih mirip2 aja. ini membuktikan bahwa kita serumpun, berkeluarga dekat sekali. masalah persukuan, sebagai org berakal pastinya kita tahu itu bukan apa2. hanya gara2 sekelompok keluarga yg memisah dan berkembang biak, lalu menamakan diri sebagai klan anu dsb.. padahal asalnya sama. keturunan lemurian…hahaha..

    Suka

  44. Daffa berkata:

    kita anak melayu Sumatera jangan pernah berkeluh kesah untuk ini, kita seharusnya sebagai Anak melayu Sumatera tetap berjuang untuk NKRI yang telah dibebaskan oleh pejuang-pejuang kita dari jajahan, kita bangun sama-sama Sumatera yang lebih makmur bahkan melebihi semenanjung sana, cukup dengan belajar yang tekun dan rajin kelak kita menjadi pemimpin yang dapat membangun daerah kita ini, janganlah berkeluh kesah kawan… kita buktikan saja kita anak Melayu Sumatera hidup dengan NKRI pasti bisa, jika dilihat Malaysia sama kok seperti Indonesia, ada ketimpangan sosial dan infrastruktur dimana Semenanjung lebih makmur daripada Malaysia Timur (Borneo)… kita jangan berkaca dengan semenanjung saja, tetapi dilihat dari malaysia seluruhnya…
    Insyaallah jika kita bangun negara dengan tulus dan ikhlas kita pun dapat maju…
    ngomong-ngomong Bandara bandara di Sumatera lebih bagus lho daripada di Jawa… di Jawa bandara setingkat ibukota Provinsi bandaranya hanya kecil” masih kalah dengan Sumatera.. untuk itu kita harus berbangga hati jangan berkecil hati lagi, meskipun kita banyak kurang disana sini, kita bangun sama-sama agar menuju Indonesia yang lebih baik lagi 🙂 Indonesia itu tetap satu kawan dari Sabang sampai Merauke.. Berbeda-beda tetap satu jua..
    Salam anak Bukittinggi..

    Suka

  45. Hamzah berkata:

    Kita Bangun kawan… jgan berkeluh kesan menjadikan Indonesia yang lebih baik 😀

    Suka

  46. Eddie berkata:

    Keturunan Melayu Malaysia bukanlah 70% drp Sumatera. Melayu mewakili 65% daripada populasi Malaysia. Keturunan Melayu Acheh byk di Penang; Keturunan Jawa di Selangor & Johor; Bugis di Johor, Minang di Negeri Sembilan, Selangor (daerah Semenyih & Beranang) dan Melaka; Banjar di Perak, Selangor, Johor, ada juga yg keturunan Kerinchi (di KL dan Selangor) & Mandailing. Byk keturunan2 ini jg yg dtg berhijrah bkn shj sebelum kemerdekaan tetapi selepas Indonesia & Malaysia sdh mencapai kemerdekaan dtg ke Malaysia khasnya wilayah KL & Selangor sekitar tahun 70an & 80an yg kini sdh menjadi permanen residen. Byk tertumpu sekitar KL Kg. Baru dan selebihnya di Selangor & mgkn negeri lain jg (kelompok ini minus TKI yg berada di Malaysia). Adat Pepatih hanya diamalkan di Negeri Sembilan (sudah kurang diamalkan bkn seluruh Malaysia). Negeri2 bahagian utara (Kedah & Perlis) mmg asli keturunanya disitu, mereka sama keturunan dgn Melayu di Wilayah Satun & Songkhla di Selatan Thai dan Melayu Myanmar di Kawthaung. Negeri Pantai Timur (Kelantan, Terengganu & Pahang), Kelantan khususnya berketurunan Melayu Yawi, sama dgn Melayu di Wilayah Narathiwat, Yala & Pattani (wilayah asal keturunan dan kerajaan Melayu Pattani). Di Sabah (daerah pantai barat & WP Labuan) dan di Sarawak (daerah Limbang & Miri) majoriti keturunan Melayunya ialah Melayu Brunei. Di daerah Tawau ada keturunan minoriti Melayu Cocos (dari Kepulauan Cocos, Australia) dan di Sarawak aslinya penduduk Melayu Sarawak.

    Di Malaysia definisi Melayu beda dgn di Indonesia. Melayu itu bangsa dan Melayu yg berhijrah ke Malaysia (Mandailing, Bugis, Banjar, Jawa, Jambi, Aceh, dll.) digelar Melayu Dagang, yg mmg asli di situ dipggil Melayu Jati. Hasil asimilasi semua dipggil sbg 1 bangsa yakni Melayu (inilah Melayu yg kalian kenal kini sbg Melayu dan Malaysian). Tapi hal ini hanya berlaku di Malaysia Barat. Di Sabah (Bhgn Malaysia Timur di Borneo) jg ada org2 Jawa, Banjar, Bugis tpi tdk dipnggil Melayu, msh kekal dipanggil mengikut suku masing2 krn proses asimilasi tdk berlaku di wilayah ini. Dari segi kuliner, rasanya cuma Rendang (makanan tradisi Minang) yg terkenal seluruh Malaysia, apa bangsa pn di Malaysia kenal apa itu rendang thanks to Minangkabau 🙂 Di Malaysia penerimaan masyarakat lbh bersifat terbuka dgn bangsa yg lain dn sekarang taukan kenapa ada kebudayaan2 yg Malaysia angkat menjadi warisan (bukan didakwa/diklem), kerana adanya suku2 Melayu ini yg dtg berhijrah dan membawa kebudayaan mereka bersama. Itulah perhubungan sejarah kita.

    Suka

  47. ahmad berkata:

    saya melayu palembang, menurut saya semenanjung malaya sebaiknya bergabung kembali dengan sumatera dalam bingkai NKRI, karena dahulu malaysia adalah bagian dari sriwijaya. malaysia menggunakan bahasa melayu bukan berarti bahasa melayu berasal dari malaysia. bahasa melayu atau bahasa indonesia adalah bahasa resmi kerajaan sriwijaya, dapat dibuktikan dari semua prasasti sriwijaya menggunakan bahasa melayu yang tersebar di jawa dan sumatera. saya punya impian semenanjung malaya dan kalimantan utara bergabung dengan indonesia.

    Suka

  48. ahmad berkata:

    malaysia sebaiknya bergabung dengan indonesia, jadikan malaysia provinsi ke-35

    Suka

  49. usmans berkata:

    Baguslah kalu begitu…rasanya Malaysia memang lebih banyak persamaan budaya dengan kita Melayu Sumatera jika dibandingkankan dengan suku lain di Inonesia.

    Suka

  50. jojo berkata:

    pantas orang svmatrv tidak pernah jadi presiden. senengnya pengen gabung sama maley. ckkkk. gih sana gabung sana sama maley. emang kalian ga ngrasa ngejajah juga ya dmana2 ada restoran nasi vadang. untung aja restoran nasi vadang msih diperbolehkan jual di pulo jawa. emang kalian mau di usir restoran vadang di pulo jawa? kagak mau kan. asalkan tau aja orang jawa bisa sukses karena tekadnya kuat dan orangnya ramah. jangan liat sisi buruknya jawa terus. jatohnya loe-loe pada iri malah tambah dosaaa. mana yang ngakunya paling islam banget di indon.

    Suka

  51. sony berkata:

    masih banyak yang harus dibenahi….apa yang terjadi saat ini antara indonesia dan malaysia tidak lebih dari dampak yg timbul akibat politik dan haus kekuasaan para penguasa2 kita terdahulu….kalau kita tidak bisa merubah nya maka kejadian ini akan seperti piala bergilir yg akan terus menerus kita turunkan ke generasi kita nanti nya…mari kita bersatu buktikan kalau bangsa kita bangsa yg damai dengan kekayaan yg melimpah jangan cuma jadi slogan doank..jangan kita mudah terpengaruh dan terpropokasi oleh orang2 yg menginginkan perpecahan. salam damai

    Suka

  52. reyhan berkata:

    Bahasa jawalah yg merupakan bahasa warisan proto melayu. Bahasa melayu tua lebih didominasi oleh vokal o, sebagaimana bahasa palembang, jambi dan minangkabau. Budaya melayu berakar dari perkembangan kerajaan sriwijaya yg imperiumnya meliputi semenanjung malaysia, sumatra, kalimantan dan jawa. Dominasi kerajaan sriwijaya di tanah jawa diwakili oleh kerajaan vassal wangsa syailendra di tanah jawa. Pengaruh kerajaan ini begitu mengakar di tanah jawa. Dari bangunan candi hingga bahasa. Bahasa jawa merupakan akulturasi bahasa melayu kuno dgn bahasa lokal. Asumsi ini dapat dibuktikan dari kemiripan bahasa palembang yg dituturkan oleh bangsawan kraton palembang yg merupakan pewaris kerajaan sriwijaya dgn bahasa jawa.

    Suka

    • freeman berkata:

      Pendapat saya, sebagai seorang minang di indonesia, lebih baik tetap menjadi Indonesia, bangun dari desa hingga provinsi masing2 dan dgn itu Indonesia akan kuat dengan sendirinya, bukan berharap dari pemerintah pusat melulu untuk memajukan indonesia, yg hanya akan membuat tiap daerah bergantung terus menerus. Jika sumatera bergabung dengan malaysia dan pisah dari indonesia, saya pribadi membayangkan apa yg akan dikatakan Moh. Hatta dkk di dunia yg lain nanti, tidak bertanggung jawab kah? Ingin makmur yg instan kah? Tanpa mencoba? Ah, saya rasa berlebihan tapi kurang lebih seperti itu yg saya bayangkan karena mereka telah mengahabiskan hidupnya berjuang untuk bangsa ini, bkn untuknya mereka sendiri.
      Ada baiknya kita ambil “sesuatu” dari presiden AS yg pertama: tinggalkanlah rasa ke-daerahan yg berlebih-lebihan.
      *mungkin pas-pas saja kali yaa? 😀

      Suka

      • Mohammad Amin berkata:

        Indonesia is my beloved country Indonesia is my love……………….
        Perkenalkan nama saya Mohammad Amin.Saya orang Indonesia asli asal Brebes Jawa Tengah, makanan favorit saya adalah nasi Padang, lagu favorit saya adalah lagu lagu Melayu Deli dan Melayu Riau yang sering ditayangkan di TVRI dalam acara Dendang Melayu dan Grenek Melayu. Band favorit saya adalah lolipop, the mercies, panbers dan lain2 yang kebanyakan dari Sumatra dan Maluku. Bahkan penyanyi2 favorit saya adalah orang batak, maluku, sulawesi, papua dll.Saya juga banyak teman dari padang, batak, palembang, kalimantan serta N TB dan NTT. Yang jadi pertanyaan kalau nkri disintegrasi, misalnya Sumatra bergabung dengan Malaysia pasti akan mengecewakan banyak pihak. Jangan sampe terjadi “Tenun yang sudah menjadi selembar kain kita rusak sendiri hingga jadi rusak menjadi serpihan2” kan sayang. Salam damai dan salam bersatu di bingkai NKRI…

        Suka

  53. […] Sumatra, Dalam Pandangan Orang Malaysia Hai online | situs majalah remaja cowok| musik, film , Jenis sepatu vans kamu suka? vans era vans skool vans authentic. […]

    Suka

  54. henry berkata:

    Yah..cukup rumit memang kalau kita berdebat soal ini, dan memang kalau mau jujur 90% warga sumatra memang akan lebih memilih malaysia dibanding NKRI,kalau survey itu di lakukan. Terlalu bnyk faktor permasalahan yg menyebabkan rasa nasionalis warga sumatra mudah di goyah seperti itu. Pertama faktor budaya dan bahasa,jelas sudah g bs di pisahkan lg, bkn satu ethnic lagi, satu suku malah, satu nenek moyang. Yg kedua letak geografis,jelas sumatra dan malaysia cuma di pisahkan selat malaka secara umum mulai dr aceh sampai riau, dan yg lebih ironis lagi, 90 % warga sumatra hny bs menikmati siaran stasiun tv malaysia, tv indonesia ntah dimana signal nya,kita penduduk sumatra sngt berterima kasih utk tv malaysia yg menghadirkan World cup dr tahun 98 ,krn tvri sudah tdk menyiarkan world cup lg sejak 98.
    Dan masih banyak lagi berbagai alasannya knp warga sumatra lebih milih malaysia, termasuk soal produk malaysia yg lebih murah dan berkualitas yg hadir di sumatra.
    Jd kawan2 di jawa tdk perlu jd merasa tdk simpati utk pendapat2 sperti itu, udah gk bs di pisahkan memang secara apapun. mari kita jaga aja hub baik di kedua negara. thks

    Suka

  55. Fansyuri berkata:

    Kembali ke masalah jumlah populasi, suku Jawa dengan populasi yang luar biasa banyak dan disertai dengan program transmigrasi. Secara tidak langsung mengeruk pelan-pelan kearifan lokal warga asli dan terkesan di”JAWA”kan.
    Contoh kecilnya, setiap hari Jumat para pegawai negri/BUMN diwajibkan memakai batik. Masih tidak mengakui Indonesia sedang di Jawanisasi?
    Mungkin ada contoh lain di daerah saudara-saudaraku perihal Jawanisasi?. Mohon ditambahkan. Terima Kasih

    Disukai oleh 1 orang

  56. indomo berkata:

    merdeka sumatra.

    Suka

  57. Mazrul Hisham berkata:

    Sumatra perlu masuk Malaysia kerana kami masih mempertahankan Kesultanan Melayu bukan seperti Indonesia yg telah membuang raja raja Melayu menjadi sebuah republik memberi kuasa kpd Presiden yg mengikut acuan sistem pentadbiran kafir laknat

    Suka

  58. Wadiyo berkata:

    Itulah Indonesia, beraneka ragam budaya, suku, adat-istiadat, dan bahasa namun tetap satu.
    Thanks

    Suka

  59. Menang Maimbau berkata:

    Gw asli Minang, lahir di Padang. Punya suku Minang juga. Asli Bukittinggi. Gw cinta Indonesia dan gak mau Sumbar gabung ke Malaysia. Never. Melancong lagi ke Malaysia pun tak sudi pdhl gw spend money di sana buka earn money.

    Suka

  60. Dangkal215 berkata:

    Malaysia sekarang negara terkorupsi. ape yg anda banggakan ngn kepemimpinan si najis tu. walau saya orang indonesia saya lebih suka pada tun mahathir

    Suka

  61. umar syarifudin berkata:

    woi malon anjing. loe jgn bikin ribut…. budak inggris.. sumatera ttp bagian NKRI. jikalaupun sumatera merdeka lepas dari indonesia. maka sumatera akan berdiri sendiri menjadi negara independen. alam sumatera kaya, masyarakat dan budayanya majemuk. jgn sementang malaysia dan sumatera 1 rumpun loe ajak sumatera gabung malaysia. TKI kami saja dtng ksna kalian perlakukan secara biadab (siksa). apalagi kami org sumatera gabung sama kalian. habis donk harta alam pulau kami tercinta. hutan kami aja kalian bakar melalui perusahaan malon kalian. kalian diam dan cuci tangan. jgn sampai kami marah malon. kalau kami marah bangsa indonesia ini, rata kamu punya negara. bisa bangsa malon musnah dari dunia ini.

    Suka

  62. Maulana Sidiq berkata:

    Ramai orang Sumatera ingin bergabung dengan Malaysia… padahal bapak pendiri bangsa di Indonesia ini banyak berasal dari sumatera. Mereka orang minang merasa telah di ter-Jawa kan, padahal orang Jawa pun merasa ter-minang kan karena begitu banyaknya budaya minang yang masuk ke tanah jawa… lihat di tanah abang, para pedagang itu asalnya darimana ? hampir mayoritas adalah milik pedagang-pedagang minang… orang betawi dan jawanya kemana ???

    Suka

  63. anwarul jamal berkata:

    ini adalah sebuah hal yang gawat, jangan sampai terjadi perang karena hal yang tidak perlu dan merugikan bagi semua orang.

    Suka

  64. Mat Melaka berkata:

    Saya ada persoalan… sampai bila warga pribumi Sumatera hendak dipimpin oleh orang luar?… 50 tahun lagi? 100 tahun lagi? atau sampai kiamat?… tidak teringin ke ingin menjadi pemimpin di tanah sendiri?…tidak ingin ke bebas melakukan sesuatu tanpa sekatan?
    Bebas lah dari kongkongan Jawa. Sesungguhnya Melayu bangsa pemimpin, bukan dipimpin.
    Aceh, Minangkabau, Medan, Palembang, Lampung dll hanyalah nama tempat sahaja, sebenarnya anda serumpun sebangsa, tiada suku-suku. Oleh itu bersatulah demi anak bangsa masa hadapan.
    Sumatera harus MERDEKA! …kerana anda memang layak BEBAS! ….kami akan sentiasa mendoakan kesejahteraan anda. amin….

    Suka

    • Pissmenn berkata:

      SEMUA ORANG SAKIT JIWA DISINI ! MALAYSIA SENDIRI PON BNYK PROBLEM KOT? NEGARA RACIST, INDIA, CINA BERKUASA CMNA KETUANAN ISLAM MELAYU? KO LIAT PERANGAI CINA MALAYSIA. BELUM LAGI NAJIB DGN 1MDB, MILLION IMMIGRANT BANGLA MENGHITAMKAN NEGARA.

      Jangan terlalu banyak menghayal, orang Sumatera tidak perlu diragukan lagi kecintaannya terhadap Indonesia sekarang pembangunan industri difokuskan ke Sumatera. Di Jawa pun banyak orang Sumatera yang sangat sukses. Menurut saya blog2 sampah seperti ini tiada guna. Kerana kenyataannya hubungan dua negara Malaysia-Indonesia yang makin erat bak abang adik tanpa sempadan tanpa visa. Indonesia ni negara yang potensi suksesnya besar dimasa depan tak heran banyak maklumat antarabangsa mahu bergabung membantu pembangunan.

      Suka

  65. HUTABARAT berkata:

    Saya orang Batak dari Sumatra Utara tidak setuju bergabung dengan Malaysia. Leluhur saya dari tanah Batak menumpahkan darahnya yang berwarna merah untuk INDONESIA !!!

    Suka

  66. parman berkata:

    ada alasan mengapa orang sumatera sebagian ingin bergabung dgn malaysia:
    1. di malaysia status islam dan melayu adalah tuan rumah, dgn segala keistimewaan. sehingga yg merasa melayu-islam sumatera pasti ngiler.
    2. karena status istimewa maka tdk perlu bersaing secara ketat dgn golongan di luar mereka.
    3. popularitas melayu-islam sebagai golongan intelektual yg berpengaruh di indonesia mulai memudar dan terpinggirkan (indonesia lebih suka nasionalisme berdasarkan kebangsaan bukan kesukuan dan agama)sehingga mereka mencari tempat agar popularitas mereka tetap eksis.
    4. di era demokrasi suara mayoritas adalah penentu, dan melayu-islam bukan mayoritas, walaupun agama islam masih mayoritas tetapi kebanyakan umat islam indonesia (jawa-islam) lebih suka memilah antara urusan agama dan negara. politik melayu-islam terdepak scr perlahan. seperti poin 3 mereka mencari tempat agar melayu-islam menjadi mayoritas dan menjadi penentu.
    5. motif ekonomi, sumatera punya banyak sda, yg tdk diolah dgn baik bagi kemakmuran rakyat pulau itu akibat sentralistik zaman orba..sdgkan malaysia tumbuh dgn pesat.
    6. korupsi, indonesia masih menghadapi masalah korupsi yg merajalela dgn terungkapnya banyak kasus, sdgnkan malaysia lebih baik (karena tidak ada yg berani mengungkap kasus korupsi) sehingga menjadi warga malaysia tak perlu pusing dgn kasus pejabat korup.

    yg ada dipikiran melayu-islam mungkin kalo bergabung dgn malaysia mereka lgsung jadi warga istimewa, menjadi mayoritas, penentu kebijakan, dan secara ekonomi lebih baik..opini ini sangat subjektif krn saya mencoba meniru gaya sumatera yg blak2an

    tetapi menurut saya ada juga orang sumatera di luar melayu-islam yg hatinya tetap setia pada indonesia, sebut saja batak..salut batak!!
    mungkin karena merasa beragama minoritas, mereka lebih baik hidup di indonesia yg tdk mengenal keistimewaan kaum dan agama tertentu

    Suka

  67. rio budi santoso berkata:

    malaisya bisanya cuma nge klaim milik indonesia budaya indonesia banyak yang di klaim
    bilang aja kalau malaisya iri dengan kekayaan yang di miliki indonesia
    kalau perangpun kekuatan militer indonesia lebih unggul dibanding malaisya
    bahkan amerika segan dengan indonesia
    jadi jangan coba coba konflik dengan kita
    kemerdekaan aja diberikan inggris pada malaisya karena kasihan

    Suka

  68. rio budi santoso berkata:

    jangan macam macam dengan indonesia kalau tidak ingin di SANTET orang banyuwangi
    NKRI harga mati

    Suka

  69. Naga Lemah berkata:

    adakah jika sumatera gabung malaysia … sultan2 di sumatera akan diberi kuasa spt sultan di malesia?

    Suka

  70. TOK GEROH berkata:

    Ambil yang positif, kalau di negeri China yang begitu banyak suku kaum boleh bersatu, mengapa tidak kita UMAT MELAYU, lupakan sengketa mari kita bina NUSANTARA baru, kita hubungkan Semenanjung dengan Sumatera dengan Jawa, kita bina tambak dan jambatan, kita bangunkan teknologi untuk anak cucu kita seperti hasrat Sri Maharaja Sri Jayanasa pada 23 April 684 dan juga hasrat presiden Sukarno untuk Alam Melayu Raya, sungguhpun beliau orang Jawa.

    Suka

  71. By Dedi berkata:

    Saya mahasiswa melayu jambi, kebijakan transmigrasi yg dilakukan pemerintah indonesia telah membuat semakin runtuh dan tertinggalnya penduduk asli melayu di sumatra, dominasi jawa luas sehingga meminoritaskan penduduk melayu sumatra. Nilai2 budaya melayu semakin pudar. pada dasar saya tidak membenci orang jawa tetapi adanya dominasi seperti ini yg seharusnya dihapus karena jelas merugikan kami bangsa melayu. Mengenai bergabungnya malaysia-sumatra saya sangat setuju apabila pemerintah indonesia masih tetap melakukan kebijakan yg secara tidak langsung merugikan salah satu wilayah NKRI, selain itu malaysia merupakan saudara kandung kami khususnya rakyat melayu sumatra, kami punya adat, budaya, agama & bahasa yang sama.
    (ini bukan provokasi, mohon dicerna)

    Suka

  72. By Dedi berkata:

    katanya transmigrasi untuk mempercepat pembangunan, alhasil sekarang dgn bnyknya transmigrasi di sumatra mengakibatkan hilangnya hutan2 yg menyebabkan banyaknya binatang yg terancam kepunahan, seperti harimau sumatra, ah.. jangankan harimau, elang saja sudah jarang nongol. Apakah itu manfaat transmigrasi? Lalu kenapa harus dgn cara transmigrasi untuk pembangunan, cukup masyarakat lokal saja yang dibina, atau jangan2 tujuan sebenarnya bukan itu? Lalu kenapa yang diimpor selalu jawa, pengennya kami orang sumatra ni mau tetap sama orang papua, sulawesi, kalimantan. Dimana2 jawa, ada politik apa sih sebenarnya. Memang kelihatan agak kurang cerdas jika kami ingin gabung dengan malaysia, tapi kami melihat malaysia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai agama, ras dan budaya, coba kalian lihat film upin-ipin yg mengambil cerita dari nilai2 asli melayu dan alhasil orang papua aja suka nontonnya. Kalo negara kita tercinta ini kayaknya cuma pandai berkata2 dan tidak ada bukti nyata. Maaf sudah hampir 80 thn indonesia merdeka apakah sudah mampu menjalankan sila pancasila??? coba kawan baca pancasila lalu bandingkan dengan yang terjadi sekarang :). Saya sangat cinta indonesia tapi TIDAK dengan pemerintah dan kebijakan2nya yg menguntungkan diri sendiri atau salah satu pihak atau suku itu… Semoga ke depannya bangsa melayu (sumatra) menjadi bangsa mandiri yang menjunjung tinggi nilai budaya dan agama sehinga rakyat sejahtera seperti malaysia atau brunei.. Jangan gengsi niru mereka, mereka sudah membuktikan.

    Suka

  73. rendy berkata:

    Saya orang Palembang, menurut Saya Malaysia lebih pantas bergabung dalam wadah NKRI, karena fakta sejarah menunjukkan bahwa Malaysia berasal dari Indonesia, terutama berasal dari melayu sumatera sejak zaman Sriwijaya

    Suka

  74. Edi Mulyanto berkata:

    Artikel yang menarik. Membahas sejarah memang tidak ada habisnya. Sebagai keturunan jawa yang besar di kalimantan dan sekarang bekerja di sumatra. Saya memahami bagaimana perasaan masyarakat di luar pulau jawa. Pembangunan di luar pulau jawa memang masih tertinggal. Pendidikan yang tidak merata. Akses kesehatan tidak sebagus di jawa. Dan mungkin banyak permasalahan lain yang ada di Indonesia. karena kita mewarisi pemerintahan kolonial belanda yang pada saat itu memusatkan pemerintahannya di pulau jawa. Jika tidak salah di pemerintahan soekarno ada gagasan untuk memindahkan ibukota republik ini ke kalimantan. tapi saya tidak tahu sebabnya kenapa tidak jadi terlaksana hingga saat ini.
    Butuh usaha keras untuk mewujudkan pemerataan di segala bidang di Indonesia. Malah saya pernah berkata ke ayah mertua saya bahwa jika orang papua bisa menjadi presiden Indonesia. Berarti saat itu Indonesia sudah menjadi negara yang sangat maju.

    Suka

  75. Erianto berkata:

    Udeh, Malaysia tuh’ Bayar upeti ke Britis tiap tahun, Malaysia masih dijajah’ hari gini masih dijajah’ Palestina aja udah merdeka

    Suka

  76. FauzanKun berkata:

    Dilihat Dari Komentarnya, Saya Berfikir Kenapa Tidak Malaysia Saja Yang Bergabung Dengan Sumatra Dan Mendeklrasi Kemeredekaan ?

    Suka

  77. malaysia berkata:

    Memang sumatera, riau (natuna) serta kalimantan harus mendukung kemerdekaan dari penjajah jawa..harusnya kalian perang sama jawa..dan malaysia siap mendukung kalian merdeka..kerana kalian adalah bangsa melayu..bukan bangsa jawa..kalian bangsa melayu ada jati diri.. kami dari malaysia siap mendukung dan membantu bangsa melayu..bangkit lah kalian sumatera natuna dan kalimantan ..bangkit lah dan perangi kerajaan boneka hindu yang dicipta oleh bangsa indonesia..saya sebagai anak melayu siap utk perangi nkri.. kita wujudkan kerajaan kesatuan malaysia sumatera merdeka.. perangi jawa nkri…salam dari melayu johor

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Bagaimana Saudara akan berperang, menulis komentar saja masih memakai akun anonim. Tunjukkanlah jati diri Saudara, kita berdiskusi disini. Mana ada negara boneka Hindu di Indonesia. Datanglah ke Jawa sini, jangan hanya berkutat di Johor saja.

      Suka

    • Erika Saputri berkata:

      anda menghasut kami. tapi di hati kami rasa nasionalisme tertanam sangat kuat. untuk bergabung dengan kalian itu berati kami harus mengulang dari awal. dan bagaimana pahlawan kami, keluarga kami dulu berjuang melawan penjajah dengan tetesan darah keringatnya atas nama NKRI bagaimana kami bisa melupakan itu. pembangunan itu tugas kami sebagai generasi muda. saya yakin setiap negara akan mengalami fase kemajuan pada waktu yang tepat. tapi kami punya alam yg indah rumah yang indah yang tidak dimiliki negara lain mungkinnya. saya keturunan melayu palembang

      terima kasih.

      Suka

  78. Berita Wong Kito berkata:

    sebelum ada penjajahan dari eropa >> malaysia & sumatra memang SATU kang, para penjajah itulah yang membagikan atau memetakan wilayah jajahan mereka untuk teritorial inggris & netherland (belanda),, sejarah nya memang begitu ,, mana bisa di rubah ,, malaysia bukan mengklim bahwa SONGKET adalah warisan leluhur mereka ,, historis nya nenek moyang semenanjung malaysia memang dari palembang, minang hingga aceh, makanya palembang sumsel tidak ribut seperti di jawa, itu karena di malaysia adlah keluarga semua ,, mana boleh keluarga family >> berantem ,, kumpulan monyet aja akur di kelompok mereka.

    Suka

    • Najihah berkata:

      Tidak betul.. Malaysia juga miliki warisan songket asli sendiri.. developed by local. Cari aja negeri Terengganu.. salah sebuah negeri di timur semenanjung yang wujud semenjak tahun 700AD. Trengganu juga penghasil batik.. pengekspor batik ke singapura semenjak zaman stamfort raffless.

      Dan di borneo, penduduk dayak juga memiliki teknik membuat material seakan songket.. dinamakan ‘kain kumbu pua’. Jadi claim mengatakan songket dari jawa tidak betul..

      Suka

  79. Sundanese berkata:

    Saya orang Asli Sunda lahir ditanah Pasundan dari kerajaan Padjajaran. Leluhur kami berkontribusi untuk kelahiran NKRI. Walaupun roda pemerintahan dikuasai jawa, kami hanya bisa menerimanya. Dan kalian Melayu yg ingin merdeka atau gabung dengan Malaysia silahkan saja jika memang itu yang akan membuat keadaan kalian membaik. Karena dengan kehilangan kalian tidak akan membuat satu diantara 17 bulu disayap garuda patah..

    Suka

    • usman berkata:

      Oke sip thanks atas restunya bro

      Suka

    • usman berkata:

      Kamu tau kalo sampai padang bergabung dengan malaysia siapa aja yang akan mengikuti, dari padang hingga aceh tidak lagi akan jadi bagian NKRI artinya setengah dari pulaw sumatra hilang itu artinya angin segar buat bangsa melayu, garuda bukan cuma hilang selembar bulunya tapi satu sayap benar2 patah, medan tidak mau bergabung maka mereka akan membutuhkan visa untuk ke jakarta karna medan ada di tengah2 sumatra yg ingin lepas dari NKRI, orang medan itu cerdas ngak mungkin mereka mau jadi wilayah tertinggal karna tidak mungkin pembangunan akan berjalan lancar kalo harus melewati bagian negara lain, saya bukan benci presiden itu dari jawa terus ya, tapi saya merasa suku di pulaw jawa kurang suka pada kami akan lebih baik pisah saja dari pada nahan kesel yg tidak terlihatkan tidak baik, saya suka jokowi dia president hebat tapi ya mau dikata apa dia belum sanggup sepertinya menghilangkan rasis kesukuan di negara ini, jokowi dua periode saya dukung seandainya jokowi benar-benar mampu memindahkan ibu kota ke kalimantan biar adil biar kalimantan dibangun jangan pulaw jawa terus banyak rasis seperti suku kamu yg terlalu berbangga hati dan tinggi hati merasa paling pribumi, saya sering merasa direndahkan kalo udah berurusan dengan sukumu hanya karena saya orang padang. sumatra, kalimatan, irian seperti anak tiri apa kamu pikir itu sehelai bulu dari burung garuda, kalo suku2 ini lepas bayangkan berapa negara yg akan jadi seteru garuda yg sudah tidak lagi memiliki bulu alias telanjang dan tanpa sayap.

      Suka

  80. fifi berkata:

    tidak akan ada sumatera gabung dengan malaysia. sy keturunan minang, sy cinta indonesia yang ada ini. Kita yg dari sumatera harusnya paham, bahwa sumatera khususnya sumatera Barat tidak memiliki kekayaan Alam yang berlimpah seperti provinsi lainnya, Tapi coba lihat, Orang2 minang hidupnya makmur dan berpendidikan tinggi dibanding keturunan jawa. Jawa bisa terima dihina2 karena memang sifatnya nrimo, kita sebagian sumatera dengan sifat egaliternya lupa diri dan tidak berterimakasih. Untuk Presiden kenapa jawa..??, yaah penduduk jawa itu dominan 60%, dan mereka lebih bijak dan sabar utk memimpin seluruh warga indonesia dengan berjuta ragam. Indonesia gak cocok dipimpin oleh orang yang tempramen dan pemarah,.
    Jadi warga indonesia…..berbanggalah jadi orang indonesia yang lebih jaya.

    Suka

    • rakyatbiasa berkata:

      kata siapa sumatra barat tak punya kekayaan alam.Kita ada gunung kapur buat semen. Semen di indonesia banyak dr semen padang yang dibikin berbagai merek. Lalu ada batu bara, ada panas bumi, ada cadangan minyak yg cukup besar tp belum matang jadi blm bisa diolah dalam waktu dekat. Ayah sy dl kerja departemen pertambangan di sumbar, pernah bawa batu yg merupakan campuran bbrp logam termasuk emas tapi negara ga terbuka. Kamu tak tahu untuk bagi hasil eksplorasi panas bumi, sumbar cm kebagian 1%, entah utk semen kita dpt berapa karan semenpadang itu ga dikasih izin berdiri sendiri selalu dibawah semen gresik. Kata siapa orang sumatra tak cakap memimpin. Lihat sultan brunai msh keturunan minang, rakyatnya kaya raya, adil, sejahtera,. Ga cm dia dan keluarganya aj yg kaya. Lihatlah Sultan Abdul Rahman dr N9, dia ga serakah ingin menguasai malaysia sendiri tp mau berbagi dengan kerajaan lain bergiliran jadi diraja malaysia tiap 5 tahun. Orang malaysia di tv mereka kadang suka mengolok logat N9 tapi saya yakin mereka sangatlah hormat dengan kerajaan N9. Mgkn pemimpin dari jawa lbh diterima oleh non muslim tp lihat ga tegas, ga adil ke seluruh suku bangsa. Tanyalah ke org papua, maluku, sulawesi, kalimantan, bagaimana perasaannya. Saya keturunan minang juga. kalau cuma ada 2 pilihan tetap indonesia atau gabung malaysia, lebih baik gabung malaysia, karna ras kita lebih dekat dengan org melayu. Tapi kalau memungkinkan lebih baik berdiri sendiri. Di malaysia raja”nya banyak keturunan sumatra baik” saja. Kamu jgn samakan org awak yang ga berpendidikan dengan yang berpendidikan. Yang ga berpendidikan mungkin mudah marah karna ga ada duit, tapi kalau cerdas dan berduit malah oke banget.

      Suka

Tinggalkan komentar