Gajah Mada, karya Muhammad Yamin

Banyak pihak menilai, abad ke-20 merupakan masa kejayaan peradaban Minangkabau. Hal ini ditandai dengan besarnya peran mereka dalam lima lini pokok kehidupan bermasyarakat di Indonesia (dan Nusantara pada umumnya). Dari lima bidang tersebut, yakni : politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, serta sosial keagamaan, Minangkabau telah melahirkan ratusan bahkan ribuan ahli yang kompeten di bidangnya. Para ahli itu, yang telah go internasional dan bahkan melegenda antara lain : Tan Malaka, Hatta, Sjahrir, Tuanku Abdul Rahman, Yusof Ishak (politik); Hasyim Ning, Abdul Latief, Tunku Tan Sri Abdullah (ekonomi/bisnis); Chairil Anwar, Muhammad Yamin, Sutan Takdir Alisjahbana, Usmar Ismail, Soekarno M. Noer (budaya); Emil Salim, Sheikh Muszaphar Shukor, Taufik Abdullah, Azyumardi Azra (ilmu pengetahuan); serta Agus Salim, Hamka, Natsir, Tahir Jalaluddin, Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, dan Syafii Maarif (sosial-keagamaan).

Namun dari itu, sedikit sekali orang yang mengetahui kejayaan Minangkabau di masa lampau. Menurut hasil penelitian Mochtar Naim yang dituangkan dalam disertasinya “Merantau”, sejak dahulu kala orang-orang Minang telah banyak berkontribusi dalam pembentukan peradaban Nusantara. Dan diantara mereka banyak pula yang menjadi raja ataupun pendiri sebuah kerajaan. Dalam tulisan kali ini, kita akan melihat sepak terjang raja-raja asal Minangkabau, yang memerintah di banyak negeri seantero Nusantara.

Dapunta Hyang Sri Jayanasa, dipercaya sebagai pendiri imperium besar Sriwijaya. Menurut tambo alam Minangkabau, Dapunta Hyang berasal dari lereng Gunung Merapi, yang kemudian melakukan migrasi bersama sejumlah penduduk setempat. Dengan mengaliri Sungai Kampar dari pedalaman Minangkabau, Dapunta Hyang beserta rombongannya tiba di bibir pantai Selat Malaka. Mereka terus melanjutkan perjalanan ke selatan hingga bertemu muara Sungai Musi. Dari sini mereka mencoba memudiki Sungai Musi dan berjumpa lereng Gunung Dempo. Dari lereng gunung inilah kemudian Dapunta Hyang beserta rombongannya membangun sebuah kedatuan yang berpusat di tepian Sungai Musi.

Prasasti Kedukan Bukit

Kisah perjalanan Dapunta Hyang dari tanah Minang, terukir jelas dalam Prasasti Kedukan Bukit. Prasati itu bercerita tentang rombongan Dapunta Hyang yang selamat melakukan perjalanan dan penyerangan dari Minanga, bersama serombongan pasukan yang melewati darat maupun laut. Hingga saat ini, penafsiran isi prasasti tersebut masih simpang siur. Poerbatjaraka berpendapat bahwa Minanga (atau Minanga Tamwan) merupakan hulu pertemuan dua sungai Kampar, yang berada di luhak Lima Puluh Koto. Dan Minanga Tamwan diprediksi sebagai asal usul nama Minangkabau. Sedangkan para ahli lainnya seperti George Coedes dan Slamet Muljana, justru berteori bahwa Minanga merupakan kerajaan taklukan Dapunta Hyang yang terletak di hulu Batanghari. E.S Ito dalam novelnya “Negara Kelima”, juga menyinggung mengenai migrasi Dapunta Hyang dari Minangkabau ke Palembang. Dikatakannya bahwa Dapunta Hyang telah menghiliri Sungai Batanghari sampai ke muara Jambi, dan kemudian melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki hingga ke tepian Sungai Musi. Menurutnya Dapunta Hyang adalah salah seorang pembesar Minangkabau, yang ingin mengembalikan kejayaan imperium Atlantis.

Putra Minangkabau lainnya yang duduk di tampuk kekuasaan adalah Kalagamet. Dia merupakan raja Majapahit kedua yang memerintah pada tahun 1309-1328. Kalagamet yang bergelar Sri Jayanagara, beribukan Dara Petak seorang permaisuri yang berasal dari Kerajaan Dharmasraya. Pada masa berkuasa, dia mengangkat saudara sepupunya yang juga keturunan Minangkabau, Adityawarman, sebagai duta untuk negeri Tiongkok. Adityawarman adalah putra Dara Jingga, permaisuri Dharmasraya lainnya yang bersuamikan Adwayawarman. Di masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi, Adityawarman naik jabatan sebagai wreddhamantri atau perdana menteri kerajaan. Dalam posisi strategis itu, dia membangkang kepada Tribhuwana dan melecehkan Majapahit. Pada tahun 1347, dia pulang kampung ke Sumatra dan mendirikan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan ini merupakan penerus wangsa Mauli yang telah berkuasa di Sumatra selama hampir satu setengah abad. Pada abad ke-14, Kerajaan Pagaruyung memiliki daerah taklukan ke hampir seluruh wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaysia. Kekuasaannya atas Nusantara barat, merupakan balance of power bagi Majapahit yang berkuasa di bagian tengah kepulauan.

Museum Adityawarman di Padang

Selain Jayanagara dan Adityawarman, tokoh Majapahit lainnya yang dipercaya berasal dari Minangkabau adalah Gajah Mada. Namanya mengikuti genre jago silat Minang lainnya seperti Harimau Campa, Gajah Tongga, atau Anjing Mualim. Sebagian orang memperkirakan, Gajah Mada merupakan putra seorang pendekar Minangkabau yang ikut mengantarkan Dara Petak dan Dara Jingga ke Majapahit. Namun Ridjaluddin Shar dalam novelnya “Maharaja Diraja Aditya­warman: Matahari di Khatulis­tiwa”, malah berpendapat sebaliknya. Menurutnya Gajah Mada adalah anak dari salah seorang pasukan Pamalayu yang menikahi gadis Minangkabau. Asal usul Gajah Mada memang penuh misteri dan tanda tanya. Hingga saat ini belum ada sejarawan yang berhasil mengungkap kelahiran dan kematian tokoh besar tersebut, kecuali hanya dugaan-dugaan awal saja. Yang jelas, Gajah Mada merupakan simbol kebesaran Majapahit dan persatuan Indonesia. Ketika ia ditunjuk sebagai perdana menteri pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dalam Sumpah Palapa ia bernazar akan menaklukkan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit. Namun janjinya tersebut tak sempat terwujud, sampai akhirnya kerajaan itu runtuh pada awal abad ke-16.

Muhammad Yamin, seorang pakar hukum, ahli sejarah, budayawan, dan salah satu founding fathers Indonesia, merupakan pengagum berat sosok Gajah Mada. Kekagumannya mungkin juga dikarenakan pertalian darah yang sama sebagai putra Minangkabau. Usahanya dalam merekonstruksi peran Gajah Mada dalam buku setebal 112 halaman, merupakan salah satu bentuk kegandrungannya. Impian Gajah Mada mempersatukan Nusantara, telah mengilhaminya untuk menggabungkan seluruh jajahan Hindia-Belanda dalam satu kesatuan wilayah politik. Pada bulan Oktober 1928, cita-citanya itu benar-benar terwujud. Dalam sebuah ikrar bersama yang kelak dikenal dengan Sumpah Pemuda, Yamin berhasil menyatukan seluruh komponen rakyat Hindia-Belanda, dalam satu bangsa, bahasa, dan tanah air.

Sultan Hassanal Bolkiah, salah seorang raja keturunan Minang

Pada tahun 1390, seorang pengelana Minangkabau yang kemudian berjuluk Raja Bagindo, mendirikan Kesultanan Sulu. Tak banyak riwayat mengenai raja yang satu ini, kecuali para keturunannya yang menjadi pelaut ulung. Kabarnya mereka sangat ditakuti oleh pedagang-pedagang Eropa yang acap melintasi perairan utara Nusantara. Mohd. Jamil al-Sufri dalam bukunya “Tarsilah Brunei: The Early History of Brunei up to 1432 AD” menyebutkan, bahwa dari silsilah raja-raja Brunei Darussalam, diketahui bahwa pendiri kerajaan ini : Awang Alak Betatar atau yang bergelar Sultan Muhammad Shah, berasal dari Minangkabau. Selain itu raja-raja Serawak di Kalimantan Utara, juga banyak yang berasal dari Minangkabau. Hal ini berdasarkan informasi para bangsawan Serawak, yang ditemui Hamka pada tahun 1960. Kamardi Rais Dt. Panjang Simulie dalam bukunya “Mesin Ketik Tua” juga memerikan berita bahwa ketika James Brook dirajakan di Serawak, yang melantiknya adalah datuk-datuk asal Minangkabau.

Sultan Buyong, anak dari raja Indrapura yang bertahta di Pesisir Selatan, pernah berkuasa di Kesultanan Aceh pada tahun 1586-1596. Buyong (Buyung ?) naik menjadi raja, berkat pengaruh dan kekuatan para pedagang Minang yang berniaga di Kutaraja. Sebelum itu kakak ipar Buyong, Sultan Sri Alam, juga sempat bertahta di Kesultanan Aceh (1575-1576). Sri Alam berkuasa melalui kudeta berdarah hulubalang Minangkabau, yang disebut-sebut telah berkomplot dalam pembunuhan Sultan Muda. Untuk menyingkirkan pengaruh Minangkabau dari Kerajaan Aceh, sekaligus membalaskan dendam kematian Sultan Muda, pada tahun 1596 ulama-ulama Aceh melakukan pembunuhan berencana terhadap Buyong. Dengan terbunuhnya Buyong maka berakhirlah pengaruh Indrapura di tanah rencong. Kesultanan Indrapura yang beribu kota di Indrapura (selatan Painan), merupakan pecahan dari Kerajaan Pagaruyung. Pada paruh kedua abad ke-16, kesultanan ini memiliki pengaruh yang cukup luas di pesisir barat Sumatra. Wilayahnya menjangkau daratan Aceh di utara hingga Bengkulu di selatan.

Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I atau yang dikenal dengan Raja Kecil adalah salah seorang putra Pagaruyung pendiri Kesultanan Siak Sri Indrapura. Sebelum mendirikan Kesultanan Siak pada tahun 1723, Raja Kecil sempat bertahta di Kesultanan Johor (1717-1722). Namun kekuasaannya tak bertahan lama, karena aksi kudeta yang dilancarkan Bendahara Abdul Jalil dan pasukan Bugis. Di masa pemerintahannya, Kesultanan Siak melakukan perluasan teritori hingga ke wilayah Rokan, dan berhasil membangun pertahanan armada laut di Bintan. Pada tahun 1740-1745, Siak menaklukkan beberapa kawasan di Semenanjung Malaysia. Dan 40 tahun kemudian, wilayah kekuasaannya telah meliputi Sumatra Timur, Kedah, hingga Sambas di pantai barat Kalimantan.

Istana Siak Sri Indrapura

Di Semenanjung Malaysia, Raja Melewar yang merupakan utusan Pagaruyung, menjadi raja bagi masyarakat setempat. Pada tahun 1773, konfederasi sembilan nagari di Semenanjung Melayu, membentuk sebuah kerajaan yang diberi nama Negeri Sembilan. Kerajaan ini terbentuk pasca derasnya arus migrasi Minangkabau ke wilayah tersebut. Seperti halnya masyarakat di Sumatra Barat, rakyat Negeri Sembilan juga menggunakan hukum waris matrilineal serta model adat Datuk Perpatih. Pada tahun 1957, Tuanku Abdul Rahman yang merupakan keturunan Raja Melewar, menjadi Yang Dipertuan Agung Malaysia pertama.

Di Tapanuli, Sisingamangaraja yang dipercaya sebagai Raja Batak, juga berasal dari Minangkabau. Hal ini berdasarkan keterangan Thomas Stamford Raffles yang menemui para pemimpin Batak di pedalaman Tapanuli. Mereka menjelaskan bahwa Sisingamangaraja adalah seorang keturunan Minangkabau yang ditempatkan oleh Kerajaan Pagaruyung sebagai raja bawahan (vassal) mereka. Hingga awal abad ke-20, keturunan Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus.

 
Lihat pula :
1. Perantau Minang di Malaysia
2. Orang Minang, Peran, dan Pencapaiannya
3. Mencari Akar Dinamisasi Minangkabau

Komentar
  1. Endean Batubara berkata:

    bohong itu darimana pula sisingamangaraja orang padang, sementara kaum paderi membantai kami orang batak

    Suka

    • Roy Mond berkata:

      Woi batak tolol, dari mana pula kau dapat cerita kaum paderi membantai kalian orang batak? kaum padri itu cuma memusuhi kaum ulama (ummat Islam) yang dipimpim tuanku imam bonjol. ORANG MINANG MEMANG HEBAT, tidak cuma di Indonesia, tapi juga di singapura, malaysia, brunei, di belanda, dan hampir di semua negara ada orang Minang. coba cari “kota medan” di wikipedia, itu untuk professi yang butuh keahlian dan pendidikan tinggi seperti wartawan, dan dokter di kota Medan, ternyata mayoritas orang minang.

      Suka

      • bang samosir berkata:

        Woy padang tolol..!!
        Kalo gak tau sejarah jangan bacot. Kaum paderi itu dlu perang sama suku Batak Mandailing. Bahkan sebagian suku Mandailing itu ada yg berhianat dan bergabung sama kaum paderi. Lalu setelah suku Batak Mandailing meminta bantuan dari pihak Belanda, kaum penghianat Mandailing pun terdesak dan lari ke Malaysia. Makanya sekarang di Malaysia banyak suku suku Mandailing.
        Gitu ceritanya.

        Suka

        • Louis Bonano Al Salim berkata:

          Sisingamangaraja adalah muslim yang taat, boleh dilihat dari berbagai wilayah di Nusantara bahwasanya hanya Raja Raja muslim yang berperang terhadap kaum penjajah.
          Perang Sisingamangaraja melawan Belanda dibantu oleh PANGLIMA NALI dari Kerajaan MINANGKABAU,dan dibantu pula oleh PANGLIMA TENGKU MUHAMMAD dari kerajaan ACEH. semoga sdr paham akan sejarah.

          Suka

      • Fahriza Tanjung berkata:

        oh masalah mandailing kalo sumber lebih objektif mending baca garis besarnya disini bung samosir “https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandailing”

        Suka

      • Fahriza Tanjung berkata:

        Mana ada orang padri perang sesama saudaranya sesama muslim fitnah itu, yang elu ngomongin 99% orang mandailing adalah muslim dan saudara seiman. padri perang sama kaum musyrik dan kafir dan di indonesia padri adalah pahlawan, banyak tokohnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Kalo mandailing perang sama padri yang dianggap pahlawan, berarti orang mandailing penjahat dong. Logikanya mah siapa yang perang sama kaum padri adalah penjahat yaitu belanda sama antek-anteknya.

        Suka

      • Syahrul jumadi berkata:

        Ulama tarikat yg dibasmi tuanku imam bonjol….coba diingat ingat

        Suka

    • Syahrul jumadi berkata:

      Turunan sisingamangaraja

      Suka

  2. Randy Rhoads berkata:

    salah banget ni blog.. sisingamangaraja itu asli darah batak.. 😆
    klo ngeklaim orang jangan orang batak cui, karena orang batak itu silsilah keturunan.nya (family trees) jelas dan tertulis darimana asalnya… jadi kalo ada yg ngklaim2 org batak yg jd orang minang, itu artinya you wish bro :mrgreen:

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Salam kenal Sdr. Endean Batubara dan Randy Rhoads. Kisah Sisingamangaraja yang bertautan dengan Pagaruyung, dapat dibaca pada buku History of Java karya Thomas Stamford Raffles. Raffles yang menemui para pemimpin Batak di pedalaman Tapanuli, menjelaskan bahwa Sisingamangaraja adalah seorang keturunan Minangkabau yang ditempatkan oleh Kerajaan Pagaruyung sebagai raja bawahan (vassal) mereka. Selain itu keterangan ini juga diperkuat oleh William Marsden yang menulisnya dalam buku History of Sumatra. Wallahualam bi shawab.

      Suka

      • parel pasaribu berkata:

        salam kenal dari parel.
        manusia selalu mencari pamor supaya dikenal atau di hargai sehingga manusia2 pintar selalu mengelabui orang bodoh seperti di indonesia yg bersifat kesukuan dan cendrung mempunyai sifat yg egois dan menang sendiri yang pada akhirnya bisa memicu berbagai persoalan seperti perselisihan dan pertkaian oleh karna itu kpd saudara2 jangan langsung percaya pada karangan atau tulisan yang di buat buat oleh seseorang seperti THOMAS STANFORD RAFLES dan WILLIAM MARSDEM seorang penulis buku yang hanya mementingkan dirinya sendiri dalam usaha mencari popularitas dan keuntungan semata yang disengaja dan menjadi buah bibir di media massa atau masyarakat karna itu tdk sepenuhnya benar atau terpercaya.
        prinsipnya yang tau keadaan keluarga kita adalah kita sendiri bukan orang lain. ok

        Suka

    • Fahriza Tanjung berkata:

      Salam saudara Randy. Asal-usul nenek moyang Sisingamangaraja adalah orang Minang, bukan orang Minang yang klaim. Malah kalau saya telusuri sejarahnya Mandailing itu bukan berasal dari orang Batak. Bahkan dibawa ke pengadilan dan dimenangkan dalam pengadilan tuntutan dari orang-orang Mandailing. Berikut kutipannya :
      “Mandailing Bukan Batak; Dalam hal ini banyak sejarahwan asing menjadikan Mandailing menjadi sub etnis dari Batak mulai pada masa pemerintahan Belanda, padahal orang-orang Mandailing sendiri menolak untuk disatukan dalam etnis Batak dalam administrasi pemerintahan Belanda pada awal abad 20 lalu, yang dikenal sebagai Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Soengai Mati, Medan pada tahun 1925, yang berlanjut ke pengadilan. Hingga akhirnya, berdasarkan hasil keputusan Pengadilan Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, Mandahiling diakui sebagai etnis terpisah dari Batak, karena etnis Batak sendiri sebenarnya lebih muda dari etnis Mandailing. Berdasarkan silsilah yang diakui etnis Batak sendiri Tarombo si Raja Batak,- nenek moyang orang Batak, yang ibunya yang bernama Deak Boru Parujar berasal dari etnis Mandailing. Etnis Mandailing sendiri menurut silsilahnya berasal dari etnis Minangkabau.”
      http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Mandailing

      Suka

      • Syahrul jumadi berkata:

        Saya org minang….terdeteksi darah sisingamangaraja dan gajah mada…perjalanan napak tilas…ternyata terjawab…awalnya “bagaimana pula darah sisingamangaraja dlm diri saya padahal saya org minang…ternyata….terjawab sudah

        Suka

  3. Wildenni berkata:

    Sisingamangaraja adalah seorang Muslim. Setelah ditembak mati belanda, belanda hitam, keluarga besarnya ditawan dan dipaksa untuk dibaptis. namun sayangnya orang Batak Kristen hingga hari ini, mengklaim bahwa moyang mereka itu beragama kristen, padahal kebalikannya. mereka tak mau menerima kenyataan sejarah seperti itu.

    Suka

    • Fahriza Tanjung berkata:

      Terkait masalah Sisingamangaraja XII saya sedih banget banyak fitnah yang mendera beliau, seluruh keluarganya dibantai akibat perjuangan gigih menentang penjajahan politik dan agama di Sumatera Utara, kami umat muslim Indonesia, mengakui beliau adalah seorang mualaf, tapi apa yang diterimanya adalah sangat keji karena banyak orang Batak saat ini menghembuskan berita berita kebohongan…..Agama yang dianut oleh Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak. Namun sudah sejak zaman Belanda terdengar isu bahwa menjelang tahun 1880-an Sisingamangaraja memeluk agama Islam[butuh rujukan]. Yang pertama menyebarkan desas-desus bahwa Singamangaraja XII telah menjadi seorang Muslim adalah para penginjil RMG (Rheinische Missionsgesellschaft)[butuh rujukan]. Mereka tiba pada kesimpulan tersebut karena pada saat itu Singamangaraja XII mulai menyalin kerjasama dengan pihak Aceh[butuh rujukan]. Hal itu dilakukannya karena ia mencari sekutu melawan para penginjil RMG yang pengaruhnya di Silindung menjadi semakin terasa dan yang menjalin hubungan erat dengan pemerintah dan tentara Belanda. Namun alasan utama maka para misionaris RMG menyebarkan isu bahwa Singamangaraja telah menjadi seorang Muslim adalah untuk meyakinkan pemerintah Belanda untuk menganeksasi Tanah Batak[butuh rujukan]. Atas permintaan penginjil RMG, terutama I.L. Nommensen, tentara kolonial Belanda akhirnya menyerang markas Singamangaraja XII di Bangkara[butuh rujukan] dan memasukkan Toba dan Silindung ke dalam wilayah jajahan Belanda.

      Kontroversi perihal agama Singamangaraja hingga kini tidak pernah reda. Juga sesudah wilayah Batak menjadi bagian dari Hindia Belanda desas-desus bahwa Singamangaraja XII memeluk agama Islam tidak pernah berhenti, sampai ada yang menulis[butuh rujukan] bahwa “Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op zijn omgeving uit om zich te bekeeren” (“menurut laporan dari penduduk maka sang raja sekitar lima tahun yang lalu memeluk agama Islam, namun ia tidak menjadi seorang Islam fanatis dan tidak berusaha untuk meyakinkan rakyat supaya turut menggatikan agamanya”). Kemudian dalam sebuah surat rahasia kepada Departement van Oorlog (Departemen Pertahanan), maka Letnan L. van Vuuren dan Berenschot pada tanggal 19 Juli 1907 menyatakan, “Dat het vaststaat dat de oude S.S.M. met zijn zoons tot den Islam waren overgegaan, al zullen zij wel niet Mohamedanen in merg en been geworden zijn” (“Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya”).(Sumber: Wikipedia Indonesia)

      Suka

    • bang samosir berkata:

      Gak usah sok tau sejarah suku bangsa orang. Urusin aja suku kalian sendiri. Sisingamangaraja IIX itu agamanya parmalim. Itu udah dijelaskan langsung sama keturunannya.

      Suka

      • Fahriza Tanjung berkata:

        Kontroversi Agama Sisingamangaraja XII
        (https://id.wikipedia.org/wiki/Sisingamangaraja_XII)
        Agama yang dianut oleh Sisingamangaraja XII adalah agama asli Batak. Namun sudah sejak zaman Belanda terdengar isu bahwa menjelang tahun 1880-an Sisingamangaraja memeluk agama Islam[butuh rujukan]. Yang pertama menyebarkan desas-desus bahwa Singamangaraja XII telah menjadi seorang Muslim adalah para penginjil RMG (Rheinische Missionsgesellschaft)[butuh rujukan]. Mereka tiba pada kesimpulan tersebut karena pada saat itu Singamangaraja XII mulai menyalin kerjasama dengan pihak Aceh[butuh rujukan]. Hal itu dilakukannya karena ia mencari sekutu melawan para penginjil RMG yang pengaruhnya di Silindung menjadi semakin terasa dan yang menjalin hubungan erat dengan pemerintah dan tentara Belanda. Namun alasan utama maka para misionaris RMG menyebarkan isu bahwa Singamangaraja telah menjadi seorang Muslim adalah untuk meyakinkan pemerintah Belanda untuk menganeksasi Tanah Batak[butuh rujukan]. Atas permintaan penginjil RMG, terutama I.L. Nommensen, tentara kolonial Belanda akhirnya menyerang markas Singamangaraja XII di Bangkara[butuh rujukan] dan memasukkan Toba dan Silindung ke dalam wilayah jajahan Belanda.

        Kontroversi perihal agama Singamangaraja hingga kini tidak pernah reda. Juga sesudah wilayah Batak menjadi bagian dari Hindia Belanda desas-desus bahwa Singamangaraja XII memeluk agama Islam tidak pernah berhenti, sampai ada yang menulis[butuh rujukan] bahwa “Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op zijn omgeving uit om zich te bekeeren” (“menurut laporan dari penduduk maka sang raja sekitar lima tahun yang lalu memeluk agama Islam, namun ia tidak menjadi seorang Islam fanatis dan tidak berusaha untuk meyakinkan rakyat supaya turut menggatikan agamanya”). Kemudian dalam sebuah surat rahasia kepada Departement van Oorlog (Departemen Pertahanan), maka Letnan L. van Vuuren dan Berenschot pada tanggal 19 Juli 1907 menyatakan, “Dat het vaststaat dat de oude S.S.M. met zijn zoons tot den Islam waren overgegaan, al zullen zij wel niet Mohamedanen in merg en been geworden zijn” (“Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya”).

        Selain laporan oleh para misionaris Jerman dan oleh koran-koran Belanda, petunjuk lainnya bahwa Singamangaraja XII beralih agama ke agama Islam termasuk:

        Singamangaraja XII tidak makan babi;
        pengaruh Islam terlihat pada bendera perang Singamangaraja dalam gambar kelewang, matahari dan bulan; dan
        Sisingamangaraja XII memiliki cap yang bertuliskan huruf Jawi (tulisan Arab-Melayu).

        Untuk butir 1 dapat dikatakan bahwa bukan hanya Singamangaraja XII yang tidak boleh makan babi, melainkan hal itu berlaku juga untuk semua Singamangaraja sebelumnya. Pantangan makan babi tidak ada kaitan dengan agama Islam melainkan juga berlaku untuk para raja yang beragama Hindu. Dalam hal ini perlu diingatkan bahwa agama asli Batak sangat kuat pengaruh Hindu. Untuk butir 2, kelewang, matahari, dan bulan bukan lambang yang eksklusif Islam. Selain daripada itu perlu diingatkan bahwa kerajaan Singamangaraja XII dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Islam sehingga tidak mengherankan kalau ia sangat terinspirasi lambang yang juga digunakan oleh para raja Melayu. Khususnya untuk butir 3. cap Singamangaraja telah dianalisis oleh Prof. Uli Kozok.[5] Selain sebuah teks yang memakai surat Batak (aksara Batak) terdapat pula sebuah teks berhuruf Jawi (Arab Melayu) yang berbunyi; Inilah cap maharaja di negeri Teba kampung Bakara nama kotanya hijrat nabi 1304 [?] sedangkan dalam aksara Batak pada cap itu tertulis Ahu ma sap tuan Si Singamangaraja tian Bangkara, artinya “Akulah cap Tuan Si Singamangaraja dari Bangkara”. Berdasarkan analisis empat cap Singamangaraja maka Profesor Kozok tiba pada kesimpulan bahwa keempat cap Singamangaraja masih relatif baru, dan diilhami oleh cap para raja Melayu, terutama oleh kerajaan Barus. Pada abad ke-19 huruf Arab-Melayu (Jawi) umum dipakai oleh semua raja di Sumatra sehingga sangat masuk akal bahwa Singamangaraja XII juga menggunakan huruf yang sama agar capnya dapat dibaca tidak hanya oleh orang Batak sendiri melainkan juga oleh orang luar.

        Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa argumentasi bahwa Singamangaraja XII telah berpindah agama cukup lemah. Sekiranya Singamangaraja memang memeluk agama Islam maka pasti ia akan mengimbau agar rakyatnya juga memeluk agama Islam. Laporan para penginjil[butuh rujukan] seperti I.L. Nommensen bahwa Singamangaraja telah memeluk agama Islam terutama dimaksud untuk mendiskreditkan Singamangaraja dan untuk menggambarkannya sebagai musuh pemerintah Belanda.[butuh rujukan]

        Suka

  4. ken berkata:

    Roy Mond saya orang Minang, tetapi sejarah tetap sejarah harus dijadikan pelajaran buat generasi penerus bangsa agar tidak terulang lagi kejadian sejarah yang jelek. Endean Batubara betul yang membantai rakyat Batak Pasukan Paderi tetapi pimpinannya berasal dari Batak juga Idris Nasution gelar Tuanku (Maharajo) Lelo.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Salam kenal Sdr. Ken. Terima kasih telah berkomentar. Mohon bantuannya untuk memberikan referensi mengenai tokoh Idris Nasution dalam Perang Paderi. Setahu saya hanya buku Mangaradja Onggan Parlindungan lewat bukunya Tuanku Rao (1964) yang menginformasikan mengenai tokoh tersebut. Dan buku ini dinilai oleh sebagian besar sejarawan tidaklah valid. Banyak kekacauan dalam penulisan buku tersebut yang tidak bisa dipercaya, termasuk tokoh Idris Nasution alias Tuanku Lelo. Mungkin Anda ada memiliki sumber lain yang bisa dipercaya?

      Suka

  5. ken berkata:

    Ini artikel juga banyak data yg keliru: Tunku Abdul rahman bukan Yang Dipertuan Agung Malaysia yg pertama tetapi PM Malaysia yg pertama.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Agaknya Sdr. Ken tidak membaca secara teliti artikel di atas. Dalam tulisan tersebut, saya menulis Tuanku Abdul Rahman pada paragraf 1 dan 11, bukan Tunku Abdul Rahman. Sebagai informasi, selepas kemerdekaan Malaysia dari kolonial Inggris, ada dua tokoh Malaysia yang tampil kemuka : Tuanku Abdul Rahman sebagai Yang Dipertuan Agung pertama dan Tunku Abdul Rahman sebagai PM Malaysia pertama.

      Suka

  6. ken berkata:

    Kalau kita membaca buku para pakar sejarah agama Islam dan penyebarannya di nusantara dan filipina selatan agama islam ada yg melalui aceh dan ada yg melalui barus tapsel. dibawa pedagang rempah rempah arab, sehingga orang eropa mencari asal rempah rempah di sumber asalnya dan menjadikan Nusantara sebagai Koloninya. Karena maklumlah orang arab jaman dulu kalau berdagang secara perorangan dan pasti mencari untung sebesar besarnya dengan modal sekecil kecilnya. Dari Barus disebarkan ke seluruh minangkabau dan orang minangkabau menyebarkannya ke sulawesi selatan dan ke philipina selatan. Demikian juga menurut channel TV National Geography.

    Suka

  7. Coba cari sejarah yang jelas dari Ibrahimsyah Pasaribu (Chaniago) atau Tuanku Batu Badan. Apakah betul anak beliau yang dari putri raja Batak dari Bakkara bernama Manguntal (Si Singamangaraja I). Kuburannya ada di Barus (Ibrahimsyah Pasaribu/Chaniago). Bapak dari Ibrahimshah, dari Kerajaan Indrapura (Raja Adil) Istri Raja Adil yaitu Puti Andam Dewi yang sedang diculik oleh Raja Unggeh Layang di Barus.

    Suka

  8. epit berkata:

    Salut sama yang nulis… ha…ha…ha… tapi runtuh juga kalau saya bilang, sori saya gak lihat, gak dengar dan tidak merasakan… jadi tak jelas… daripada ribut mending ngopi aja lah… Sok tahu berdebat denga sok tahu…. jadi sok tahu kwadrat… saya jujur tidak tahu dan bingung… tujuannya apa….???

    Suka

  9. tandaro berkata:

    Orang Minang sekarang kebanyakan terlalu bangga dan terlena dgn kejayaan pendahulu dan masa lalu, dan lupa utk berbuat masa depannya sendiri. Dibanding dgn daerah atau orang2 dari suku2 lain, orang Minang atau Sumatra Barat umumnya mulai tertinggal dibanding propinsi lain, tidak ada dobrakan yg berarti. Sumatra Barat sebagai propinsi puas hanya dgn alam dan sdmnya, tanpa ada usaha utk mengembangkannya. Pertanian, industri, pariwisata, atau perikananan tidak ada yg berkembang. Begitu juga dgn SDM orang Minang, banyak jadi pedagang tapi hanya sebatas punya toko, jarang yg jadi pengusaha tingkat nasional apalagi internasional. Tidak bermental pekerja, banyak yg hanya jadi pedagang K5. Jadi sarjana, kurang berprestasi. Jadi pejabat hanya sebagai birokrasi, dst…

    Suka

    • Painan Rantau berkata:

      Salam Sdr. Tandaro. Menurut pandangan saya artikel ini tidak bermaksud untuk berbangga-bangga atau merendahkan pihak lain. Kita tak bisa menduga-duga maksud penulisnya, tapi sebaiknya kita bersikap positif dulu sebagai respon awal. Istilah agamanya ‘jangan suudzon’ dulu.

      Bahwa prestasi orang Minang sekarang menurun, orang Minang sekarang tertinggal, saya setuju dengan pendapat ini. Penyebabnya bisa banyak, menurut saya yang pertama (1) adalah efek dari peristiwa PRRI. Menurut yang saya dengar, banyak pelajar dan mahasiswa dari berbagai kota lain pulang kampung untuk ikut berperang. Banyak dari mereka menjadi korban (tewas). Berarti satu generasi mahasiswa Minang (calon pemimpin) terputus. Konsekuensi lain, setelah peristiwa PRRI banyak pemimpin Minang yg tamat kariernya karena dicap sebagai pemberontak (walaupun stigma ini bisa diperdebatkan). Generasi mudanya juga mengalami kesulitan untuk berkarier di berbagai bidang karena screening pemerintah saat itu. Berarti ada mata rantai yg terputus. Setelah Soekarno jatuh dan berganti orde baru, peran orang Minang lumayan diakomodasi oleh Soeharto. Pada masa ini kita bisa lihat cukup banyak pemimpin dari Minang, tapi tidak seperti masa sebelum peristiwa PRRI yang begitu dominan.

      Penyebab kedua (2), situasi dan suasana di Sumbar sejak beberapa dekade ini berbeda dengan masa dulu. Masyarakat Sumbar sekarang tidak lagi kritis seperti pendahulunya. Kita bisa bayangkan bagaimana orang dulu begitu semaraknya berdebat dan berpolemik tentang berbagai ideologi tanpa harus bermusuhan. Suasana seperti ini akan menghasilkan generasi yang pintar dan berpikiran terbuka. Sekarang itu tak ada lagi, semua seakan diseragamkan, akhirnya orang Minang banyak yang jadi pembebek dan tak punya ide, pikiran dan pendapat yang brilian seperti pendahulunya.

      Tentang pengusaha Minang jarang yang besar dan menonjol juga ada beberapa penyebab. Yang pertama (1), orang Minang susah berkongsi, maunya usaha sendiri-sendiri. Inilah salah satu kekurangan umummnya pedagang/pengusaha Minang. Padahal suatu bisnis besar bisa digarap kalau dilakukan dengan cara kerjasama. Karena sulit bekerjasama akhirnya banyak bisnis besar lepas begitu saja dan diambil pihak lain. Saya ingin sekali melihat orang Minang punya kesadaran tinggi tentang ini, mestinya orang Minang bisa mmeniru falsafah semut, kerjasama yang kompak sesuai porsinya, jangan semuanya mau jadi pimpinan, kacaulah jadinya. Sayang pepatah Minang yang beribu-ribu itu, yang berdasarkan “alam takambang jadi guru” tidak satupun yang mengadopsi “falsafah semut”. Memang ada pepatah yang berbunyi “sadanciang bak basi saciok bak ayam” atau “barek samo dipikua ringan samo dijinjiang”, tapi kedua pepatah ini kurang tertuju (fokus) pada kerjasama dalam berusaha (bisnis).

      Penyebab kedua (2), pengusaha Minang masih banyak yang cepat puas diri, menganut paham “untuk apa kaya-kaya sekali, tak akan dibawa mati”. Menurut saya paham ini kurang tepat, kalau bisa lebih besar lagi kenapa tidak, dengan begitu bisa berbuat amal yang lebih besar juga. Penyebab ketiga (3), orang Minang jarang yang mau mendapatkan bisnis kakap dengan cara kasak-kusuk, main sogok sana-sini, atau apapun yang dianggap menyalahi ajaran agama. Penyebab keempat (4), sebuah usaha yang sudah cukup besar biasanya hilang begitu saja kalau perintisnya meninggal dunia. Banyak anak-anak mereka (generasi kedua) yang tak berminat meneruskan usaha yang sudah dirintis orangtuanya. Menurut saya ini semacam sifat sombong yang tak menghargai kerja keras dan perjuangan orangtua mereka, berbeda dengan orang Tionghoa yang perusahaannya bisa berlanjut beberapa generasi dan semakin besar dari waktu ke waktu.

      Tentang mental pedagang itu menurut saya bagus daripada mental pekerja. Seorang pedagang/pengusaha besar akan menciptakan lapangan kerja dan menggaji banyak pekerja. Mental enterpreneur adalah mental terbaik, dunia ini dikendalikan para enterpreneur. Islam sampai ke Indonesia oleh para enterpreneur, Indonesia awalnya dijajah juga oleh para enterpreneur (VOC), internet ada juga karena enterpreneur, Amerika dan Jepang maju juga karena enterpreneur, nabi Muhammad juga seorang enterpreneur. Sekarang pertanyaannya: bagaimana caranya jiwa enterpreneur orang Minang bisa dieksplor semaksimal mungkin.

      Saya melihat artikel ini sebagai cermin sekaligus motivasi bagi generasi muda Minang agar tersadar dan bangkit untuk berkarya besar dan memberikan manfaat besar bagi mesyarakat mana saja, tidak hanya untuk masyarakat Minang, seperti yang dilakukan Hatta, Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, Natsir, dll, yang mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk rakyat Indonesia sampai-sampai mengorbankan kepentingan pribadinya. Sejarah telah mencatat beliau-beliau itu tetap ‘miskin’ sampai akhir hayatnya.

      Demikianlah sekadar pendapat dari saya, bisa benar bisa salah, atau sebagian benar sebagian salah. Mohon maaf sebelumnya. Wassalam.

      Suka

      • Painan Rantau berkata:

        Ada yang lupa, satu lagi, orang Minang umumnya enggan menolong orang kampungnya kalau kebetulan sedang dalam posisi bagus. Ini sebetulnya benar sih, artinya tidak KKN. Tapi kelompok lain, terutama satu kelompok tertentu, kalau berhasil ke puncak maka semua orang-orang dekatnya, entah itu saudara atau orang sekampung ikutan naik. Jadinya orang Minang yang mampu naik ke atas kebanyakan benar-benar atas kemampuannya sendiri.

        Suka

      • Afandri Adya berkata:

        Bung Painan Rantau, menarik sekali ulasannya mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tak membesarnya para pengusaha Minang. Sebagai tambahan, mungkin faktor lainnya juga disebabkan karena hampir sebagian besar dari mereka, cuma menjadikan bisnis sebagai “sasaran antara”. Sehingga ketika sudah merasa mapan, banyak dari mereka yang seolah-olah berhenti dari bisnis, dan kemudian terjun ke lapangan penghidupan lainnya.

        Sebagai contoh Arsyadjuliandi Rachman, generasi kedua dari pengusaha transportasi di Riau. Setelah berhasil meneruskan usaha ayahnya, bahkan hingga berkembang menjadi sebuah konglomerasi, Andi malah terjun ke dunia politik. Padahal kalau saja dia mau membesarkan bisnisnya, mungkin saja asetnya akan terus bertambah. Namun ia tidak, malah memilih untuk sibuk di partai politik, hingga aktivitasnya itu mengantarkannya sebagai Plt. Gubernur Riau saat ini. Contoh lainnya adalah Irman Gusman. Ia juga melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh keluarganya. Di bidang bisnis, pencapaian Irman tak bisa dibilang kecil. Ia mampu membuat sebuah kawasan industri di Padang. Bahkan salah satu usahanya sempat melantai di Bursa Efek Jakarta. Namun sekarang gimana, Irman malah sibuk menjadi politisi. Setelah duduk sebagai Ketua DPD pada periode 2009-2014, tahun lalu ia kembali didapuk untuk memimpin lembaga senator tersebut.

        Oesman Sapta Odang, setali tiga uang. Disamping berbisnis, ia juga sibuk menjadi politisi. OSO begitu ia akrab disapa, tak hanya sebatas menjadi anggota parlemen saja, namun juga terlibat dalam pendirian partai politik. Padahal kalau OSO mau berfokus membesarkan gurita bisnisnya, mungkin ia bisa melejit menjadi pengusaha papan atas. Namun ini tidak, kini ia malah sibuk menjadi wakil ketua MPR. Satu lagi yang sempat naik daun : Jeffrie Geovanie. Ia salah seorang pengusaha muda yang cukup potensial. Namun ia malah memilih terjun ke dunia politik dan keilmuan, dibanding membesarkan bisnis hotel dan propertinya. Yang lebih ekstrem lagi ialah Darius Fachruddin. Setelah berhasil mengembangkan usaha alat-alat listrik di bawah bendera Industria, ia malah memilih mundur dari dunia bisnis. Darius kemudian bergabung dengan Jamaah Tabligh dan ikut berdakwah hingga mancanegara. Padahal di zaman Orde Baru, ia termasuk 100 orang pengusaha terkaya di Indonesia.

        Masih banyak lagi pengusaha-pengusaha Minang yang menjadikan bisnis hanya sebagai batu loncatan mereka. Sehingga banyak yang tak bisa mencapai level internasional, seperti yang dipertanyakan oleh Sdr. Tandaro.

        * * *

        Faktor lain yang tak kalah penting ialah sedikitnya saudagar Minang yang mau bersentuhan dengan lembaga keuangan internasional. Padahal dewasa ini, banyak pengusaha yang bisa terungkit karena adanya pinjaman dari lembaga finansial asing. Selama mindset pengusaha Minang masih alergi dengan pasar modal dan perbankan — dimana banyak dari mereka yang menganggapnya sebagai riba, maka level bisnis mereka tak akan pernah beranjak dari keadaan saat ini.

        Tapi inikan pilihan hidup. Mungkin saja banyak dari mereka yang masih mengikuti petuah para buya : “awak kan iduik ndak di dunia ko se nyo, jadi cari pulolah amalan nan bisa dibaok sasudah mati“, sehingga banyak dari mereka yang memilih seperti ini saja daripada harus bermacam-macam. Wallahua’lam.

        Suka

    • Fahriza Tanjung berkata:

      Salam Saudara Tandaro.
      Untuk menilai bagus atau tidaknya pembangunan suatu propinsi harus punya ukuran yang jelas. Hal ini dapat dilihat antara lain dari pendapatan per kapita tiap provinsi, nilai indeks IPM-nya (Indeks Pembangunan Manusia) atau persentase kemiskinan tiap propinsi. Silahkan cek sendiri. Kalau yang saya peroleh sih data lengkap di Internet data tahun 2008, dimana Sumatera Barat berada di posisi 13 dari 30-an provinsi. Nggak jelek-jelek amat, kalau dilihat dari potensi SDA propinsi Sumatera Barat yang miskin migas dibandingkan Aceh, Riau, Sumut, dan Lampung. Tingkat kemiskinannya pun di bawah rata-rata nasional.

      Saudara-saudara saya sesama perantau Minang banyak berprofesi sebagai pedagang K5. Selama ini saya menganggap remeh profesi yang mereka tekuni. Tetapi setelah beberapa kali saya silaturahmi ke tempat-tempat saudara-saudara saya tersebut, sungguh mengesankan tingkat kesejahteraannya di atas rata-rata. Sebagian besar sudah memiliki rumah tetap, rumah kontrakan, dan tanah. Pencapaian yang luar biasa yang rata-rata dimulai dari modal dengkul dan mengutang. Subhanallah.

      Cuma ingin menyampaikan : jangan malu jadi pedagang karena berdagang itu pekerjaan yang mulia.

      Suka

      • Fahriza Tanjung berkata:

        Peringkat Keberhasilan Pembangunan tiap Provinsi berdasarkan Persentase Penduduk Miskin berdasarkan Provinsi Tahun 2014 (Sumber: BPS, 2015)
        1. DKI Jakarta – (4,09%)
        2. Kalimantan Selatan (5,33%)
        3. Bali (5,34%)
        4. Kalimantan Tengah (6,57%)
        5. Banten (6,67%)
        6. Jambi (7,07%)
        7. Bangka Belitung (7,27%)
        8. Sumatera Barat (8,58%)
        9. Riau (8,92%)
        10. Kepulauan Riau (9,21%)

        Peringkat Keberhasilan Pembangunan tiap Provinsi berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia/IPM di Bidang Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi pada Tahun 2014 (Sumber: BPS 2015)
        1. DKI Jakarta (78,59)
        2. DIY Yogyakarta (77,37)
        3. Sulawesi Utara (77,36)
        4. Kalimantan Timur (77,33)
        5. Riau (77,25)
        6. Kalimantan Tengah (75,68)
        7. Kepulauan Riau (76.56)
        8. Sumatera Utara (75.55)
        9. Sumatera Barat (75.01)
        10. Bangka Belitung (74.29)

        Suka

    • freeman berkata:

      Wah ini nih yg saya tunggu, tamparan keras dan saya sangat setuju pendapat ini.

      Suka

  10. putra sumsel berkata:

    SERIWIJAYA DAPUNTAHYANG SERIJAYA NASA DAN DINASTI SELENDRA BERADA DI SUMSEL DAN BERASAL DARI SUMSEL ITULAH. BUKAN DARI PADANG/ MINANG KABAW/ SUMATERA BARAT. LEBIH JELASNYA KAMU BACA ARTIKEL ORANG PADANG DENGAN JUDUL BOROBUDUR DAN DINASTI SELENDRA ADALAH WARISAN MINNGEL. YANG SAYA BANTAI HABIS HABISAN. DISITU SANGAT PANJANG ALUR PEMBICARAAN SAYA DENGAN ORANG ORANG PADANG. MUNGKIN TIDAK MUAT KALAU DIKOPI DI BLOG INI.

    Suka

    • minangel berkata:

      assalamu alaikum wr wb ….

      @putra sumsel ….

      sdr tulis sdr bantai saya di blog saya??? bukannya saya yg telah membantai sdr di blog saya itu?

      saya akhirnya bosan berdialog dg sdr, akhirnyha saya putuskan utk menutup box dialog pada thread di maksud, krn sdr sudah mulai menyampah di blogsite saya …\

      sdr yg ,menyebar tulisan dan cuap2 sdr di SEMUA ARTIKEL saya shg terkesan oot. ap;akah itu yg sdr namakan membantai??

      banyak pertanyaan saya yg tidak sdr jawab secara efektif. akhirnya saya putuskan utk tutup saja box dialog nya, krn saya tidak tahan lagi dg chauvinistik sdr yg rendahan itu.

      kepada pemilik blog ini, afandriadya, saya mohon maaf atas tulisan ini. semoga berkenan.

      Suka

  11. putra sumsel berkata:

    PERBEDAAN YANG PALING MENCOLOK ANTARA ORANG SUMATERA UTARA DAN SUMATERA SELATAN DENGAN ORANG SUMATERA BARAT JIKA ORANG SUMATERA ADA YANG MAJU ATAU TAMPIL KEDEPAN WALAUPUN ITU BUKAN DARI SUMSEL DAN SUMUT ORANG SUMSEL DAN SUMUT IKUT SENANG IKUT BANGGA. TAPI KALAU ORANG SUMBAR KALAU ADA ORANG LAIN MAJU SELAIN PADANG SANGAT IRI HASUT DENGKI MAUNYA ORANG PADANG ITULAH YANG SELALU TAMPIL YANG SELALU MAJU.
    BABI SEMUA KAMU PADANG ITU PEMBERONTAK SEMUA BIKIN RUSAK SUMATERA SAJA PRRI ITU OTAK BIANG KELADINYA DALANGNYA ORANG PADANG SEMUA.SEMUA ORANG PADANG PENGKHIANAT SEMUA PEMBERONTAK SEMUA APA PERLU SAYA SEBUTKAN SATU PERSATU.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Bung Putra Sumsel ! Kisah migrasi Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan pendirian Kerajaan Sriwijaya, hingga kini masih menjadi tanda tanya. Belum ada sejarawan yang bisa memastikan apakah dia memang didirikan oleh raja asli Sumatera Selatan atau dari daerah lain di Nusantara. Mengenai Dinasti Sailendra, beberapa ahli berpendapat kalau Dinasti itu memang orang asli Sumatera. Namun ada pula sejarawan yang berpendapat, bahwa keluarga itu berasal dari India atau Jawa. Mengenai proses pendirian Sriwijaya, satu-satunya prasasti yang menjadi acuan sejarawan hingga saat ini adalah Prasasti Kedukan Bukit. Beberapa orang sejarawan, salah satunya Poerbatjaraka, mengatakan bahwa Dapunta Hyang itu bermigrasi dari Minangatamwan/Minangakamvar yang menurutnya berada di sekitar Luhak Nan Tigo saat ini. Oh iya, Luhak Nan Tigo itu ada di Sumatera Tengah, hulu sungai-sungai besar yang menjadi daerah asal orang Minang. Jika kita mengikuti pembacaan Poerbatjaraka atas Prasasti Kedukan Bukit, cukup beralasan kalau teori yang mengatakan bahwa raja-raja Sriwijaya itu berasal dari Luhak Nan Tigo. Terlebih beberapa sejarawan asing seperti Leonard Andaya, William Marsden, dan Stamford Raffles, memperkuat teori itu. Kalau Anda mau membaca buku babon berjudul “History of Sumatera” karya Marsden, mungkin Anda akan bersetuju dengan teori ini. Namun jika Anda tak mempercayainya, itu hak Anda, dan saya menghormatinya. Tapi sebelum saya menanggapi lebih jauh, saya belum mendengar sumber-sumber yang Anda gunakan untuk memperkuat hujjah Anda. Jangan-jangan itu hanya dugaan/imajinasi Anda saja. Salam hangat.

      Suka

      • minangel berkata:

        assaslamu alaikum wr wb ….
        kepada sdr afandriadya.com, ijinkan saya jelaskan posisi @putrasumsel ini.

        putrasumsel adl anak palembang yg TERLANJUR BESAR KEPALA lantaran para ahli mentahbis palembang sbg ibukota sriwijaya. HAL ITU membuat putrasumsel kegeeran, dan berkata bhw sriwijaya adl kerajaan yg berdarah palembang. padahal pun diketahui bhw tidak sedikit ahli sejarah yg mengajukan kota / daerah lain sbg ibukota sriwijaya.

        nah ketika saya tampil dg blogsite saya yg ,memaparkan bhw raja2 sriwijaya berdarah minang (krn memang ada bukti sejarahnya) MAKA MARAHLAH si putrasumsel ini. praktis, cacimaki, kata2 kotor, kebun binatang, sumpah serapah, berhamburan dari keyboard nya putrasumsel ini.

        itulah awal kegalauan sdr putrasumsel.

        Suka

    • Datuak Sampono Dirajo berkata:

      hai putra sumsel gadang karengkang. Semua orang nulis pake huruf kecil, cuma ente aja yg nulis pake huruf kapital. ini menunjukkan ente orang arogan sombong bangkang egois gk tau diri angkuh sok paling hebat yang gk mau ikut aturan. bicara ente jg gk berpendidikan, emosional, mendahulukan emosi kemarahan drpd akal pikiran. sngt rendah kualitas diri ente di mata sy.

      ente sdh menghina berlebihan, padahal yg ente hina itu lbh mulia drpd ente yg gk beradat. makanya sy ikut komentar. sy salut sama pemilik blog ini, dia msh ksh kesempatan ente komentar. kalau pemilik blog lain pasti udah memblok ente dr awal karena tulisan ente tidak pantas sama sekali utk dibaca, rendahan, tak mutu. ente menulis dgn cara bgini lalu ente merasa udah membantai. ha ha benar-benar picik dan tak terdidik cara pikir ente. ini salah satu beda org yg maju pikirannya dgn ente yg msh terbelakang. ente boleh aja fanatik pasemah tapi tetap hrs punya pikiran terbuka. pantesan ente gak maju2 krn pikiran ente tertutup gk mau terima info dan data yg gk sesuai dgn maunya ente.

      penghinaan ente di atas penuh emosi tendensius. cuma ente yg dungu yg bilang semua padang (minang) pengkhianat pemberontak. majalah tempo yg keren aja bilang 4 pendiri utama indonesia sukarno, hatta, syahrir dan tan malaka, 3 di antaranya minang. org minang jg bikin kerajaan di mana mana. org pasemah bikin apa? ada gk org pasemah yg ikut diriin indonesia?. suku kecil aja sok gede. kalo org lain ditanya apa itu pasemah banyak yg gk tau. org org pasemah kemana aja? kok sy gk denger nama namanya?. coba ente tulis org pasemah yg berjasa besar sebanyk banyaknya saya pengen tau. ngaca bung sebelum nulis jorok.

      org sumsel bangga sama adnan kapau gani jdi pahlawan nasional. coba ente cari tau org mana dia. org minang itu berjuang utk masyarakat di mana dia berada. ibrahim isa sama rosihan arsyad gubernur sumsel org mana? taufik kimas separo minang. apa semua itu mau ente sebut pengkhianat juga?. bener bener gk waras kamu. lah gilo waang mah…

      PRRI/Permesta itu berontak thdp ketidak adilan pemerintah pusat terhadap daerah. hatta, syahrir, tan malaka, agus salim, muhammad yamin, muhammad natsir, assaat, abdul halim, chaerul saleh, dan seabreg abreg yg lain itu semua adalah pemberontak terhadap penindasan penjajah belanda. org org minang akan selamanya jadi pemberontak, tapi pemberontak thdp ketidak adilan. inilah keberanian org org minang, bukan kayak ente keberaniannya cuma bercarut carut berkata kotor kayak preman tak berpendidikan di blog orang.

      otonomi daerah yg berlaku skrg adalah cita cita PRRI/Permesta. kalau perjuangan itu berhasil udh dari dulu org sumsel makmur. PRRI bukan pemberontakan memisahkan diri, karena mereka juga tau pendiri indonesia banyak dari minang. itu cuma perlawanan untuk mengoreksi pemerintah pusat yg dianggap udah gk bener. kemudian terbukti kan, sukarno akhirnya jatuh juga.

      sungguh pemahaman ente terhadap sejarah amat sangat rendah, msh sangat banyak buku yang harus ente baca supaya ente bisa berdiskusi dengan baik. jgn terlalu banyak baca informasi yg gk karuan di internet, pintar pintarlah menyeleksinya, agar ente tidak dicap bodoh seperti tulisan-tulisan ente yg sy baca.

      Sy tidak bermaksud sombong, org minang memang bikin kerajaan di mana mana kok. itu bukan asumsi, tapi banyak buku yang bisa dibaca tentang ini. kalau ente berpikiran terbuka silakan baca buku bukunya mulai dari tulisan ahli asing sampai ahli indonesia sendiri. buku tentang minangkabau yang ditulis sarjana/ahli asing paling banyak disamping tentang jawa, bali dan aceh. ini bukan kata sy, ente bisa cari di google. sy sarankan ente tambah lg ilmu pengetahuan ente sebanyak banyaknya seblum komentar rendahan yg cuman merusak blog org aja.

      tolong dipahami ya, sy berkata keras karena tak tahan sama penghinaan org bodoh ini. bukan sy yg memulai, mohon maaf pada pembaca lainnya. salam.

      Suka

    • Kita semua sumatra mari bersatu, daripada dijajah jawa secara ekonomi politik, sekarang sudah banyak jawa2 yg masuk sumatra, dari pedagang k5 sampai pengusaha dan politikus jawa, cari untung dan kaya.

      Suka

  12. Afandri Adya berkata:

    Putra Sumsel, Anda disini ingin berkomentar atau bercarut. Kalau bercarut bukan disini tempatnya! Beberapa komentar Anda menurut saya cukup bias dan flaming. Tapi tak apalah, sekali ini Anda saya izinkan untuk berkomentar disini. Saya tak menolak pendapat Anda yang mengatakan orang Minang sebagai pemberontak. Dan yang saya pahami memang seperti itu. Orang Minang sudah diajarkan untuk kritis sejak kecil, sehingga ketika dewasa banyak dari mereka yang menjadi “pemberontak”. Imam Bonjol, Tan Malaka, Hatta, Syahrir, M. Yamin, Natsir, dan sederet nama Minang lainnya merupakan pemberontak-pemberontak kelas wahid. Tapi sekarang, siapa yang mempermasalahkan pemberontakan mereka? Karena mereka memang memberontak untuk melawan kezaliman kolonial Belanda. Dan berkat jasa-jasa mereka-lah, serta “pemberontak-pemberontak” dari daerah lain, Indonesia bisa meraih kemerdekaan. Lalu kemudian datang era kemerdekaan, mereka-pun melawan kezaliman Bung Karno yang dianggap cenderung totaliter dan pro-komunis. Benar yang Anda bilang, orang-orang Minang adalah otak serta biang keladi pergerakan PRRI. Tetapi perlu juga diingat, Simbolon yang Batak serta Barlian yang Palembang juga ikut dalam barisan PRRI. Bukan orang-orang Sumatera saja yang ketika itu hendak mengoreksi kebijakan pusat, namun juga orang-orang Minahasa yang kemudian membentuk Permesta. Lalu sekarang apakah pergerakan PRRI/Permesta ada hasilnya? Tentu, sejak Reformasi cita-cita PRRI/Permesta yang menginginkan desentralisasi bisa terwujud.

    Anda bilang orang Padang (mungkin maksudnya Minang?) pengkhianat? Ah, Putra Sumsel, lucu sekali statement Anda? Mungkin Anda lupa siapa A.K Gani dan Mohammad Isa, dua orang Minang tulen yang menjadi gubernur pertama dan kedua Sumatera Selatan. Kalau mereka pengkhianat, apa mungkin saudara-saudara di Sumatera Selatan mau mengangkat mereka menjadi gubernur? Sebenarnya saya ingin merespons Anda lebih banyak lagi. Tapi sudahlah, Anda terlalu tendensius, hingga harus menggunakan kata-kata tak pantas dalam berkomentar. Salam hangat.

    Suka

    • jati pesisir berkata:

      Banyak bohongnya ne…. setahu saya, Raja kecil anak dari sultan mahmud syah II dgn encik pung (anak datuk laksamana johor), dia ke pagaruyung setelah kerajaan ayahnya dikudeta, ke pagaruyung bersama ibunya guna mencari perlindungan, raja kecik menjadi anak angkat raja pagaruyung dan setelah dewasa kembali kejohor dan thun 1717 berhasil mengambil kembali kerajaannya..
      postingan anda kyaknya masih perlu pencerahan… wslm

      Suka

      • Farras berkata:

        Bukan Bohong bro tapi emang ada beberapa versi. Menurut Hikayat Siak di sebutkan kalo Raja Kecik itu keturunan Pagaruyung tapi pada Syair Perang Siak di sebutkan bahwa Raja Kecik asalnya keturunan Raja Johor yang di asuh di Pagaruyung. Tapi Pemerintah Johor sekarang dalam Hikayatnya mengatakan bahwa Raja Kecik adalah Keturunan Pagaruyung, bahkan Pihak Malaysia memasukan sejarah itu ke dalam pelajaran sejarah negaranya. Saya tidak tau secara pasti kenapa sejarah bisa berbeda seperti itu tapi dugaan kuat saya adalah di karenakan “Rewriting History” oleh Golongan Bugis yang menguasai Selangor dan Johor hingga sekarang. Mereka menganggap Raja Kecik adalah orang Minang dan tidak berhak menjadi raja di Johor sehingga hal tersebut merupakan pembenaran atas kudeta terhadap Tahta Raja Kecik sebagai Sultan Johor.

        Suka

      • Afandri Adya berkata:

        Saya telah menuliskan riwayat Raja Kecil disini : Raja Kecil : Kecerdikan, Pengkhianatan, dan Perebutan Kuasa di Johor-Riau. Untuk menjadi referensi alternatif, bisa dibaca sumber-sumber yang saya sebutkan pada artikel tersebut.

        Suka

  13. putra sumsel berkata:

    DH BERLEPAS DARI MINANGATAMWAN TGL 19 MEI ( SATU BULAN ) DARI PERTAMA NAIK PERAHU YAKNI TGL 23 APRIL. ARTINYA MEMAKAN WAKTU SATUBULAN PERJALANAN DH DARI SERIWIJAYA KE MINAGNGATAMWAN DAN SEKALI GUS MENAKLUKKAN MINAGATAMWAN ITU, KEMUDIAN BARU BERLEPAS DARI MINANGA TGL 19 MEI. DARIMINANGA DATANG DIPALEMBANG TGL 16 JUNI 682M 27 HARI ARTINYA DARI PENAKLUKAN MINANGATAMWAN PULANG DULU KEWILAYAH ASAL SERIWIJAYA DAN MENYIAPKAN PASUKKAN BESAR SEBESAR DUA LAKSA SESUAI MEMAKAN WAKTU 20 HARI KEMUDIAN BARU MENDATANGI PALEMBANG MEMAKAN WAKTU 6 HARI. MAKA PAS 26/ 27 HARI.
    LEBIH JELASNYA INI SAYA KOPIKAN LAGI ISI PRASASTI KEDUKAN BUKIT DIPALEMBANG ITU

    1 Swasti, sri. Sakawarsatita 604 ekadasi su-
    2 klapaksa wulan Waisakha Dapunta Hyang naik di
    3 samwau mangalap siddhayatra. Di saptami suklapaksa
    4 wulan Jyestha Dapunta Hyang marlapas dari Minanga
    5 tamwan mamawa yang wala dua laksa dangan kosa
    6 dua ratus cara di samwau, dangan jalan sariwu
    7 telu ratus sapulu dua wanyaknya, datang di Mukha Upang
    8 sukhacitta. Di pancami suklapaksa wulan Asada
    9 laghu mudita datang marwuat wanua …..
    10 Sriwijaya jayasiddhayatra subhiksa

    Terjemahan dalam bahasa Indonesia modern:

    1 Bahagia, sukses. Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas
    2 paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di
    3 perahu melakukan perjalanan. Di hari ketujuh paroterang
    4 bulan Jesta Dapunta Hyang berlepas dari Minanga
    5 tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan
    6 dua ratus koli di perahu, dengan berjalan seribu
    7 tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang
    8 sukacita. Di hari kelima paroterang bulan Asada
    9 lega gembira datang membuat wanua …..
    10 Perjalanan jaya Sriwijaya berlangsung sempurna

    a. DAPUNTA PERTAMA NAIK DIPERAHU ITU PARO TERANG BULAN WAISAK ( 23 APRIL) INILAH ASAL SERIWIJAYA.
    b. DAPUNTA BERLEPAS DARI MINANGATAMWAN DIHARI KETUJUH PAROTERANG BULAN JESTA (19 MEI) ARTINYA MINANGATAMWAN ITU BUKAN SERIWIJAYA/ ASAL SERIWIJAYA TAPI TAKLUKKAN SERIWIJAYA.
    c. datang dimuka upang dihari kelima paroterang bulan Asada ( 16 juni.)
    jadi jelas minangatamwan itu bukanlah tempat pertama dapunta naik perahu.

    SEMUA RAJA DAN KERAJAAN PADANG BERASAL DARI PAGARRUYUNG, PAGARRUYUNG BERASAL DARI DHARMASRAYA
    DHARMASRAYA BERASAL DARI SERIWIJAYA.
    SERIWIJAYA BERASAL DARI RUMPUN SUKU BANGSA PASEMAH (SUMSEL BENGKULU)
    JADI KESIMPULANNYA SEMUA RAJA DAN KERAJAAN PADANG/MINANG KABAW/SUMATRA BARAT BERASAL DARI RUMPUN SUKU BANGSA PASEMAH (SUMSEL BENGKULU).
    PADANG ITU ANAK KEMAREN SORE GAK USAH BANYAK TINGKAH.
    RUMPUN SUKU BANGSA PASEMAH YANG PALING TUA. GAK PERCAYA BUKTIKAN DENGAN TES LABORATORIUM TES DARAH DNA. DARAH SIAPA YANG PALING TUA, DARAH SIAPA YANG PALING KENTAL DAN DARAH SIAPA YANG LEBIH BERAT
    KAMU ORANG PADANG ITU MELAYU MUDA KAMI MELAYU TUA.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Bung, mungkin Anda benar. Tapi ini sumbernya dari mana? Kalau kicauan Anda saja siapa yang mau percaya. Anda sudah kami peringatkan untuk elok-elok dalam berkomentar. Namun Anda tidak mengindahkannya. Blog ini bukan tempat Anda memaki. Terlebih Anda mengkopi urusan Anda dengan Minangel ke blog ini. Jadi mohon maaf beberapa komentar Anda yang bias dan provokatif itu tidak kami izinkan disini. Salam hangat.

      Suka

    • Datuak Sampono Dirajo berkata:

      dapunta hyang/sriwijaya selalu bikin prasasti setelah melakukan penaklukan. setelah menaklukkan palembang lalu bikin prasasti kedukan bukit. begitu pula setelah menaklukan bangka bikin juga prasasti kota kapur, terus setelah penaklukan ke jawa dan lain lain juga bikin prasasti. berarti prasasti yg pertama adalah penanda penaklukan.

      pertanyaannya: ada gk prasasti sebagai bukti penaklukan minangatamwan?. ternyata gk ada tuh. berarti minangatamwan bukan taklukan dapunta hyang/sriwijaya, tapi adalah asal usul dapunta hyang yang melakukan penaklukan ke selatan lalu bikin prasasti kedukan bukit setelah berhasil menaklukkan palembang. kalau dia menaklukkan minangatamwan tentu tentaranya tidak pulang semua, tapi ada yg tinggal utk menduduki wilayah taklukan. ini logika yg bener. masak abis penaklukan pulang dulu ke asal lalu siapain pasukan lagi. buat apa? org udh ditaklukin kok. ah aneh logikanya, suka sukanya sendiri. org ini gk bisa membaca teks sejarah yg rumit karena kemampuan terbatas, tapi sok ambil kesimpulan sendiri. parah…

      tulisan putra sumsel: “DH BERLEPAS DARI MINANGATAMWAN TGL 19 MEI ( SATU BULAN ) DARI PERTAMA NAIK PERAHU YAKNI TGL 23 APRIL. ARTINYA MEMAKAN WAKTU SATUBULAN PERJALANAN DH DARI SERIWIJAYA KE MINAGNGATAMWAN DAN SEKALI GUS MENAKLUKKAN MINAGATAMWAN ITU, KEMUDIAN BARU BERLEPAS DARI MINANGA TGL 19 MEI. DARIMINANGA DATANG DIPALEMBANG TGL 16 JUNI 682M 27 HARI ARTINYA DARI PENAKLUKAN MINANGATAMWAN PULANG DULU KEWILAYAH ASAL SERIWIJAYA DAN MENYIAPKAN PASUKKAN BESAR SEBESAR DUA LAKSA SESUAI MEMAKAN WAKTU 20 HARI KEMUDIAN BARU MENDATANGI PALEMBANG MEMAKAN WAKTU 6 HARI. MAKA PAS 26/ 27 HARI”. bener bener kacau logikanya. kok bolak balik ya?…ini menunjukkan org ini punya logika dan pemahaman yg rendah. itu terlihat dari cara penulisan kalimat dengan susunan yg kacau atau bisa jg pemahaman yg kacau ttg sejarah. teorinya hanya berdasar mau maunya sendiri.

      aneh logika si putra sumsel ini. logikanya terbalik balik. para ahli aja msh pada belum sepakat, eeh dia udah yakin seyakinnya sama teorinya sendiri yg bukan ahli. ini org udh kena penyakit megalomania yg merasa udh sngat hebat, besar dll sehingga dia paksakan teori dungunya pada org lain. kasian sekali, ingin mencari kebesaran kemegahan tapi tak didukung secara historis. kalau memang org pasemah berdarah perintis/pionir tentu setelah kejatuhan sriwijaya dia bangkit lagi. tapi kenyataannya yg bangkit adalah darmasraya dan pagaruyung. Klo karakter perintis/pionir org minang tentu gk bisa dibandingin sama pasemah. udh banyak sejarah yg mencatat ttg ini. sejarah itu berkesinambungan bung, gk ujug ujug bikin teori sendiri.

      kalau mau memahami sejarah dgn pikiran terbuka bukan fanatisme sempit, putra sumsel hrsnya terima dong kalau sampai zaman modern pun org minang msh tercatat sbg pendiri penting negara yg bernama indonesia. semua org yg berpendidikan tau sejarah ini. kalau putra sumsel menyangkalnya dan mengatakan org minang pengkhianat dan pemberontak semua sprti tulisannya di atas, sy gk tau lagi deh, mau dimasukkan kelompok mana manusia macam ini.

      Suka

    • Syahrul jumadi berkata:

      Pasemah/besemah?…pagar alam dan pagaruyung…harimau kumbang (panglima kumbang) dari pagaruyung/pagar alam?…yg ahli sejarah coba dicek lagi antara sisingamangaraja XII dan salah satu turunannya yg bernama “Jama’ah” di kab 50 kota…yg bersama datuk sikumbang yg berasal dari gunung dempo…cek lagi hubungannya dg gajahmada atau majapahit…telusuri sampai ke patih prabu siliwangi…pakai gelombang delta…InsyaAllah terjawab

      Suka

  14. putra sumsel berkata:

    berdasarkan keterangan itsing seriwijaya sudah ada sebelum tahun 683 M KETIKA ITSING BIKSU BUDAH INI YANG DATANG KESERIWIJAYA TAHUN 671 M. ITSING INI BIKSU DAN MENYAKSIKAN SENDIRI SERIWIJAYA TIDAK MUNGKIN DIA BOHONG
    Dr. Slametmulyana, ahli filologi ternama, dalam bukunya Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi, Idayu, Jakarta, 1981, hh. 73-74, berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya selamanya beribukota di Palembang dan tidak pernah berpindah-pindah. Isi prasasti Kedukan Bukit tidak ada hubungannya dengan pembuatan kota Sriwijaya, dan Minanga yang disebutkan dalam prasasti itu hanyalah sebuah daerah taklukan Sriwijaya. Slametmulyana melokasikan Minanga di Binanga, yang terletak di tepi Sungai Barumun, Sumatera Timur.

    Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Malayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Malayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Malayu berlokasi di Jambi, JADI jelas sumsel yang berada di selatan/ tenggara jambi bukan sumatera barat.
    dari keterangan luar juga disebut seriwijaya melayu/ jambi dan tulang bawang lampung. seriwijaya berada di tengah antara jambi dan tulang bawang lampung maka jelas sumsel dan bengkulu yang terletak antra jambi dan lampung.

    Ditinjau dari data arkeologi, pelokasian Sriwijaya di Palembang memperoleh pembuktian yang sangat kuat. Sebagian besar prasasti Sriwijaya ditemukan di Palembang: Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Telaga Batu, lima buah pecahan prasasti, dan batu-batu mengenai ‘siddhayatra’. Pada salah satu pecahan prasasti terdapat keterangan mengenai pardatuan (istana raja). Yang lebih meyakinkan, prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai pembesar tinggi yang hanya mungkin ada di ibukota atau pusat pemerintahan suatu kerajaan, seperti putra mahkota, selir raja, senapati, hakim, para menteri, sampai pembersih dan pelayan istana. Lihat: George Coedes, “Les Inscriptions Malaises de Crivijaya”, BEFEO, tome 30, 1930, hh. 29-80; Johannes Gijsbertus de Casparis, Prasasti Indonesia II, Dinas Purbakala Republik Indonesia, Masa Baru, Bandung, 1956, hh. 1-46.

    Bahwa negeri Sriwijaya tidak terletak pada garis khatulistiwa, melainkan di selatan khatulistiwa, terbukti dari keterangan Al-Biruni yang menyatakan bahwa garis khatulistiwa terletak antara Kedah dan Sriwijaya. (Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanan Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia). Paul Wheatley, h. 219, menerjemahkan keterangan Al-Biruni: “The equator runs between Kedah and Srivijaya”). SEDANGKAN SUMATRA BARAT BERADA DI UTARA KHATULISTIWA

    pendapat Prof. Dr. R.M. Ngabehi Purbatjaraka dalam Riwajat Indonesia, I, Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, h. 35. Alasannya, “tamwan” berasal dari kata “temu”, lalu Purbatjaraka menafsirkannya “daerah tempat sungai bertemu”. Mengapa harus di Kampar, Purbatjaraka tidak memberikan alasan. Pendapat ini dibantah dengan jitu oleh Prof. Dr. J.G. de Casparis yang membuktikan bahwa”tamwan” tidak ada hubungannya dengan “temu”, sebab kata yang terakhir ini sudah dipakai pada zaman Sriwijaya dalam bahasa rumpun suku bangsa pasemah/ besemah temu/ betemu. Dalam prasasti Talang Tuwo terdapat enam buah kata “temu” (J.G. de Casparis, 1956, h. 13). Penelitian para ahli bahasa menyatakan bahwa kata “tamwan” pada prasasti Kedukan Bukit bukanlah nama tempat, melainkan kata biasa yang sekarang menjadi “tambahan”, sebagaimana kata wulan, sariwu, wanyak dan marwuat menjadi bulan, seribu, banyak dan membuat.

    Pendapat Dr. Buchari yang mengatakan Minanga adalah Batang Kuantan (minanga = muara = kuala = kuantan) juga perlu diragukan. Kata “minanga” tidak ada hubungannya dengan “muara”, sebab kata “muara” juga sudah dipakai pada zaman Sriwijaya dalam bahasa rumpun suku bangsa pasemah/ besemah adalh muare. Pada pecahan prasasti A baris ke-16 yang ditemukan di Palembang terdapat kata “muare”. Lihat: J.G. de Casparis, 1956, h. 5. Buchari sendiri mengakui bahwa di Batang Kuantan belum ditemukan peninggalan arkeologis yang menunjang pendapatnya, dengan mengatakan (1979, h. 28), “Memang di Batang Kuantan belum ditemukan peninggalan arkeologis. Tapi kan di sana belum diadakan penggalian? Siapa tahu nanti ada kejutan di sana.”

    DAN MASIH SEJUTA BUKTI KALAU SERIWIJAYA DAPUNTA HYANG SERI JAYA NASA DAPUNTA SELENDRA BERADA DI SUMSEL DAN BERASAL DARI SUMSEL ITULAH.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Bung, asal usul Dapunta Hyang Sri Jayanasa masih misteri, jadi Anda jangan memaksakan kehendak. Berbeda dengan pendapat Anda; para ahli seperti Buchari, Poerbatjaraka, Soekmono, J.L. Moens, dan N.J Krom, mengajukan lokasi Minanga di pedalaman Sumatera Tengah. Ada yang berpendapat Minanga berada di hulu Sungai Kampar. Ada yang mengemukakan di hulu Batang Kuantan, dan ada pula yang menyatakan di hulu Batanghari. Dari tempat-tempat yang diajukan, semuanya berada di pedalaman Sumatera Tengah, kampung halaman orang Minang. Pendapat mereka lainnya yang perlu kita simak adalah bahwa ekspedisi Dapunta Hyang ke Palembang bertujuan untuk memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi lautan. Ini merupakan suatu hal yang wajar, mengingat Sriwijaya adalah kerajaan yang dinamis, dimana pusat kerajaannya sering berpindah-pindah, dari Minanga ke Palembang, ke Jawa Tengah, kembali ke Palembang, sebelum akhirnya pindah ke Jambi. Sedangkan Soekmono berpendapat, bahwa Palembang adalah daerah taklukan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Yang mana hal ini dibuktikan dengan Prasasti Telaga Batu, yang berisi ancaman raja terhadap rakyat taklukannya. Lebih lanjut isi Prasasti Talang Tuwo memperkokoh pendapat itu. Yang mana sebagai bentuk penghormatan atas masyarakat taklukannya, raja menghadiahi sebuah taman Sriksetra.

      Kalau Anda melihat pertentangan pendapat diantara para pakar/sejarawan, itu merupakan suatu hal yang biasa. Bukan berarti pendapat tersebut sudah final dan tidak bisa dikritisi lagi. Jadi perbedaan itu wajar-wajar saja sepanjang ada bukti pendukungnya.

      Terlepas darimana asal usul Dapunta Hyang Sri Jayanasa, ada beberapa hal yang luput dari pembahasan para sejarawan. Sudah menjadi kaidah bagi para ahli sejarah, bahwa suatu kejadian tidak bisa berdiri sendiri. Mesti ada faktor yang menyebabkannya terjadi, seperti faktor ekonomi, geopolitik, sosial-budaya, dan kepercayaan (agama). Untuk faktor ekonomi dan geopolitik misalnya, masih ada ruang bagi kita untuk terus bertanya dan mengkritisi, mengapa Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan ekspedisi. Menurut pembacaan saya dari beberapa pendapat pakar di atas, ekspedisi militer tersebut bertujuan untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Selat Malaka serta untuk memasarkan emas yang banyak terdapat di tanah Minang. Disamping Palembang ada beberapa wilayah yang menjadi basis bagi pedagang emas Minangkabau, yakni muara Jambi, Barus, dan beberapa kota di Semenanjung Melayu. Jadi menurut hemat saya ekspedisi yang dilakukan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, mirip seperti perantauan orang-orang Minang ke wilayah pesisir barat Sumatera (dari Meulaboh, Barus, Sibolga, hingga Bengkulu) dan di kedua belah sisi Selat Malaka, dimana perantauan mereka sebagian besar bertujuan untuk memasarkan produk-produk dari pedalaman Minangkabau. (Lihat buku Andaya dan Drakard)

      Sedangkan jika kita menilik ekspedisi tersebut sebagai ekspedisi militer, maka pihak yang melakukan ekspedisi haruslah memiliki perbekalan logistik yang cukup. Sehingga logis jika kita mengatakan Dapunta Hyang berasal dari Minang, sebab pedalaman Minangkabau ketika itu merupakan wilayah yang banyak menghasilkan komoditas untuk melakukan ekspedisi, seperti padi, besi untuk membuat senjata, dan kayu untuk membuat perahu. Selain itu para penjelajah Minang juga memiliki kekayaan yang cukup berupa emas untuk ditukarkan ketika tiba di wilayah baru. Oleh karenanya dulu, banyak diantara pengelana Minangkabau yang melakukan perantauan hingga Eropa dan Timur Tengah, karena memiliki kekayaan yang cukup. (Lihat buku Christine Dobbin: “Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy: Central Sumatra, 1784-1847”)

      Dari faktor sosial-budaya, kita bisa mengajukan adat merantau yang telah melembaga di tengah-tengah masyarakat Minang. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk merantau dan meneroka wilayah-wilayah baru di seluruh Nusantara. Dan dalam perantauannya banyak diantara mereka yang pergi secara berombongan. Disamping Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang “meneroka” kota Palembang; Datuk Bagindo, Raja Kecil, Datuk Jannaton, serta rombongan masyarakat Minang yang pergi ke Negeri Sembilan adalah perantau-perantau Minang yang meneroka wilayah baru. Wallahualam bi shawab.

      Suka

    • Syahrul jumadi berkata:

      Coba dimaknakan secara lebih dalam…makna selatan dan utara…hakikatnya sepertinya terbalik antara selatan utara…soo,cermati lagi….sudah pernah ke gunung dempo pagar alam?

      Suka

  15. putra sumsel berkata:

    KEPADA SAUDARA SAUDARA KHUSUSNYA DARI SUMSEL DAN SELURUH NUSANTRA UMUMNYA. JANGAN SEKALI SEKALI KITA SOMBONG MEMANDANG RENDAH SUKU LAIN KITA SEMUA SAMA MASING MASING ADA KELEBIHAN DAN KEKURANGAN. JANGAN KITA YANG DULUAN BERKOWAR KOWAR. TAPI KALAU ADA YANG MERASA PALING HEBAT SOMBONG DAN MENGINJAK INJAK HARGA DIRI KITA BANTAILAH SEHABIS HBISNYA AGAR DIA SADAR.
    KALAUPUN INGIN MEMBUAT ARTIKEL/ KARANGAN/ PENDAPAT SAMPAIKANLAH DENGAN REFERENSI DAN DATA YANG AKURAT DAN DENGAN BAHASA YANG BAIK YANG TIDAK MELECEHKAN SUKU LAIN. YANG TIDAK MENGUSIK APA YANG ADA PADA SUKU LAIN/ DAERH LAIN.
    SEBAGAI IKTIBAR KITA MARI KITA PERHATIKAN DIALOG KELAPA DAN BAYAM.
    SANG KELAPA SETIAP HARI MENGHINA BAYAM DAN MENYOMBONGKAN DIRI SEBAGAI TUMBUHAN YANG PALING HEBAT DARI AKAR SAMPAI DAUN BERGUNA SEMUA. AKAR UNTUK OBAT, BATANG UNTUK BANGUNAN UNTUK KAYU UNTUK JEMBATAN, DAUN UNTUK JANUR UNTUK KETUPAT PELPAH UNTUK KAYU BAKAR, BUAH DIMAKAN BUAH UNTUK MINYAK PENDEK KATA SEMUA BERGUNA DARI UJUNG KEUJUNG. BERDIRI TINGGI MENJULANG TEGAK KOKOH PERKASA SEDANGKAN KAMU BAYAM LEMAH GEMULAI SEDIKITPUN TIDAK ADA KEKUATAN SEKALI TIMPA DENGAN SATU BUAH KELAPA RUSAK SEMUA TANAMAN BAYAM, GAK ADA GUNA HANYA DAUNNYA SAJA YANG BERGUNA ITUPUN HANYA PUCUKNYA SAJA
    SETIAP HARI BAYAM DIHINA SETIAP HARI KELAPA MENYOMBONGKAN DIRI.
    HINGGA AKHIRNYA SIBAYAM ANGKAT BICARA. KAMU MEMANG HEBAT KELAPA BERGUNA SEMUA BAGI MANUSIA. TAPI PERLAKUAN MANUSIA TERHADAP KELAPA DARI UJUNG KEUJUNG SEMUANYA KASAR AKAR KAMU DITARIK DENGAN Paksa kemudian di potong dengan pisau tajam untuk obat dilumat dihancurkan direbus dibakar ditumbuk sampai hancur batang kelapa ditebang dikampak dibeliung di gesek dengan gargaji kemudian dibelah dijadikan papan jembatan diinjak injak dipaku diikat daun disap dengan pisau di raut dengan garpu dijadikan sapu yang menyapui sampah kamar mandi WC, buah kelapa di putar dijatuhkan dari ketinggian terhempas ketanah kemudian di kupas dengan pisau kemudian congkel kemudian diparut kemudian remas disaring kemudiaan belumselesai penderitaan sibuah kelapa masih ditanak diapi dikayau disarung lagi diremas lagi paru jadi minyak.
    sedangkan saya bayam perlakuan manusia dengan saya sangat terhormat bayam selalu disiram pagi dansore takut benar manusia kalau terinjak bayam hati hati sekali manusia sayang sekali perlakuan manusia dengan bayam. DAN KETIKA KITA DISATUKAN ANTARA BAYAM DAN BUAH KELAPA PASTI MANUSIA MENGATAKAN SAYUR BAYAM BUKAN SAYUR KELAPA.
    SEMOGA INI BISA JADI PELAJARAN KITA SEMUA.
    SALAM HORMAT DARI BUMI SERIWIJAYA UNTUK SEMUA.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Oh … Anda merasa tersinggung dengan tulisan ini. Karena Dapunta Hyang bukan berasal dari Sumatera Selatan? Patut-lah sejak kemarin Anda marah-marah disini hingga tak tahan untuk mengeluarkan kata-kata kotor. Sebelumnya saya mohon maaf kepada saudara-saudara, khususnya Putra Sumsel (hingga kini saya tak tahu nama aslinya) yang tidak berkenan dengan tulisan ini. Tulisan ini sebenarnya merupakan kajian “Membangkit Batang Terendam”. Yang ditujukan — khususnya bagi masyarakat Minang, untuk melihat-lihat kembali dan mendiskusikan kembali mengenai sejarah/peradaban Minangkabau. Dalam kajian ini ada beberapa angel yang saya ambil melawan arus, salah satunya yang kontroversi menurut Anda mengenai asal-usul Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan berdirinya Sriwijaya. Hal ini semata-mata bukan untuk menunjukkan kecongkakan, tetapi untuk melihat kembali sejauh mana sejarah itu telah ditulis dengan pantas. Meski beberapa ada yang kontroversi, namun tulisan ini bukan hendak dijadikan sebagai dongeng belaka. Oleh karenanya dalam penulisan artikel ini, saya tetap mengacu pendapat-pendapat para pakar. Jika Anda membaca tulisan ini pelan-pelan, maka Anda akan melihat sumber-sumber yang saya gunakan. Kalau Anda merasa tak puas, ya itu hak Anda dan kami terbuka untuk dikomentari. Tetapi kritikannya harus dengan sumber-sumber yang akurat pula, bukan bualan dan caci-maki belaka. Janganlah Anda mengatakan orang Minang itu Yahudi, keturunan monyet, orang Minang gak ada tai-tainya, dan banyak lagi cacian lainnya (bagi pembaca lain, komentar Putra Sumsel yang ini sudah saya hapus, jadi tak usah dimasukkan hati). Cukuplah Anda berkomentar secara wajar, layaknya orang-orang terpelajar. Last but not least, saya tetap menghargai masukan dan komentar positif dari Anda. Salam (udah gak pake hangat!).

      Suka

  16. caciang kapanehan berkata:

    numpang galak/ngakak ciek niang untuk putra sumsel

    Suka

  17. Paganagari minangkabau berkata:

    Wahai saudaraqu yg tdk tahu sejarah atau yg belum tahu sejarah..belajarlah…membacalah…n..bertanyalah…serta melihatlah….akan sejarah negeri….makanya generasi muda jgn hanya sibuk dg duniawi semu semata…
    Sejarah itu penting n perlu kt ketahui…apapun jg sejarah itu..baik atau buruk…terima dg lapang dada…itulah sejarah…jgn kan kt..org tua kta aja pd blom lahir jaman itu…
    Tahukah dahulu perang padri itu?..siapa membunuh siapa..?
    Sisingamangaraja…bkan keturunan padang…tp keturunan minangkabau…yg
    diutus oleh kerajaan pagaruyung…
    Jd…klo ga tau sejarah…lebih bagus diam n menyimak….

    Suka

  18. Silek lidah berkata:

    Asalammualaikum w.w. Coba kaji sejarah nabi iskandar zulkarnain yg punya anak 3 orang
    Anak Ke 1 namanya maharaja diraja
    Anak ke 2 maharaja dipang.
    Anak ke 3 maharaja ali.
    Yg menginjakkan kaki pertama di pinggang gunung merapi sumbar adalah maharaja diraja anak pertama nabi iskandar zulkarnain. Saya baca sejarah panjang ini dari buku tambo tuo di istana pagaruyung.

    Satu lagi saya pernah baca di kitab jawa kuno pengarangnya saya lupa. Ditulis di situ bahwa dapuntayang sudah berada ketika itu di puncak gunung dempo. beliau dimintai bantuan oleh ratu agung yg kala itu menjadi ratu di sriwijaya yg oleh kerajaan kecil tulang bawang, melayu kuno, jambi hulu, memberontak ke ratu agung tsb. Jadi ratu agung melarikan diri ke pinggang gunung dempo dan tetap dikejar hingga ratu agung menyelamatkan diri ke puncak gunung dempo waktu itu di puncak gunung dempo ada sekelompok orang yg dipimpin oleh dapuntayang dan gurunya bernama darma kirti. Lalu ratu agung meminta bantuan kepada dapuntayang untuk merebut kembali sriwijaya dari pemberontak dengan bantuan dapuntayang kerajaan sriwijaya berhasil direbut kembali dan diserahkan kepada ratu agung, tetapi ratu agung menolaknya dan menyerahkan kepada dapuntayang, namun saat itu dapuntayang tidak mau. Oleh karena desakan gurunya darma kirti akhirnya dapuntayang menyetujuinya tetapi dapuntayang dia berhajat untuk mengembangkan kekuasaannya dan dia kembali bertapa 40 hari 40 malam dalam tapa bratanya itu didatangi oleh seekor naga yg mengatakan ”wahai anak manusia akulah ruh dari swarna dipa, jika engkau pantas menjadi raja maka engkau harus mengalahkan aku”. Dalam tantangan itu dapuntayang setelah bertarung 7 hari 7 malam, akhirnya naga tsb kalah dan menjadi sebilah keris dan bertuliskan dengan huruf sanskerta yaitu” swarna dipa jaya nasa”, lalu dapuntayang kembali ke kerajaannya dengan sebilah keris jaya nasa, kemudian diberi gelar dapuntayang sri jaya nasa. Ini sedikit kesimpulan dari kitab jawa kuno yg saya baca. Wasalam.

    Suka

  19. Jakarta berkata:

    Kerajaan Indonesia terbesar di sejarah internasional (menurut berita kuno dari China, Arab dan Eropa) :

    5 suku Jawa, 1 suku Sunda, 1 suku Melayu, 1 suku Aceh, 1 suku Bugis, 1 suku Banten

    1. Majapahit (Jawa) luasnya 2,7 km2, menguasai ASEAN, ada di museum Asia, Eropa, AS.
    2. Kerajaan Kediri dan Singhasari (Jawa) luasnya 1,5 juta km2, menguasai sebagian Indonesia.
    3. Sriwijaya (Sumatera) luasnya 1,2 juta km2, menguasai sebagian Indonesia dan sebagian ASEAN.
    4. Kesultanan Demak (Jawa) luasnya 1 juta km2, menguasai sebagian Indonesia, menyerbu Portugis.
    5. Kesultanan Mataram (Jawa) luasnya +100.000 km2, menguasai Jawa, menyerbu Belanda Batavia.
    6. Kerajaan Medang (Jawa) luasnya +50.000 km2, menguasai Jateng-Jatim, Borobudur-Prambanan.
    7. Kerajaan Gowa (Sulawesi) luasnya +50.000 km2, menguasai Sulawesi, perang Belanda.
    8. Kerajaan Sunda-Padjajaran-Tarumanegara (Jabar) luasnya +50.000 km2, menguasai Jabar.
    9. Kesultanan Aceh-Samudera Pasai (Aceh) luasnya +50.000 km2, menguasai Aceh, perang Belanda.
    10. Kesultanan Banten (Banten) luasnya +50.000 km2, menguasai Banten-Lampung, perang Belanda.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Bang Jakarta, data Anda itu kalau boleh tahu sumbernya dari mana? Rasa-rasanya banyak yang janggal. Salam.

      Suka

    • Fahriza Tanjung berkata:

      Sebagai tambahan buat pelengkap data di atas :
      1. Kerajaan-Kerajaan Malayu belum masuk tuh terutama “Dharmasraya”
      2. Majapahit belum pernah menaklukan ASEAN, yang berhasil menaklukan hampir sebagian besar negara-negara ASEAN cuma Sriwijaya. Pengakuan Majapahit hanya didasarkan asumsi bahwa kalau sudah mengalahkan Sriwijaya, maka wilayah kekuasaan Sriwijaya yang mencakup hampir ASEAN saat ini jadi milik Majapahit, padahal setelah kerajaan Sriwijaya meredup muncul utusan “Kerajaan Malayu Dharmasraya” sebagai kerajaan penguasa Swarnadipa. Penaklukan Bali yang deket Jawa Timur aja menurut babad cukup sulit memakan waktu 7 tahun apalagi seluruh wilayah ASEAN
      3. Kerajaan Pagaruyung nggak perlu pengakuan berlebihan sebagai salah satu kerajaan besar walaupun banyak literatur asing menyebutkan “kerajaan Pagaruyung” dan Etnik Minangkabau sebagai sumber dan kekuatan bangsa Melayu pada masanya (Hasil Ekspedisi Rafles), kerajaan pagaruyung adalah penerus kearifan kerajaan Sriwijaya dan Dharmasraya sebagai kerajaan pedagang, wilayah kekuasaannya hanya meliputi Sumatera Barat sekitar 50.000 m2 , namun secara politis mencakup wilayah yang luas mencakup Sumatera Tengah, Aceh, Lampung, Johor Malaysia, Kesultanan Brunei, Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan dan Kesultanan Sulu Filipina.
      4. Kelemahan Kerajaan Pagaruyung saat ini adalah belum adanya tokoh dari bangsawan Kerajaan Pagaruyung yang jadi pahlawan nasional sehingga sejarah kerajaan Pagaruyung belum banyak tercatat di buku pelajaran nasional. Seperti pertempuran Kesultanan Aceh melawan Belanda yang diantaranya yang paling fenomenal di bawah pimpinan Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar yang tidak lain merupakan keturunan Minang. Kesultanan Gowa di bawah Sultan Hasanudin yang ironisnya melibatkan orang-orang Melayu diantaranya saudagar-saudagar Minang di Malaysia dan bahkan di Singapura. Redupnya pamor Kerajaan Pagaruyung karena dalam perjuangan bangsa, Kerajaan Pagaruyung sempat berselisih paham dengan kaum Paderi akibat politik adu domba Belanda dimana saat ini tokoh-tokoh Paderi tersebut menjadi tokoh Pahlawan Nasional negeri ini. Insya Allah kalau kesalah pahaman internal ini bisa diselesaikan, ada tokoh dari Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sultan Arifin yang kini makamnya sudah berada di Taman Makam Pahlawan bisa disegerakan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sehingga masyarakat luas bisa mengenal lagi Kerajaan Pagaruyung. Amin. hehe…salam

      Suka

  20. Jakarta berkata:

    Di internet saya perhatikan ramai sekali orang minang rasis yang mengklaim keunggulan sukunya. Orang Minang punya organisasi kesukuan sehingga mereka fanatik sekali terhadap sukunya. Beda dengan orang Jawa yang tidak punya organisasi kesukuan sehingga mereka tidak fanatik sukunya. Tapi orang Minang banyak debat dan bentrok dengan suku luar Jawa yang punya organisasi kesukuan seperti Tionghoa, Melayu, Sunda, Bugis dll. Lihat saja di internet banyak klaim Minang disanggah suku lain. Klaim Minang banyak sekali yang salah :

    1. Sriwijaya adalah milik Minang. Sriwijaya hanya sebagian saja yang berdarah Minang. Sebagian besar orang Sriwijaya berdarah Melayu, ada juga yang Tionghoa, Sunda, Indonesia Timur dll. Logikanya begini ada orang Minang di Jakarta apakah Jakarta milik orang Minang ? Kerajaan Indonesia yang banyak dibahas kronik kuno dari China, Arab dan Eropa itu dari Jawa, Melayu, Sunda dan Indonesi Timur. Kerajaan Pagaruyung kecil hanya seputaran Sumbar. Mungkin itu sebabnya orang Minang minder dan tidak percaya diri sehingga sibuk mengklaim kerajaan suku lain.

    2. Sriwijaya dan Minang membangun Borobudur. Salah besar. Buktinya tidak ada candi Sumatera yang mirip Borobudur. Peninggalan orang Minang di Sumbar selama ini tidak ada tanda tanda memiliki minat dan bakat terhadap ukiran eksotis seperti Borobudur. Ukiran eksotis itu khas Jawa dan Bali. Borobudur dibangun oleh wangsa Sailendra yang asal usulnya masih diperdebatkan. Ada yang bilang dari Kamboja, India, Sumatera atau Jawa asli. Tapi pendapat yang umum adalah wangsa Sailendra itu gabungan Melayu dan Jawa. Kemudian wangsa Jawa keluar dari Sailendra membentuk wangsa Sanjaya. Prambanan didirikan oleh wangsa Sanjaya.

    3. Minang ahli dagang. Di dalam Forbes 40 orang terkaya Indonesia tidak ada satupun orang Minang dan didominasi Tionghoa. Dalam Asia Globe 150 orang terkaya Indonesia yang dari Minang bisa dihitung. Yang mendominasi pengusaha Tionghoa dan segelintir pengusaha pribumi dari Jawa, Sunda, Bugis dan Batak. Mayoritas orang Minang itu bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh. Sebagian orang Minang di kota bekerja sebagai pegawai (PNS dan swasta) dan pedagang. Biasanya pedagang Minang itu di restoran Padang, tekstil dan percetakan. Ada beberapa pedagang Minang sukses di properti. Bidang bisnis lain dikuasai orang Tionghoa, Jawa, Sunda, Bugis, Batak dan Indonesia Timur. Organisasi pengusaha seperti APINDO dikuasai orang Tionghoa, KADIN pusat dikuasai orang Jawa, Melayu dan Indonesia Timur. KADIN Jakarta dikuasai orang Batak. Bidang bisnis yang dikuasai Tionghoa lebih menghasilkan uang seperti pabrik manufaktur, rokok, pertambangan, perbankan, pertokoan dll. Orang Jawa menguasai pertanian, peternakan, perikanan, SPBU, kayu jati, sembako, masakan Jawa, PO bus dll. Lihat saja data BPS ekonomi provinsi Sumbar terkecil di Sumatera. Ekonomi yang besar itu Jakarta, Jatim, Jabar, Jateng, Riau, Sumut, Sumsel, Sulsel dll. Perantau Minang cuma segelintir di Jakarta, Riau dan Sumsel itupun bidang tertentu seperti masakan Padang.

    4. Orang Minang cerdas. Memang benar tapi keahlian Minang adalah agama dan politik. Kalau hukum didominasi orang Batak. Teknologi didominasi orang Jawa. Lihat saja pengacara didominasi orang Batak. Ilmuwan penemu paten dan universitas terbaik didominasi orang Jawa. Fakultas Kedokteran juga paling banyak di Jawa. Jangan mengklaim orang Minang mendominasi universitas terbaik di Jawa karena hanya segelintir orang Minang disana. Kebanyakan orang Jawa dan Sumatera (Aceh, Minang, Melayu, Batak dll).

    5. Orang Minang cantik dan tampan. Memang sebagian ada yang cantik dan tampan. Tapi tidak semua. Artis Minang kebanyakan blasteran Eropa atau Arab. Artis Indonesia yang mendominasi orang Jawa dan Sunda. Masakan Padang memang mendominasi Indonesia tapi hanya wilayah tertentu seperti Sumatera dan Jakarta. Kalau di tempat lain lebih dominan masakan daerah. Orang Jawa punya bakso, warteg, sate, soto, gudeng, tongseng, tempe dll. Orang Sunda punya nasi timbel, sayur asem, ikan goreng/bakar. Orang Tionghoa punya mie ayam, siomay dll. Masing masing saling melengkapi.

    NB : Saya keturunan Minang tapi tinggal dan hidup di pulau Jawa. Saya resah karena banyaknya blog Minang fanatik justru menyebabkan orang Minang dimusuhi suku lain. Santai sajalah orang tak bisa memilih dari suku mana mereka berasal.

    Paling tidak orang Minang punya kelebihan dan diatas mayoritas suku di Indonesia seperti orang Indonesia Timur. Tapi kalau orang Minang jangan diadu dengan Jawa, Sunda, Batak, Tionghoa, Melayu atau Bugis. Karena mereka juga punya banyak kelebihan.

    Thanks. Maaf kalau ada kesalahan.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Thanks Bang Jakarta atas komentarnya. Benar apa yang Anda katakan, setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing. Orang Indonesia Timur-pun memiliki kelebihan Bang, terutama di bidang olah raga dan tarik suara. Malah saya sering berkelakar kalau timnas (sepak bola) Indonesia kalah bertanding : “udah pasang aja semua orang Papua dari kiper sampai striker, pasti Indonesia bisa menang”. Prestasi “orang-orang Papua” dewasa ini memang cukup mengesankan. Melalui klub kebanggaan mereka, Persipura Jayapura, Indonesia bisa menempatkan satu wakilnya di babak semifinal Piala AFC. Prestasi ini melampaui prestasi klub manapun di Indonesia, termasuk Semen Padang yang tahun lalu hanya lolos hingga babak perempatfinal.

      Mengenai pernyataan Anda yang mengatakan bahwa “Beda dengan orang Jawa yang tidak punya organisasi kesukuan sehingga mereka tidak fanatik sukunya.” Siapa bilang? Di dekat rumah saya, orang-orang Banyumas kerap berkumpul dan mengadakan arisan. Dan tak sedikit dari mereka yang fanatik dengan kelompok/sukunya dengan cara kawin-mawin diantara mereka. Pernah dengar-kan ide pembentukan Propinsi Cirebon? Sedikit banyaknya hal itu bermula dari isu primordialisme, dimana masyarakat Jawa-Cirebon ingin memisahkan diri dari masyarakat yang beretnis Sunda. Trus bagaimana dengan ribut-ribut antara suporter Persebaya dengan Arema, bukankah itu bertanda adanya fanatisme diantara mereka.

      Mengenai pernyataan Anda yang mengatakan “kalau orang Minang jangan diadu dengan Jawa, Sunda, Batak, Tionghoa, Melayu atau Bugis. Karena mereka juga punya banyak kelebihan.” Saya jadi bingung, bagian mana dari artikel di atas yang mengadu-adu. Dan bagian manapula yang menyebut puak-puak tersebut tak memiliki kelebihan. Oke lah, saya bisa menangkap persepsi Anda. Tetapi tujuan dari penulisan artikel ini, tak seperti apa yang Anda persepsikan. Ini cuma sebagai salah satu cara mengungkap sejarah yang “tak terungkap”.

      Salah satu sejarah yang “tak terungkap” itu adalah pembangunan Candi Borobudur (yang Anda singgung pada poin kedua), yang sudah saya nukilkan disini.

      Atas kunjungannya saya ucapkan terima kasih. Salam.

      Suka

    • Fahriza Tanjung berkata:

      Mau meluruskan informasi yang disampaikan oleh Bang Jakarta. Terimakasih
      Pertama mengenai keberhasilan ekonomi di Sumbar
      Peringkat Keberhasilan Pembangunan tiap Provinsi berdasarkan Persentase Penduduk Miskin berdasarkan Provinsi Tahun 2014 (Sumber: BPS, 2015)
      1. DKI Jakarta – (4,09%)
      2. Kalimantan Selatan (5,33%)
      3. Bali (5,34%)
      4. Kalimantan Tengah (6,57%)
      5. Banten (6,67%)
      6. Jambi (7,07%)
      7. Bangka Belitung (7,27%)
      8. Sumatera Barat (8,58%)
      9. Riau (8,92%)
      10. Kepulauan Riau (9,21%)

      Peringkat Keberhasilan Pembangunan tiap Provinsi berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia/IPM di Bidang Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi pada Tahun 2014 (Sumber: BPS 2015)
      1. DKI Jakarta (78,59)
      2. DIY Yogyakarta (77,37)
      3. Sulawesi Utara (77,36)
      4. Kalimantan Timur (77,33)
      5. Riau (77,25)
      6. Kalimantan Tengah (75,68)
      7. Kepulauan Riau (76.56)
      8. Sumatera Utara (75.55)
      9. Sumatera Barat (75.01)
      10. Bangka Belitung (74.29)

      Kedua: Mungkin benar kalau KADIN pusat dikuasai orang Jawa, Melayu dan Indonesia Timur tetapi berbanggalah Bang kepengurusan lembaga dagang tersebut malah dipimpin oleh orang Minang, yaitu Dr. Rizal Ramli (2013-2018) yang kini menjabat Menko Kemaritiman dan Oesman Sapta Odang (Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia)

      Ketiga. Memang benar kalau profesi di bidang hukum banyak orang Batak di dalamnya terutama sebagai pengacara di Badan Peradilan Jakarta, tapi berbanggalah Bang, meski banyak orang Batak disitu tapi Indonesia Lawyers Club dipimpin oleh orang Minang yaitu Karni Ilyas sebagai presidennya. Orang Batak mendominasi di Bidang Hukum tidaklah terlalu benar karena selama saya membantu Mahkamah Agung meng-ISO-kan pengadilan di semua Jakarta jumlahnya masih minoritas kok kalo disandingkan berdasarkan suku atau etnik.

      Orang Minang cerdas kayaknya belum pernah baca mengenai kajian ini, tapi kalau masalah kajian suku minang termasuk salah satu suku bangsa yang memiliki intelektualitas tinggi di Indonesia kayaknya pernah baca, ada bukunya yang menyinggung-nyinggung masalah ini dan dipublikasikan secara luas.

      Sekian

      Suka

  21. love nusantara berkata:

    saya suka tulisan anda.. saudara Afandri. saya peminat sejarah nusantara klasik. tulisan anda mempunyai rasionalisasi yang jelas, meskipun konklusinya belum tentu benar. Tulisan anda akan lebih kuat jika dikuatkan dengan bukti arkeologis dan filologis yg dilakukan secara mandiri.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Sdr. Love Nusantara atas masukan dan apresiasinya. Untuk bukti arkeologis dan filologisnya, saya merujuk ke banyak peneliti yang hasil penelitiannya telah tersebar di berbagai buku, jurnal, dan artikel.

      Suka

  22. Datuak Sampono Dirajo berkata:

    tulisan ini sebenarnya netral dan cukup berguna utk menambah wawasan. tapi syg dikotori olh komentar dr org org yang gk bisa berdiskusi secara intelek. cuma ngandelin emosi sama kebencian berlebihan. komentar komentarnya tendensius, gk rasional, sering melenceng dari topik. kalau ada bagian yg gk disetujui kan bisa dgn diskusi yg bermartabat. banyak kok buku yg bisa dijadiin referensi utk mendukung argumen masing masing, bukan dengan caci maki penghinaan. itulah bedanya, org org berwawasan yg bisa berdiskusi secara sehat dngn org org yg pengetahuannya msh kurang tapi ngototnya berlebihan.

    salut dgn sdr. Afandri Adya yg sy lihat cukup produktif menulis, dan sampai saat ini sy lihat msh “on the track”. lanjut bung!, gk ush hiraukan komentar komentar yg gk membangun dan gk mencerahkan yg ditulis org org emosional. org org itu taunya cuma separo separo tapi udh menggeneralisir.

    sy juga banyak membaca dan sedikit sedikit tau jugalah. si jakarta bilang: “Mayoritas orang Minang itu bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh”. darimana data ini?. lebih dari separo org minang ada di rantau. mau bertani dan nelayan di rantau sebelah mana?. yg merantau itu hampir pasti gk jadi petani atau nelayan, juga sngt jarang yg mau jdi buruh. umumnya jadi pedagang/pengusaha atau pegawai. sedangkan di sumbar tidak semuanya juga jadi petani nelayan atau buruh, banyak juga yg jadi pedagang/pengusaha atau pegawai. bener2 gk berdasar komentarnya.

    kadin dikuasai jawa dari hongkong, berapa kali tuh kadin dipimpin org minang, ada hasyim ning, sotion arjanggi, dll yg sebelumnya. pengacara batak baru bangkit sejak 70-an, sebelumnya bidang ini banyak diisi pengacara minang. kalo pengusaha besar sekarang memang sedikit org minang, tapi bukan tak pernah berjaya. dulu hasyim ning jadi org terkaya di indonesia. jg ada konglomerat lain, rahman tamin, sidi tando, dll. kalau skrg menurun itu biasa. namanya juga gelombang hidup.

    ekonomi provinsi sumbar dikatakan kecil ya benar. tapi hanya org minang di sumbar yg bergelut di sana. lebih separo org minang lainnya bergelut di ekonomi daerah lain. kata si jakarta: “masakan padang memang mendominasi Indonesia tapi hanya wilayah tertentu seperti sumatera dan jakarta”. coba baca artikel kompas tentang rumah makan padang. di sana ditulis rumah makan padang mendominasi pantura di indramayu.

    jadi banyak sekali komentarnya yg cetek cuma berdasar pengetahuan setengah setengah. menurut sy org org yg kasih komentar cetek itu bukan tipe pembaca buku buku atau media yg serius sprti buku buku tebal tulisan para sarjana/ahli asing yg memang agak sulit dicerna. mrk kebanyakan membaca di internet yg kebetulan berisi tulisan tulisan yg gk bisa dipertanggungjawabkan. mereka ogah baca buku buku bermutu karena malas.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Datuak Sampono Dirajo (ini gelar adat atau cuma nama samaran?) atas komentar dan dukungannya. Saya cukup menghargai komentar-komentar Datuak. Mudah-mudahan saya bisa terus “on the track” dan istiqomah. Wassalam.

      Suka

  23. putra siak indrapura berkata:

    Banyak bohongnya…..
    (Raja kecik adalah putra dari raja johor, dan bukan keturunan dari kerajaan pagaruyung)

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Mengenai asal usul Raja Kecik/Raja Kecil, Raja Pagaruyung Sultan Indermasyah, dalam korespondensinya dengan VOC mengaku bahwa Raja Kecil adalah saudaranya. Leonard Andaya menyebutnya sebagai ketua masyarakat Minangkabau di Siak. Sedangkan Rosihan Anwar dalam novelnya, menjuluki Raja Kecil sebagai raja bajak laut di Selat Malaka. Pendapat lainnya datang dari Kamardi Rais Datuk Simulie, yang mengatakan bahwa ia merupakan keturunan Sultan Mahmud yang beribukan putri dari Pagaruyung. Dari beberapa pendapat di atas saya mengikut kepada Andaya yang juga diyakini oleh sebagian besar sejarawan, bahwa Raja Kecil adalah pengelana Minangkabau yang berkuasa di kawasan Siak (Lihat : Persaingan di Selat Malaka (1641-1824))

      Kalau masih penasaran silahkan baca jurnalnya Coolhaas, W.P yang berjudul “Generale Missiven der V.O.C.” Atau buku karya Leonard Y. Andaya : “Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka” serta “Analisis struktur dan nilai budaya syair bertema sejarah: Syair Sultan Mahmud di Lingga, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Raja Siak” tulisan Nikmah A. Sunardjo, Sulistiati, dan Mulyani S. Yeni.

      Suka

      • Sidi Tahar Dt. Rajo Alam berkata:

        Saya juga membaca buku Leonard Y Andaya tentang Etnis di sepanjang Selat Malaka . Di buku tersebut pada Chapter 3 berjudul Ethnicization of Minangkabau di sebutkan bahwa sebenarnya pembentukan etnis minangkabau merupakan bersifat politis. Pada buku itu sebutkan bahwa maaf kasta orang minangkabau “Merasa” lebih tinggi dari orang melayu pesisir hal ini di karenakan Raja pagaruyung merupakan keturunan Anak Tertua Sang Sapurba sedangkan Raja Melaka merupakan keturunan anak Kedua Sang Sapurba. Menurut buku ini pada chapter 3 berkata bahwa sbelum abad 18 masehi , Orang Minang dan Orang Melayu masih tidak dapat di bedakan karena menurut buku ini bahwa pada saat itu banyak orang melayu bahkan orang melayu pesisir yg masih menggunakan adat matrilineal. Dan Dalam buku ini pada Chapter 4 pada bab mengenai Minangkabau di sebutkan bahwa maaf , bahwa Raja Kecik berasal dari anak selir Sultan Johor yang di bawa ibunya ke pagaruyung karena terbunuhnya sultan oleh Raja Bentan. Sesampainya di Pagaruyung , Raja Kecik di angkat sebagai anak atau Pangeran oleh raja pagaruyung sedari bayi. Ibu Raja kecik sendiri konon di nikahi oleh Sultan Indermansyah . Dalam buku tersebut kisahnya sebagai berikut : ” According to the Hikayat Siak,100 Raja Kecil is portrayed as the son of Sultan Mahmud of Johor. He is conceived when his mother, a secondary wife of the ruler of Johor, is ordered by the latter to swallow his semen which had been ejaculated onto a mat. The ruler’s deviant ways and cruelty lead to his death at the hands of his nobles. Soon thereafter Raja Kecil is born and taken away from the Johor court to Muar and eventually to Pagaruyung. Here the Raja Pagaruyung entrusts Raja Kecil’s upbringing to his mother, the Putri Jamilan, who expresses great love for the fatherless child (terlalu kasihan aku akan dia, kerana tiada bapaknya) and raises him as her adopted child.101 As a child he exhibits certain qualities that demonstrate his royal origins.” Kemudian ia di krim oleh Raja Pagaruyung untuk menaklukan Rokan Hulu , Inderagiri dan Siak yg memberontak terhadap pagaruyung dan Membelot kepada Johor. Akhirnya Raja kecil Menaklukan daerah tersebut dan ingin membalaskan dendamnya kepada Sultan Johor yg membunuh Bapaknya. Akhirnya ia berhasil menaklukan Johor dan Menjadi Sultan untuk beberapa waktu sebelum di turunkan paksa oleh Trio Daeng yang terkenal. Begitulah ceritanya 🙂

        Suka

  24. Sutan Silo berkata:

    Wahai Putra Sumsel kau hanyalah orang yg iri hati n pendengki tak terkira. Kata2mu adl aib, penghinaan ats org2 Minang. Kau berkata Babi, Anjing dll. Apakah kau sdh bercermin pd dirimu sndri. Dan itu mencerminkan dirimu sendiri. Sy ingatkan km seharusnya km dgn terbuka menyampaikan permintaan maaf kpd Penulis n Masyarakat Minang khususnya, dgn Kata2 kebun binatang mu sbg PENGHINAAN DAN PELECEHAN. Sy perhatikan penulis blog ini tlh menyampaikan dgn baik dan santun dan melayanimu dgn penuh kesabaran. Tlh menjawab smua pertanyaan dan komentar mu yg BIADAB, tak berotak, tak berjiwa. Orang spt kau biasnya tak ada apa2nya, tak punya kekuatan, tak punya harga diri. Jd orang2 spt dirimu adalah lemah. Maka ia akn menutup2i kelemahanya dgn kata2nya. Kau seperti Anjing yg tak punya gigi bs Mengonggong tp tak bisa MENGIGIT! Mhn sblmnya kpd Penulis blog ini. Jika blog yg seharusnya menjadi bahan tinjauan perenungan dan pengajian akn Jati Diri yg sesungguhnya, hrs tercemar olh Putra Sumsel ini. By Hang Tuah

    Suka

  25. Dalam Bahasa Batak Toba Minanga dikenal sebagai Binanga artinya banyak sungai. Sepertinya bahasa melayu juga punya arti yang sama adakah minang mengenal kata ini?,Mengatakan Minanga = Minangkabau itu itu sepertinya cerita Baru yg dipaksakan. Hanya belakangan ini terdengar karena yg saya tahu Minangkabau dulu itu identik dengan Meminang Kerbau (kerbau jantan yg dipinang Kerbau betina) atau Menang adu kerbau.

    Sisingamangaraja I pertama disebut anak dari Sultan Ibrahimsyah Pasaribu beristri Boru Sinambela berdasarkan kronik Barus. Fakta kenyataannya Sisingamangaraja itu marga Sinambela lahir dari boru Pasaribu.

    William Marsden dan Raffles pun terpengaruh pada kronik Barus.

    Kemudian yg saya tahu Chaniago dan Sinaga itu sedarah ( coba tanya datuk2 karena sejauh yg saya tanya mayoritas mengiayakan).

    Sultan Ibrahimsyah Pasaribu karena dia sudah bermarga pasaribu maka dia orang Batak. Seperti juga Chaniago itu orang Minang.

    Nah. Coba cari data sejarah yg bukan cocokologi sejak kapan Minangkabau itu ada?
    Karena Minangkabau tidak pernah berdiri sebagai kerajaan atau kesultanan yg saya tahu. Dan pengertian Minang dan Minanga itu beda jauh.

    Untuk asal usul Sisingamangaraja silahkan di baca link ini sebagai pembanding
    http://batak.web.id/2015/09/asal-usul-sisingamangaraja-2-versi-barus/

    Suka

  26. Afandri Adya berkata:

    Terima kasih Saudara Admin batak.web.id atas komentarnya disini. Mengenai asal usul Sultan Ibrahimsyah, Jane Drakard dalam bukunya : “A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom” menyatakan bahwa Ibrahim berasal dari Tarusan, Pesisir Selatan, tanah Minangkabau. Dia merupakan putra Tuanku Sultan Muhammadsyah, salah seorang anggota keluarga Kesultanan Indrapura, yang merantau ke Barus setelah terjadi perselisihan dengan keluarganya di Tarusan. Dalam perantauannya, ia pergi menyusuri pesisir barat hingga tiba di Batang Toru. Dari situ ia terus ke Silindung dan kemudian menuju Bakkara. Di Bakkara, ia menikahi putri pimpinan setempat, dan dari putri Batak itulah Sultan Ibrahim memiliki putra yang bernama Sisingamangaraja. Dari catatan Jane Drakard inilah — yang diambil dari kronik Sejarah Tuanku Batu Badan, asal usul Sisingamangaraja tertera.

    Mengenai Pasaribu yang merupakan marganya Sultan Ibrahimsyah, Jane Drakard lebih lanjut mengutarakan : bahwa setelah dari Bakkara, ia melanjutkan perjalanannya ke Pasaribu. Setibanya disana, untuk menyenangkan hati pimpinan setempat, Ibrahim mengaku bermarga Pasaribu. Mendengar kesamaan marganya dengan Ibrahim, raja Pasaribu sangatlah senang. Raja kemudian meminta Ibrahim untuk tinggal di Pasaribu, namun Ibrahim menolaknya dan terus pergi ke Fansur. Disini ia kemudian mendirikan Kesultanan Barus dimana ia dinobatkan sebagai Tuanku Sultan Ibrahimsyah. Jadi marga Pasaribu yang dilekatkan di belakang nama Sultan Ibrahimsyah itu bukanlah secara genetis dari ayah ke anak (seperti halnya Martua Sitorus dan Harry Tjan Silalahi dewasa ini). Boleh jadi di Bakkara — karena menikahi putri pimpinan setempat, ia diberikan marga Pasaribu. Wallahua’lam.

    Anda bilang Sultan Ibrahim bermarga Sinambela, bagaimana asal usulnya?
    Kemudian Anda berpendapat lagi : “Sultan Ibrahimsyah Pasaribu karena dia sudah bermarga pasaribu maka dia orang Batak.” Saya jadi bingung, tadi Anda bilang Ibrahim bermarga Sinambela, lalu di kalimat ini kenapa Anda menyatakan dia bermarga Pasaribu?

    Pendapat Anda yang lain : “Kemudian yg saya tahu Chaniago dan Sinaga itu sedarah”. Mohon maaf Saudara, ini Anda dapat cerita dari mana?

    Salam.

    Suka

    • Mengenai hubungan Chaniago dan Sinaga baiknya tanya tua-tua suku Chaniago.

      Saya tidak katakan Sultan Ibrahimsyah Marga Sinambela. Tapi fakta dilapangan Sisingamangaraja adalah marga Sinambela beribukan Br. Pasaribu. Jadi kronik barus bertentangan dgn fakta yang ada.

      Kemudian sejak kapan Inderapura menjadi bagian minangkabau? Atau saya permudah sejak kapan Minangkabau itu ada dikenal dan mana satu daerahnya jaman Sultan Ibrahimsyah?

      Suka

      • Afandri Adya berkata:

        Tua-tua Suku Chaniago yang Anda maksud siapa? Sepengetahuan saya yang pendek ini, tak pernah ada datuk-datuk pemangku adat suku C[h]aniago yang mengatakan pendapat demikian.

        Maaf saya mis-persepsi mengenai Sisingamangaraja yang ada katakan bermarga Sinambela dengan Sultan Ibrahimsyah yang “bermarga” Pasaribu. Boleh jadi benar yang Anda katakan, kronik Barus “bertentangan” dengan fakta yang ada. Namun cerita asal usul Sisingamangaraja-pun, hingga saat ini banyak yang berupa mitos. Makanya dalam artikel ini saya mengacu kepada keterangan Thomas Stamford Raffles yang menemui para pemimpin Batak di pedalaman Tapanuli. Artinya, Raffles mengambil sumber dari pihak pertama, yakni penuturan masyarakat Tapanuli.

        Pertanyaan Anda mengenai kapan Inderapura menjadi bagian Minangkabau terdengar agak retoris. Okelah, saya permudah juga menjawabnya : Kalau kata Buya Hamka, bahasa itu menunjukkan bangsa. Jadi simpelnya : dimana Bahasa Minangkabau dipakai merata oleh masyarakat ramai, maka disitulah ranah Minangkabau terkembang. Kalau Anda belum puas dan punya waktu luang, bisa dikunyah-kunyah bukunya Herwandi : “Rakena: Mandeh Rubiah Penerus Kebesaran Bundo Kanduang dalam Penggerogotan Tradisi” atau buku karya M. Rasjid Manggis Dt Radjo Panghulu yang berjudul “Minangkabau: Sejarah Ringkas dan Adatnya“, atau mau yang lebih santai, bisa dibaca novelnya Nur Sutan Iskandar : “Hulubalang Raja“.

        Salam.

        Suka

      • Salam.
        Ini isi surat Raffles pada William Marsden seperti dikutip dari Buku Prof. Andaya : Leave in same tree. Raffles sepertinya dipengaruhi versi Barus.
        Informannya juga mengatakan dia sudah 30 generasi, faktanya hanya 12 generasi. Jadi masukan bisa kita terima tetapi semua harus dikritisi.

        In a letter to Marsden, Raffles wrote that among the Batak was something like an ecclesiastical Emperor or Chief, who is universally acknowledged, and referred to in all case of public calamity, etc. His title is Si Singah Maha Rajah, and he resides at Bakara in the Toba district. He is descended from the Menangkabau race, and is of an antiquity which none disputes. My informants say certainly above thirty descents, or 900 years. He does not live in any very great state, but is particular in his observances; he neither eats hog nor drinks tuah [palm-wine]. They believe him possessed of supernatural powers.

        Suka

      • Bahasa tidak bisa dijadikan sebagai asal usul.
        Semua bahasa Nusantara menurut para ahli Bahasa berasal dari Taiwan (Bahasa Austronesia) tapi adakah Minang leluhurnya dari Taiwan?
        coba dipelajari dengan search Bahasa Minangkabau.
        Maka akan terlihat silsilah Bahasa.

        Salam.

        Suka

  27. Afandri Adya berkata:

    Saya kira kita sudah ada pada gelombang yang sama, meski Anda masih belum puas dengan perbedaan keyakinan Anda mengenai 12 generasi Sisingamangaraja dan pendapat informan Raffles yang 30 generasi. Namun harus disepakati pula disini, bahwa tak ada data akurat yang menunjukkan kapan Sisingamangaraja dilahirkan. Karena 12 generasi Sisingamangaraja-pun hanya bersumber dari tradisi mulut ke mulut (oral tradition), seperti halnya informasi yang diterima Raffles.

    Btw, saya cukup mengapresiasi komentar Anda. Semoga dengan artikel ini, dan diskusi-diskusi yang kita lakukan, akan segera terungkap lebih terang lagi asal usul Sisingamangaraja. Salam.

    Suka

    • Perbedaan Batak khususnya yg berasal dari Toba dgn suku-suku lain salah satunya adalah memiliki Silsilah (meski tidak semua keluarga memilikinya).
      Sejauh ini belum ada selisih diantara tetua adat dan keluarga tentang silsilah ini. Dan Kronik Barus juga ditulis di akhir abad XIII, sudah menggunakan kertas dgn bahasa Melayu dan tulisan Jawi.

      Berikut ini silsilah Sisingamangaraja dimulai dari Si Raja Batak hingga Sisingamangaraja XII. Data kelahiran diambil dari perhitungan rata – rata 1 generasi yaitu 30 tahun.

      Si Raja Batak (Lahir tahun 1305)
      Raja Isombaon (1335)
      Tuan Sori Mangaraja (1365)
      Tuan Sorba Dibanua (1395)
      Si Raja Oloan (1425)
      Toga Sinambela (1455)
      Raja Bona Ni Onan (1485)
      Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I (1515)
      Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II (1545)
      Raja Itubungna / Sisingamangaraja III (1575)
      Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV (1605)
      Ampallongos / Sisingamangaraja V (1635)
      Amangulbuk / Sisingamangaraja VI (1665)
      Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII (1695)
      Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII (1725)
      Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX (1755)
      Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X (1785)
      Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI (1815)
      Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII (1845)

      Suka

      • minangel berkata:

        assalamu alalikum wr wb. ijin mau ikut nimbrung.

        saya berkeyakinan sekali bhw memang benar sisingamangaraja merupakan keturunan pagaruyung. landasan saya, salah satunya adl wikipedia. sampai skg wiki belum merevisi paragrafnya yg menyatakan demikian.

        kita harus berpegang pada keilmiahan wikipedia. menuruit saya itu fair.

        terima kasih.

        Suka

  28. pengamat berkata:

    kalo suku minang mau klaim sriwijaya miliknya, rubah semua cara berbicara warga malaysia menjadi bahasa minang..
    barulah saya percaya silat lidah sriwijaya milik orang minang

    Suka

  29. jati pesisir berkata:

    Menurut sejarah yg pernah saya baca… raja kecik (raja siak I adalah anak dai sultan johor (sultan mahmud syah II dan encik puan (anak datuk laksamana johor) kerajaan ayahnya dikudeta oleh megat sri rama (sultan abdul jalil riayat syah) dan ayahnya kemudian terbunuh, tp ibunya cik puan berserta dia (raja kecik) berhasil selamat dan oleh kakeknya (datuk laksamana johor) mereka dititipkan ke seorang saudagar minang (nakhoda malim) untuk diantar ke pagaruyung kpd raja yang tuan sakti guna perlindungan menghindari pengejaran sultan abd jalin riayat syah yang mau menghabisi garis keturunan raja… usia raja kecik pd saat itu 7thun dan setelah dewasa dia kembali membalas perbuatan kudeta kepada kerajaannya, pd tgl 21 maret 1717 dia berhasil merebut kembali kerajaannya… seperti itu lah cerita yg prnh saya baca, sepertinya postingan dlm blog anda masih perlu pengkajian lebih dalam.. saran saya aja… wslm..

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Sdr. Jati Pesisir atas komentarnya. Mungkin Anda bisa menyebutkan, buku apa yang Anda baca? Salam.

      Suka

    • Raja Kecik berkata:

      Iya itu salah satu versi dari 4 versi yang saya baca: dititipkan pada umur 7 tahun, pada masih balita, masih dalam kandungan dan bahkan ada yang bilang anak kandung raja Pagaruyung sendiri dari janda istri raja Johor….trus intisari cerita selanjutnya sih sama dibantu pasukan Minangkabau merebut kekuasaan kesultanan Johor

      Suka

  30. sultan berkata:

    umumnya masyarakat indonesia mengenal adat padang jelek, tapi dia mengaitkan dengan kerajaan besar untuk menutup aibnya, dengan spelman, kapten yongker, aru palaka keok pagaruyung dibakar.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Arah komentar si “Sultan” ini entah kemana? Kapten Yonker, Aru Palaka, dan Speelman hanya berhasil menaklukkan daerah Pariaman dan sekitarnya — bukan Pagaruyung. Itupun dengan perbandingan pasukan yang tak berimbang.

      Suka

    • sultan ngaco berkata:

      Hipotesis ngaco tuh

      Suka

    • sultan ngaco berkata:

      Elu itu orang mana Si kafir Aru Palakka, kapten Yongker dan si VOC Spelman ajo segitu elu banggain…..yang gue tahu Aru Palakka dan kapten Yongker adalah si anjing Belanda dalam perang Gowa dan begundalnya VOC di Batavia, dikasih makan kayak anjing nakutin rakyat

      Suka

  31. Romeo berkata:

    Wah..wah pada ribut soal sejarah ya…jadi pengen comment nih…buat apa sih ribut2..orang kalian saudara semua, walaupun sekarang kalian tinggal di propinsi berbeda dan bahkan ada yang berbeda keyakinan pula…dan merasa berbeda sama sekali..jadikanlah sejarah itu pemersatu, bukan pemecah…biar gak pada ribut karena sejarah yang kurang jelas/kurang tuntas, maka sejarah itu harus diperkaya/diluruskan, dan tidak cukup bersumber pada data2 yang sudah ada dan beredar selama ini saja, jadi harus lebih comprehensive, melihat lebih luas dengan perspektif yang berbeda…kalo mengandalkan ahli2 yg sdh ada saja juga tdk cukup,

    Saya mengapresiasi para penulis/blogger didunia maya yang berupaya mengumpulkan puzzle2 sejarah yang berserakan, jadi menambah wawasan kita, teruskan lah mengumpulkan sumber2 sejarah baru itu dan kalo bisa ditambahkan bukti2 fisik baru juga..kalo belum ketemu ya carilah sampe ketemu..
    Saya juga peminat sejarah, walaupun sy bukan seorang ahli atau apapun, tetapi sy sangat tertarik dengan sejarah Sumatera dan Nusantara secara umum…saya suka sejarah dari umur 9 tahun, sekarang usia sy sdh kepala empat…sy suka membaca dari zaman buku kertas sampe sekarang sdh bisa ebook, dari beli sampe gratisan diinternet…

    Di era digital sekarang ini banyak sekali buku2 atau bukti2 tertulis sejarah baru yang dipublikasikan via internet dan banyak diantaranya tidak pernah diterbitkan/dijual bukunya di Indonesia maupun didunia sebelumnya, dan ternyata banyak yang luput dari pengamatan para ahli sejarah pada masa lalu dalam membuat teori, seandainya dulu mereka mendapat sumber itu, tentunya tidak akan terjadi seperti saat ini, sejarah kita jd ada yang simpang siur, salah duga, salah tempat, salah theory, dll…

    Dan banyak juga penerjemah salah mengartikan sebagian, salah tempat dan salah teori, contohnya menurut sy antara lain ada pada buku2 travel literatur : The Travels of Marcopolo, Chu Fan Chi (Chau Ju Kua) travel of I Tsing, travel of Faxian, journey to the west Xuanzang, travel Ibn Battuta, Periplus the Erythraean sea, the Indica (Arrian), dll… dan buku2 catatan lainnya antara lain Ptolemy Geographia, Mahavamsa, dan masih banyak lagi…

    Dari buku2 tersebut rata2 si penerjemah/pembuat opini atau kesimpulan mengabaikan wilayah Nusantara, walaupun ada sebagian yg memasukannya tetapi not so important wilayah nusantara menurutnya, karena rata2 diterjemahkan pada saat zaman kolonial…dan wawasan mereka tentang wilayah ini juga kurang…

    Celakanya kesalahan2 teori tersebut yang banyak dikutip penulis dan peneliti berikutnya hingga saat ini (rata2 under estimate terhadap nusantara) hingga banyak terjadi pertentangan teori, bertentangan dengan catatan2 dan memory tradisional, masyarakat nusantara, contohnya Di Minangkabau, Tambo Minang yang suci (dahulu anda harus bersuci dulu kalo ingin membacanya) dianggap sebagian besar khayalan oleh sebagian peneliti, padahal menurut saya tambo itu banyak benarnya, tinggal diperkuat saja unsur2 sejarahnya.

    Nah terkait hal tsb sejak beberapa tahun yg lalu saya sudah miliki grand theory yang lebih luas dan sesuatu baru, dan perlu pembuktian fisik juga..cuma saya bukan penulis, bukan peneliti ahli juga… namun sayang juga kalo saya tidak mempubikasikan teori tsb, saya butuh bantuan orang untuk menuliskannya dan meneliti.

    Saya tidak akan menyampaikan teori tsb disini, karena jika sepotong2 akan menimbulkan multi tafsir dan ujung2nya debat kusir..

    Dan terkait bukti fisik sejarah tsb di Minangkabau saya sudah ada 3 atau 4 “suspect location” di Sumatera Barat, sebagian sudah ada yang dilaporkan ke Pemerintah berpuluh tahun sblmnya, tetapi sebagian belum (karena cuma sy yg tahu? karena cuma sy yg mencari?), tetapi semuanya belum diteliti, oleh sebab itu sy mengajak anda peneliti sejarah Minang, Arkeolog dll. untuk dapat terlibat, jadi kita bisa buat semacam ekspedisi swakarsa, (karena kalo mengandalkan Instansi pemerintah belum tentu dapat berjalan, yang sudah dilaporkan aja gak diteliti, apalagi yg belum ditemukan).

    Jika Anda tertarik bisa kontak sy di Email; datuk.maharajadiraja@gmail.com

    Terima Kasih

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Pak Romeo atas komentarnya. Jika berkenan, mungkin Anda bisa berbagi disini, mengenai maksud 3 atau 4 “suspect location” di Sumatera Barat dari teori yang Anda kembangkan. Salam.

      Suka

  32. aris berkata:

    Koreksi untuk saudari penulis. Aditya warman dan jaya negara adalah campuran jawa dan melayu. Bicara melayu tidak bisa hanya minangkabaw. Melayu bukan minangkabaw saja. Melayu adalah jambi palembang riau. Sumatra tengah juga tidak bisa dikatakan minangkabaw semua. Sumatra tengah juga ada melayu. Melayu bukanlah minangkabaw. Tetapi minangkabaw termasuk juga melayu. Minangkabau adalah kelanjutan dari kerajaan melayu bukanlah awal dari melayu.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Namun bagaimana dengan pendapat Thomas Stamford Raffles yang menyatakan bahwa : “Minangkabau is believed to have been the cradle of the Malay race“. Tapi apapun tanggapan saudara, terima kasih sudah mau berkomentar dan mengunjungi blog yang sederhana ini.

      Suka

      • aris berkata:

        Sejarah yang dipaparkan di atas itu sebenarnya bohong itu semua berdasar tambo minangkabaw. Fakta sejarah tidak begitu. Pakta sejarah ada kekuasaan yang lain yang juga masuk. Kekuasaan itu adalah kekuasaan bugis jawa melayu palembang aceh juga sangat dominan. Raja kecil itu bukan lah orang minangkabaw. Raja kecil adalah putra kerajaan johor dinasti malaka. Ayahnya sultan abdul jalil riadsyah sultan johor dinasti melaka. Ibunya encik pung putri laksamana johor. Ayah raja kecil ini dibunuh oleh megatrama atas perintah bendahara johor. Istri sultan johor melarikan diri beserta pengikut setia awalnya ke singapura kemudian jambi kemudian pagarruyung minang kabaw. Di pagarruyung minangkabaw inilah raja kecil lahir dan diangkat anak oleh sultan pagarruyung dengan gelar yang dipertuan raja kecil. Jadi sama sekali tidak ada darah minang kabawnya raja kecil ini. Raja kecil ini adl berdarah malaka melalui sultan johor. Johor pahang dan perak adalah kelanjutan dinasti malaka. Karena anak-anak sultan malaka yang teraakhir pasca penaklukan portugis menjadi sultan atau raja di pahang johor dan perak. Bicara malaka semua orang akan tertuju ke palembang bukit siguntang. Karena kerajaan malaka adalah kelanjutan dari dinasti palembang. hubungan raja kecil dan pagarruyung di tanah minang kabaw adalah anak angkat. Kerena pagarruyung juga bedarah melayu dibantulah raja kecil merebut johor dari keturunan bendahara johor yang di bantu orang orang bugis. Itu pakta sejarah. Kita akan ulas satu persatu apa yang ditulis afandri adya di atas tentang katanya raja raja minang di nusantara itu.

        Suka

        • Pengamat Sejarah berkata:

          Coba kamu baca bro komentar Saudara Farras diatas soal versi asal usul Raja Kecik: “Bukan Bohong bro tapi emang ada beberapa versi. Menurut Hikayat Siak di sebutkan kalo Raja Kecik itu keturunan Pagaruyung tapi pada Syair Perang Siak di sebutkan bahwa Raja Kecik asalnya keturunan Raja Johor yang di asuh di Pagaruyung. Tapi Pemerintah Johor sekarang dalam Hikayatnya mengatakan bahwa Raja Kecik adalah Keturunan Pagaruyung, bahkan Pihak Malaysia memasukan sejarah itu ke dalam pelajaran sejarah negaranya. Saya tidak tau secara pasti kenapa sejarah bisa berbeda seperti itu tapi dugaan kuat saya adalah di karenakan “Rewriting History” oleh Golongan Bugis yang menguasai Selangor dan Johor hingga sekarang. Mereka menganggap Raja Kecik adalah orang Minang dan tidak berhak menjadi raja di Johor sehingga hal tersebut merupakan pembenaran atas kudeta terhadap Tahta Raja Kecik sebagai Sultan Johor.”

          Suka

      • aris berkata:

        Itu hak saudara silahkan saja dan juga hak rafles boleh boleh saja berpendapat. Tapi yang lain juga berhak untuk mengungkap sejarah dan paktanya dan kenyataan yang ada.

        Suka

      • aris berkata:

        Itu hak anda. Saya juga tidak mengharap anda akan menerima fakta sejarah. yang saya tulis hanyalah fakta sejarah. Hak anda mau ikut pendapat rafles. Tapi yang lain juga mengungungkap fakta sejarah. Tidak semua raja raja nusantara yang disebut afandri adya itu orang minang saja. Tapi disitu ada juga kekuasaan lain yang masuk. Kekuasaan jawa, bugis, palembang, aceh dan juga penduduk tempatan atau pribumi juga ada perannya. Raja kecil adalah putra raja johor dinasti malaka ibunya ncik pong putra laksamana johor. Ayah raja kecil sultan abdul jalil riadsyah dibunuh oleh bendahara johor. Maka larilah ncik pong. Di dalam pelarian ini ncik pong ke pagaruyung. Di pagaruyung raja kecil lahir dan diangkat anak oleh sultan pagarruyung. Jadi pagarruyung minangkabaw bukanlah darah raja kecil melainkan hanya sebagai anak angkat saja. Raja kecil adalah keturunan raja johor dinasti malaka. Dan setiap bicara malaka pasti tidak bisa lepas dari palembang bukit siguntang karena malaka adalah kelanjutan dinasti palembang. Ketika malaka diserang portugis 1511 sultan terakhir malaka mendirikan kerajaan johor yang diwarisi oleh keturunannya. Sedangkan keturunan sultan malaka mansursyah sultan malaka terakhir menjadi raja di perak yang kesultanannya wujud hingga sekarang. Dan putra beliau yang lain mendirikan kesultanan pahang. Perak pahang dan johor adalah kelanjutan dari dinasti malaka. Di johor kemudian terjadi persaingan hebat dengan bugis

        Suka

  33. aris berkata:

    Kemudian saya tunjukan kepada afandri adya pakta sejarah di kerajaan aceh darussalam. Saudara afandri adya mengatakan orang minang raja di aceh bernama sultan buyong. Sultan buyong ini anak sultan munawarsah dari indra pura betul saudara tidak salah. Tapi agar anda juga tau pakta sejarah di aceh. Aceh juga pernah dipimpin 2 orang dinasti malaka dari perak dan pahang. Dari perak yaitu sultan mansursah bin ahmad. Dan sultan iskandar sani putra raja pahang dinasti malaka. Yaitu menantu sultan iskandar muda. Dan yang pemecah rekor adalah keturunan bugis dan aceh tentunya. Tidak kurang 20 sultan aceh berdarah bugis. Luar biasa. Itu pakta sejah di aceh bung afandri adya.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Tabik Om Aris. Terima kasih sudah mau menunjuk-ajarkan kami sejarah dan mengungkapkan “fakta-fakta”. Sedikit saran buat Om yang “bijak bestari”, sebaiknya juga mencantumkan sumber-sumber/referensinya, supaya kita semua bisa percaya dengan hujjah Anda. Salam.

      Kalau Anda mau menggili-gili Kerajaan Aceh, raja dan para keturunannya, silahkan dikunyah-kunyah artikel berikut: Persaingan di Selat Malaka (1511 – 1641).

      Suka

    • Pengamat Sejarah berkata:

      Betul Bro, tapi ente tau juga sejarah orang Bugis, baca dulu di Wikipedia atau sekalian saya copy paste kan disini

      Suka

    • Pengamat Sejarah berkata:

      https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis
      Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.[2]

      PENYEBARAN ISLAM
      Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.[3]

      BUGIS DI SUMATERA DAN SEMENANJUNG MALAYSIA
      Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Di sini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor & selangor yang merupakan keturunan Bugis.

      REFERENSI
      ^ http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D= Situs Raja Ali Haji
      ^ Naim, Mochtar. Merantau.
      ^ Vlekke, Bernard H.M. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. p. 263.
      ^ Vlekke, Bernard H.M. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. p. 200.

      https://id.wikipedia.org/wiki/Melayu-Bugis

      Melayu-Bugis merupakan orang-orang Melayu (Johor, Minangkabau, dan Pattani) yang melakukan migrasi ke Sulawesi Selatan sejak tahun 1490. Perantau-perantau ini akhirnya melahirkan keturunan yang berperan di kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan, Riau, dan Semenanjung Malaysia.

      AWAL KEDATANGAN ORANG MELAYU
      Pada tahun 1542, Antonio de Paiva seorang petualang Portugis mendarat di Siang, sebuah kerajaan tua di pesisir selatan Makassar. De Paiva menyatakan ketika mendarat ia telah bertemu orang Melayu di Siang. Mereka mendiami perkampungan Melayu dengan susunan masyarakat yang teratur sejak 1490.[1] Manuel Pinto yang mengunjungi Siang pada tahun 1545, menyatakan bahwa orang Melayu di Siang berjumlah sekitar 40.000 jiwa. Pada zaman pemerintahan Karaeng Tumaparisi Kallonna (1500-1545), orang Melayu sudah mendirikan pemukiman di Mangallekana, sebelah utara Somba Opu ibu kota kerajaan Gowa. Pada masa Karaeng Tunipallangga, orang Melayu mengutus Datuk Nakhoda Bonang menghadap raja Gowa agar Mangallekana diberi hak otonomi.

      PERAN MELAYU
      Sejak kedatangan orang Melayu ke kerajaan Gowa, peranannya tidak hanya sebagai pedagang dan ulama, tetapi juga memengaruhi kehidupan sosial dan politik kerajaan. Besarnya jumlah dan peranan orang Melayu di kerajaan Gowa, menyebabkan raja Gowa XII Karaeng Tunijallo (1565-1590) membangun sebuah mesjid di Mangallekana untuk orang Melayu, sekalipun raja belum memeluk Islam.[2] Dalam struktur kekuasaan kerajaan Gowa, banyak orang Melayu memegang peranan penting di istana kerajaan. Pada masa pemerintahan raja Gowa X (1546-1565), seorang keturunan Melayu berdarah campuran Bajau, Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai syahbandar kerajaan. Sejak saat itu secara turun temurun jabatan syahbandar dipegang oleh orang Melayu. Jabatan penting lainnya ialah sebagai juru tulis istana. Pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669), seorang Melayu Incik Amin menjadi juru tulis istana sekaligus penyair.
      Peranan orang Melayu di kerajaan juga meliputi sastra dan pengajaran agama Islam. Beberapa naskah keagamaan dan karya-karya sastra diterjemahkan dari bahasa Melayu ke bahasa Bugis. Seperti Hikayat Rabiatul Adawiah, Hikayat Isma yatim, Hikayat Muhammad Hanafiah, Hikayat Shahi Mardan Ali Al Murtada, Hikayat Puteri Jauhar Manikam. Tradisi intelektual berlanjut hingga abad ke-19 dengan penulisan ulang Sureg I Lagaligo oleh Ratna Kencana atau Collipujie Arung Pancana Toa Datu Tanete.
      Dari beberapa sumber dapat diketahui bahwa sampai tahun 1615, roda perekonomian Sulawesi khususnya perdagangan antarpulau yang melalui pelabuhan Makassar dikuasai oleh orang Johor dan Pattani. Orang Melayu yang sudah bermukim di Sulawesi sejak berabad-abad lalu tetap memiliki hubungan dagang dengan negeri asalnya di tanah semenanjung dan kepulauan Riau. Sejak tahun 1511, pedagang Melayu telah membawa beras dari Sulawesi ke Malaka. Barulah pada tahun 1621, dibawah kekuasaan Daeng Manrabia Sultan Alauddin (1593-1639), orang Bugis mulai turut mengambil bagian yang penting di dunia perdagangan dan pelayaran Nusantara.

      PERCAMPURAN ETNIS
      Tidak dapat diketahui pasti kapan orang Melayu Pattani dan Minangkabau mulai bermukim di Makassar. Beberapa sumber lokal menyatakan bahwa kedatangan orang Pattani dan Minangkabau tak lama setelah kejatuhan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511. Kehadiran Portugis di Malaka menyebabkan kepentingan orang Johor, Pattani, dan Minangkabau menjadi terganggu.
      Datuk Leang Abdul Kadir dan Tuan Fatimah dikenal sebagai cikal bakal keluarga Melayu asal Pattani. Sedangkan Datuk Makotta dan Tuan Sitti merupakan cikal bakal keluarga Minangkabau. Di Makassar terjadi perkawinan antara orang Pattani dengan Minngkabau, yang ditandai dengan perkawinan Tuan Aminah, putri Leang Abdul Kadir dengan Tuan Rajja, putra Datuk Makotta. Perkawinan ini biasa diberi gelar incek. Kemudian terjadi pula perkawinan antara orang Melayu dengan orang Bajau, yang diberi gelar kare. Perkawinan antara kare dan incek, melahirkan generasi masyarakat Melayu-Bugis yang dikenal dengan sebutan tubaji (bahasa Makassar) dan tudeceng (bahasa Bugis). Sepanjang kurang lebih 150 tahun telah terjadi perkawinan campuran di antara para bangsawan Bugis-Makassar dengan orang-orang Melayu. Keturunannya tidak lagi menyebut diri sebagai orang Melayu, melainkan menyebut diri mereka juga sebagai orang Bugis atau orang Makassar namun bukan berarti bahwa Suku Bugis berasal dari percampuran antara ‘kare’ dan ‘incek’ karena jauh sebelum mereka datang bahasa Bugis telah dipergunakan.

      KEMBALI KE TANAH MELAYU
      Ketika terjadi ketegangan antara kerajaan Gowa dengan VOC dalam memperebutkan dominasi ekonomi di Indonesia timur sejak awal abad ke-17, orang Melayu dan Jawa yang bekerja pada kantor-kantor asing mendapat pukulan yang berat. Kerajaan sangat curiga pada orang Melayu yang berkarya untuk kegiatan perdagangan Belanda di Makassar. Kecurigaan ini mencapai puncaknya ketika kerajaan Gowa kalah dalam perang Makassar (1667-1669) yang mengakibatkan mereka diusir dari kerajaan. Perang Makassar memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Gowa. Akibat perjanjian ini, orang Melayu yang menduduki jabatan di kerajaan bersama orang Bugis lainnya ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu.

      REFERENSI
      ^ Pelras, Christian (1983). Sulawesi Selatan sebelum datangnya Islam berdasarkan kesaksian Portugis dalam citra masyarakat Indonesia. Jakarta: YRS.
      ^ Daeng Patunru, Abdul Razak (1988). Sejarah Gowa. Jakarta: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan.

      Suka

    • Pengamat Sejarah berkata:

      Menurut Manuel Pinto yang mengunjungi Siang pada tahun 1545, menyatakan bahwa orang Melayu di Siang berjumlah sekitar 40.000 jiwa. itu hanya di Siang saja belum di seluruh Sulawesi Selatan pasti jumlahnya lebih dari itu. Coba sekarang dihitung perkembangan orang Melayu Bugis di Siang hingga saat ini dengan pertumbuhan 3%/tahun. Populasi orang Bugis Melayu di Siang berjumlah sekitar 700.000 orang itu hanya orang Melayu Bugis di Siang loh belum di seluruh Sulawesi Selatan. Perlu dicatat juga bahwa orang orang Bugis yang merantau ke Sumatera dan Malaysia sebagian besar adalah orang orang Bugis berdarah Melayu karena kebencian Belanda terhadap orang-orang Melayu Bugis.

      Suka

  34. aris berkata:

    Hasanal bolkiah sultan brunei itu silsilahnya bersambung kepada para sayid sampai ke rasulullah. Artinya ada darah arabnya juga. tentang awang alak betatar dan patih berbai raja pertama brunei disebut berasal dari sakai. Suku sakai adalah suku asli riau dalam sejarahnya suku sakai berasal dari negri pagaruyung. Kerajaan pagaruyung adalah kerajaan melayu jawa minang yang wilayahnya melampaui wilayah suku bangsa minangkabaw. Jadi beda pagaruyung dengan minangkabaw. Minangkabaw adalah suku bangsa, pagaruyung adalah kerajaan. Pakta sejarah memang pagaruyung pernah menguasai riau daratan jambi sebelah barat bengkulu utara batak bahkan beberapa wilayah di aceh. Tetapi bukan berarti semua wilayah taklukan pagaruyung itu otomatis bersuku minangkabaw. Orang jambi aceh batak bengkulu kampar kuantan termasuk sakai bukanlah orang minangkabaw. Suku sakai ini memang berasal dari wilayah pagarruyung. Tapi mereka bukan orang minangkabaw. Orang kuantan memang pernah masuk pagaruyung tapi bukan berarti orang kuantan otomatis jadi orang minangkabaw. Kalaupun ada pengaruh dari minangkabaw tidak bisa negeri-negeri bawahan pagaruyung itu dikatakan bersuku minangkabaw. Kemudian tentang silsilah hasanal bolkiah sultan brunai tidak hanya dari suku sakai saja, tapi juga arab jawa palembang. dalam sejarah brunai sultan brunai ke 10 sultan abdul jalil akbar menikahi permaisuri putri ratu palembang nyai gede pembayun yang bernama raden mas ayu siti aisah binti tumenggung monco negoro dari jawa. Kakak raden masayu siti aisyah adalah sultan palembang darussalam. Sultan sultan brunai selanjutnya sampai kepada hasanal bolkiah sekarang adalah keturunan sultan brunai ke 10 sultan abdul jalil akbar dengan permaisuri dari palembang raden mas ayu siti aysyah. Artinya apa saya ungkap sejarah brunai ini. Dalam kesultanan brunai ada darah sarif arab melayu johor melayu bisaya pribumi brunei jawa palembang dan suku saka riau. Kenapa suku sakai riau bisa terisolasi sekarang dan bisa ke kalimantan. Berdasarkan sejarah brunai itu awang alak betatar datang ke brunai sezaman dengan adityawarman. Bisa jadi suku sakai ini menyingkir karena negerinya dikuasai adityawarman. Karena tidak mau dijajah pagaruyung, suku ini mengasingkan diri ke pedalaman riau dan sebagian berlayar ke brunai ini.

    Suka

  35. aris berkata:

    Raja melawar memang berasal dari minangkabaw yang menjadi yang dipertuan besar negri sembilan. dari putra raja pagaruyung. Itu memang benar itu adalah pakta sejarah, tapi agaknya mamak afandri adya hanya tau negri sembilan dan sepak terjang orang minangkabaw saja di malaysia itu. Ini mamak fakta sejarah di malaysia. Berawal dari malaka yang menguasai seluruh malaysia sebagai pangeran palembang keturunan iskandar zulkarnain dari sangsapurba dan wan sendari puri anak demang labar daun raja palembang prameswara singkatnya mendirikan kerajaan malaka. Malaka sebagai kelanjutan dinasti palembang yang kemudian berasimilasi dengan seluruh penduduk semenanjung melayu, cina, jawa, persia. Tahun 1511 hancur oleh portugis. Tahun 1512 jawa dan palembang menyerang portugis di malaka tapi gagal, tahun 1521 kembali menyerang malaka gagal juga. Keturunan malaka ini kemudian menjadi raja atau sultan di pahang johor dan perak. Singkatnya dari ketiga kerajaan ini hanya perak yang masih bertahan sampai sekarang sebagai penerus malaka atau kelanjutan dari dinasti malaka walau pernah dikuasai aceh dan bugis. Sedangkan johor setelah 100th lebih dikuasai dinasti malaka dikuasai oleh bugis begitu juga pahang. Hingga sekarang hampir semua kerajaan di malaysia itu ada keturunan bugisnya para raja rajanya. Luar biasa memang bugis ini mulai dari johor baru selangir pahang sultannya keturunan bugis semua. Malaysia sekarang bisa dikatakan negri bugis kedua setelah sulawesi. Bagaimana aceh. Aceh memang pernah menguasai hampir seluruh malaysia dan menjadi raja raja di malaysia.

    Suka

  36. Wesli berkata:

    Terima kasih buat saudara aris yang menjelaskan asal usul raja kecil ini, tadinya saya akan menjelaskan hal tersebut ke saudara kita yang tinggi hati ini, saya sebagai orang melayu riau sedikit tersinggung dengan klaim ini, Siak sri indrapura itu Kesultanan melayu didirikan orang melayu malaka, dia diangkat sebagai Sultan siak melalui mufakat orang bengkalis bukan atas persetujuan orang minang, orang minang memang berjasa memberikan tempat perlindungan bagi ia dan ibunya hanya itu yang betul, tapi kini di plesetkan seolah ia orang pagaruyung, itulah minang suka mengungkit kebesaran dan jasanya, yang lebih parah lagi mencoba menutupi kebenarannya demi pengakuan kebesaran orang minang, nusantara itu luas bung bukan hanya orang minang yang menggerakan nusantara ini, coba anda pergi ke indragiri 70% yang menjalankan pasar adalah orang banjar dan bugis dan juga orang melayu yang orang minang bilang orang pemalas, tanpa orang mjnang kami indragiri tetap jalan.

    Entah berapa blog orang minang yang saya baca membahas hal yang masih misteri dan abu-abu seperti ini dan tanpa berpikir panjang digunakan untuk mengangkat peran orang minang secara berlebihan, bahkan yang paling konyol buku konspirasi tulisan ahmad samantho yang isinya juga menyanjung kelebihan orang minang yang menurutnya turunan orang eropa, disana salah satunya penulis membahas teori kesamaan beberapa kata dalam Bahasa Minang dengan Bahasa Eropa. Seperti attok (atap) dengan attic, awak (kita) dengan our, biduak (biduk) dengan boat, ituak (itik) dengan duck, hati dengan heart, dan lain-lain dengan sangat memaksa.

    Memang banyak orang minang yang terkenal dikancah dunia seperti yang anda sebutkan di atas tapi apa yang mereka bisa lakukan dengan dunia dan indonesia ini, hari ini kita masih kesusahan bung!, minyak naik, lowongan kerja sempit, kalau hanya jadi ahli sekuler untuk apa, kalau memang hebat perjuangkan kita yang sedang susah cari makan, kalau cuma tekenal si gila hobi telanjang Lady gaga juga terkenal, jangan anda banggakan kesuksesan orang minang di malaysia tu, tanpa doktrin kemelayuan nya mahathir muhammad si melayu jati yang menepikan orang non muslim dan non melayu, mungkin kini mereka hanya komentator yang hanya omong kosong seperti minang di indonesia yang banyak koar di metro Tv dan TV one, seperti Yusril, Rizal Ramli dll yang hanya ngomong tanpa ada solusi. Jangan juga anda banggakan Tuanku Abdul Rahman ia terpilh bukan karena paling hebat, tapi ia terpilih melalui musyawarah yang adil dan fair ditengah orang melayu yang selalu welcome dengan orang lain, bahkan saking terbukanya kami dengan pendatang, 70 tahun melayu kalbar di injak orang madura, sebelum meletus kerusuhan sambas.

    Justru saya ingin bertanya mampukah indonesia yang anda bilang banyak dipengaruhi orang minang dan juga jawa melakukan ini?, lihat saja saat aceh minta diterapkan hukum islam justru di hajar dengan tembakan membabi buta oleh orang jawa, dan kalau minang hebat, penguasa dan berpengaruh di mana anda saat itu, yang melakukan mediasi perdamaian justru si kecil bugis pak Yusuf Kalla, jangan salahkan kalau kami mengangap koruptor seperti Rusli Zainal orang hebat, karena ditangannya kamii orang riau merasakan kehidupan yang sedikit lebih baik, ia menarik investor asing dan mengembalikan kekayaan riau yang dirampok orang Jawa. jangan juga anda banggakan orang minang yang banyak jadi pendidik, saya SD di tembilahan Inhil, disana gurunya orang bugis dan melayu, sampai di pekanbaru betul yang banyak orang anda bilang orang minang banyak jadi guru dan dosen, tapi ada yang beda, guru di pekanbaru rata-rata tak punya dedikasi, jadi guru hanya mau uang dan kehormatan, tak heran geng motor bertebaran di pekanbaru, anda mau bilang si pant*k annas makmun orang melayu, ya saya akui tapi anda lihat dia besar dan sekolah dimana.

    Saya bicara begini karena saya sudah sangat muak dengan orang orang seperti anda yang banyak bertebaran di indonesia apalagi pekanbaru, bicara menyanjung diri tapi tak bisa berbuat lebih baik, sriwijaya itu masa silam bung! ini abad 21, orang tak kan hormati anda jika memang Dapunta Hyang orang minang, orang akan hormati anda jika anda menghargai orang lain, saya pribadi juga tak peduli Dapunta Hyang ini siapa, karena yang penting bukan lah kenyataan masa lalu yang kabur tapi masa kini dan depan yang lebih baik bagi kita dan anak cucu kelak, andai pun dapunta hyang orang melayu saya juga lebih mengidolakan tokoh melayu masa kini yang terbukti sukses seperti Mahathir mohammad atau pun orang bugis nan jenius yaitu pak habibie sang perancang CN230, yang lucunya dibuang oleh indonesia ini yang kata anda digerakkan orang minang.

    Karena kita berada dimasa depan sekarang jawab pertanyaan saya yang juga merupakan kenyataan saat ini, Jika memang Dapunta Hyang orang minang MENGAPA RIAU, JAMBI, DELI, KALBAR, BETAWI DAN MALAYSIA MEMAKAI BAHASA MELAYU dengan akhiran E dan A, jangan bilang kalau melayu itu turunan minang karena dalam kenyataannya banyak orang minang benci dengan adat, lagu dan bahasa orang melayu, di pekanbaru saja bahasa minang mau dimasukkan pelajaran SD untuk mengeser bahasa melayu, saya sendiri sudah 3 kali berkelahi dengan orang minang hanya karena saya sering memakai bahasa melayu, mau gimana lagi saya hanya bisa bahasa indonesia dan melayu (konyolkan).

    mau bukti kebencian minang kepada melayu lihat blog orang gila di bawah ini tak jauh berbeda seperti anda, isinya menyanjung diri dan merendahkan suku lain dengan fakta yang tak jelas bahkan merendahkan gurindam 12 yang merupakan sair penuh nasehat dari Raja ali haji:
    http://misterrakib.blogspot.co.id/2013/05/kelingking-berkait-milik-yahudi.html

    Ya Allah, pantaslah Indonesia tak maju-maju.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Terima kasih Pak Wesli sudah mau urun rembuk dan mengungkapkan uneg-unegnya disini. Tapi bagaimanapun perasaan Anda terhadap orang Minang — dan juga Jawa, tulisan ini tak ada pretensi untuk menyinggung siapapun. Kalau Anda bilang orang Minang membenci “Melayu”, mungkin itu hanya perasaan Anda saja. Lagian ngapain harus membenci saudara sendiri.

      Mengenai orang-orang “Melayu” yang merupakan keturunan anak cucu kaum Minangkabau, mungkin Anda bisa membaca buku karya Timothy Barnard, yang berjudul “Contesting Malayness: Malay Identity Across Boundaries”. Dimana dalam buku itu diceritakan asal mula Kesultanan Siak yang mengubah identitasnya dari Minangkabau menjadi “Melayu”.

      Oiya satu lagi. Pak Habibie itu blasteran Gorontalo (ayah) – Jawa (ibu). Darah Bugis-nya sudah empat generasi di atas beliau. Cek deh bukunya A. Makmur Makka. Salam.

      Suka

      • Wesli berkata:

        Susah saya percaya kalau siak itu kesultanan minangkabau mengingat orang minang yang fanatik buta dengan kesukuanya, jika raja kecil memang orang pagaruyung tak kan ada simbol kemelayuan disana dan dipastikan rumah adat disana adalah rumah gadang, mau bukti, lihat saja negeri sembilan malaysia, walaupun perantau mereka tak segan menggunakan ornamen minangkabau, tanpa sedikitpun memasukkan unsur melayu, dan sepertinya anda tidak membaca tulisannya si mr rakib ini, yang jelas menunjukkan kebencian orang minang kepada orang melayu.

        Dan Thimothy Bernard ini siapa? paling dia sama saja seperti ahmad samanto yang tulis buku Garut kota iluminati,…. Gini bung, Saya sebagai orang melayu tidak percaya seratus persen dengan dengan sulalatus salatin atau hikayat hang tuah, karena sudah banyak versi yang masing-masing dipengaruhi keadaan politik saat ia ditulis, contohnya hang tuah yang menurut hikayat berasal dari bintan, tapi dalam sulalatus salatin versi malaysia hang tuah adalah anak raja bajung dari bugis, hal ini wajar karena hikayat hang tuah adalah cerita rakyat Riau untuk kebanggaan orang riau, sedangkan sulatatus salatin malaysia sendiri sudah dipengaruhi orang bugis pimpinan Daeng parani yang awalnya masuk ke semenanjung membantu bendahara johor mengusir Raja kecil yang menuntut balas kematian ayahnya sultan mahmud syah II. dengan kata lain semuanya sudah di olah alih untuk kepentingan kekuasaan semata, dan hipotesis saya pribadi hang tuah itu adalah pendekar muslim cina yang dikirim kekaisaran cina karena malaka itu adalah daerah protektorat cina saat awal terbentuk, dan saya akan akui itu jika ada penelitian terbaru yang mengesahkannya.

        Jadi untuk apa saya percaya tulisan si orang asing thimothy bernard yang bahkan tidak lahir di semenanjung melayu tau-tau tulis sejarah melayu, tulis dan jual buku itu perlu uang dan ujungnya ingin uang lagi bung, ada kepentingan disana yang saya dan anda pun tidak tahu, soal budaya kami melayu ni hanya terpengaruh, dari barat ada minang dan dari timur ada bugis dan banjar, kami ini suku yang terbuka dengan pendatang bung, mau menerima segala yang baik yang kalian bawa, hanya saja pendatangnya yang kadang kurang ajar dan tak tahu diri, yah, begitulah hidup yang diganggu selalu saja orang baik dan pendiam dan bodoh seperti kami, dan tak ada yang berani ganggu orang jahat yang bawa parang, iya kan?.

        Minang dan melayu itu seperti dua anak satu ayah tapi beda ibu yang sudah memilih dan menjalani takdirnya masing-masing, serupa tapi beda nasib dan wataknya, jadi untuk apa ribut dengan urusan kami, nenek moyang kami sang nila utama sudah memilih lari dari sriwijaya untuk pergi ke bintan dan buat kerajaan di tumasik, hingga takdirlah yang bawa nenek moyang kami dulu berjaya di selat malaka, dan keinginan takdir juga yang benam dan hancurkan kami seperti sekarang ini dan kami tak ribut sampai mau klaim sejarah dan budaya orang untuk naikkan nama kami lagi, kami tak pernah klaim Bung hatta ataupun tuanku tambusai orang melayu, bung, kami juga tak klaim chairil anwar orang melayu walaupun ayahnya pernah jadi bupati rengat, kami sudah cukup bangga dengan sultan syarif kasim II yang ikhlas berikan hartanya dan berhasil bujuk raja-raja sumatra untuk dukung republik indonesia yang kere bin miskin ini, kami juga bangga dengan sultan Hamid alqadri sang perancang burung garuda yang di cap pemberontak oleh negeri tak tahu diri ini, asal anda tahu dari dua orang ini hanya Sultan syarif kasim yang punya gelar pahlawan, itu pun diberikan setelah zaman reformasi.

        Pak habibie punya darah jawa saya tahu, tapi saya tak melihat ada gaya jawa disana walaupun ia dibesarkan oleh embahnya diktator, tentu anda bisa lihat, pak habibie lebih memilih pergi ke jerman ketimbang memfitnah dan penjarakan orang seperti halnya SBY saat kekuasaannya terganggu dan ketika beliau tak lagi diinginkan, bukan ngoceh tak jelas di TV seperti tokoh-tokoh yang anda banggakan diatas tanpa tahu mau apa, jadi menurut saya pak habibie itu orang bugis dilihat dari watak dan prilakunya.

        Sudahlah bung, bilang sama saudara minang anda, kami ni sudah hampir mati makan racun dari tamu-tamu kami yang telah berbaik hati kami beri susu, jangan ganggu lagi status kemelayuan Raja kecil dan siak sri indrapura, jika ada jejak minangkabau disana itu adalah bentuk terima kasih dan tanda persahabatan yang tak akan kami lupakan, kami bukan para founding father negeri ini yang lupakan jasa para sultan dan nenek moyang kami, tulis sejarah apa adanya saya yakin anda sudah membaca sejarah Raja kecil ini termasuk sejarah ayahnya Sultan mahmud syah II dan ibunya encik apong. dan terbunuhnya ia oleh megat sri rama, termasuk nakhoda malim yang membawanya ke pagaruyung, sayang fanatik buta orang minang yang parahnya banyak mulut mencoba menutupi hal ini. tulis dan akui kebenaran sejarah, seperti kami di indragiri pun mengakui kalau ada kosa kata orang indragiri yang dipengaruhi bahasa minang seperti kata “godang” kalau kami menyebut “besar”.

        Kalau anda tinggal di riau, dari pada anda urus urusan rumah orang dan tulis hal yang abu-abu seperti ini lebih baik anda kritik tuh, pemerintahan kota pekanbaru dan riau sekarang bukan kah Arsyad juliandi rahman dan Firdaus orang minang, apa terobosan mereka, bagaimana dengan kebijakan wako pekanbaru yang memasukkan Indomaret dan alfamart yang bikin menangis pedagang kecil, jika si koruptor Rusli Zainal bisa kembalikan aset Riau, tak mungkin mereka yang suci bersih ini tidak bisa lakukan hal yang sama, tapi kalau takut sama Jokowi ya diam sajalah.

        Gimana bung saya sudah jawab argumen anda, anda justru belum bisa carikan alasan mengapa bahasa melayu berakhiran “e” yang kami lafalkan dipakai di pesisir timur sumatra dan di semenanjung yang merupakan jalur utama sriwijaya, bukan “o” seperti orang minang.

        oh iya bukan hanya minang dan jawa yang merendahkan melayu orang aceh juga, bisa anda lihat disini:
        http://www.peradabandunia.com/2013/04/terjebak-diplomasi-serumpun-aceh-tidak_19.html

        Tak heran kalau macam-macam azab tuhan jatuh menimpa kalian.

        Suka

        • Afandri Adya berkata:

          Kalau Anda susah percaya Siak itu Kesultanan Minangkabau, ya itu hak Anda. Tak ada pula yang memaksanya.

          Mengenai pertanyaan Anda : “Gimana bung saya sudah jawab argumen anda, anda justru belum bisa carikan alasan mengapa bahasa melayu berakhiran “e” yang kami lafalkan dipakai di pesisir timur sumatra dan di semenanjung yang merupakan jalur utama sriwijaya, bukan “o” seperti orang minang.” Jawaban saya singkat saja. Di Semenanjung-pun tidak semua orang berlogat sama. Coba Anda pergi ke Kelantan, samakah logatnya dengan orang Johor? Di Sumatera Barat-pun, logatnya tidak seragam Bung! Logat orang Payakumbuh misalnya, justru lebih dekat dengan orang Kampar, tenimbang dengan orang Pesisir. Di pesisir timur Sumatera-pun bervariasi. Coba Anda pergi ke Medan dan bandingkan dengan logat orang Bengkalis atau Tembilahan. Apakah sama?

          Tapi yang menggelitik mengenai kehadiran Alfamart dan Indomaret di Pekanbaru. Di Sumatera Barat sendiri, justru orang Minang menolak kehadiran mereka. Sebagai alternatifnya, Pemda mengembangkan Minang Mart, yang (katanya) akan menampung semua produk-produk petani dan UMKM. Kenapa di Riau mereka bisa masuk? Entahlah, mungkin Anda yang lebih tahu. Saya setuju dengan pendapat Anda, bahwa pedagang kecil harus diberdayakan. Tapi caranya bagaimana? Mungkin Anda bisa mengajukannya ke pemerintah. Jangan disini 🙂 Salam.

          Suka

          • wesli berkata:

            Yap! betul kata anda masing-masing daerah berbeda, orang indragiri hilir dan hulu saja beda, namun kami bisa saling mengerti satu sama lain, beda yang anda sebutkan itu hanya sedikit, kalau anda mau bukti silahkan jalan-jalan kedaerah pesisir timur Riau banyak orang disana Nonton TV malaysia, bahasa mereka bukan hal aneh ditelinga kami, orang siak juga sesekali pakai “o” tapi kami tetap bisa mengerti bahasa mereka, kami justru tak mengerti bahasa minang yang banyak dituturkan dipekanbaru ini, yang lucu bin anehnya anda sebut sebagai moyangnya orang melayu, moyang dari mananya kok bahasanya tak kami mengerti.

            Wow! pernyataan anda yang terakhir makin membuat saya makin antipati dengan orang minang, duh, kami melayu ni memang mau dibunuh pelan-pelan nampaknya, disana kalian lindungi sesama kalian, sedangkan disini kalian yang kini banyak mengisi pemerintahan malah tak lindungi kami dengan membiarkan mereka masuk, silahkan anda cari biodata walikota pekanbaru herman abdullah dan kini Firdaus, akui mereka jangan yang bagus saja diklaim.

            Sudahlah bung, makin banyak kita bicara makin besar antipati saya dengan orang minang, satu kata saja jangan klaim kebesaran nenek moyang kami, minang dan melayu itu BEDA kalau ada persamaan itu karena kita berdampingan.

            Silahkan anda klaim Dapunta hyang itu nenek anda saya tak peduli, saya sudah bilang sebelumnya kami ni sudah mau mati karena kalian racun, biarkan kami luruskan jalan kami lagi, jangan pula kalian ludah dengan klaim kalian yang jelas injak harga diri kami.

            Oh ya sudahkan anda membaca blognya si Mr.rakib yang hina gurindam 12 kami, baca dulu tuh blog, baru anda putuskan minang & melayu itu saudara atau bukan, asal anda tahu saja orang seperti mr rakib ini banyak di pekanbaru….

            Suka

  37. aris berkata:

    Teori codes dan selamet mulyana yang mengatakan minanga adalah taklukan sriwijaya berdasarkan pakta sejarah. Isi prasasti kedukan bukit itu bila dipahami secara utuh akan terlihat sangat jelas kalau minangatamwan itu adalah taklukan sriwijaya. Dapunta naik di perahu tgl 24 april melakukan akspedisi/ sidhayatra. Sebulan kemudian barulah berlepas dari minangatamwan tgl 19 mei. Artinya minangatamwan bukanlah tempat pertama berangkat naik perahu tgl 24 april itu. Setelah satubulan melakukan ekspedisi penyerangan/sidhayatra barulah dapunta beserta tentaranya yang berjumlah 20.000 itu berlepas dari minangatamwan. Satu bulan kemudian datang ke sriwijaya tgl 19 mei. Kemudian diakhir prasasti dengan tegas dan jelas dapunta mengatakan sidhayatra sriwijaya sukses. Artinya dapunta adalah raja kerajaan sriwijaya yang telah melakukan sidhayatra tgl 24 april itu. Artinya yang melakukan sidhayatra/ekspedisi itu adalah kerajaan sriwijaya yang dipimpin oleh dapunta. Bukan kerajaan minangatamwan yang melakukan sidhayatra/ekspedisi. Jadi prasasti kedukan bukit itu dibuat setelah kembali ke sriwijaya karena sukses menaklukan kerajaan minangatamwan yang tempatnya entah dimana tidak ada yang tau. Semua ahli tidak ada yang tau. Kemudian orang minang dalam tambo minang mengatakan minangatamwan adalah minangkabaw. Pata ahli saja tidak ada yang tau dimana mininangatamwan berada kemudian orang minang menjadikan tambo sebagai sumber seolah-olah tambo melebihi pendapat para ahli melebihi pakta sejarah yang ada. Padahal tambo itu adalah dongeng sejarah yang tingkat kebenarannya tidak ada sama sekali. Tidak bisa disejajarkan pendapat para ahli sejarah yang berdasarkan pakta dan kejadian yang berlaku dengan tambo sebagai dongeng sejarah yang ditulis ribuan tahun setelah kejadian peristiwa berlaku. Bila dibandingkan dengan sulatussalatin yang di tulis tun sri lanang tahun 1612 lebih kuat sulatussalatin sebagai buku cerita sejarah. Tapi bab bab sulatussalatin tentang iskandar zulkarnain itu juga bukanlah pakta sejarah karena ditulis ribuan tahun setelah peristiwa berlaku. Bab sejarah dalam sulatussalatin itu berawal dari palembang pasai singapura malaka johor perak pahang karena itu berurutan dan peristiwa kejadian belum terlalu jauh dari penulisan. Semakin jauh penulisan dari peristiwa kejadian semakin sedikit tingkat kebenarannya dan semakin banyak dongengnya.

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Mengenai Prasasti Kedukan Bukit, sudah dibahas panjang lebar oleh para komentator sebelumnya. Agar tidak berulang, bagaimana kalau kita berlanjut ke Prasasti Telaga Batu yang berisi mengenai kutukan/ancaman Sri Jayanasa kepada perangkat pemerintah dan rakyatnya di Palembang? Bukankah isi prasasti itu lebih logis jika ditafsirkan sebagai ancaman penguasa kepada wilayah barunya?

      Suka

      • aris berkata:

        Hanya soekmono yang berpendapat kalau Prasasti Telaga Batu yang memuat ancaman kepada para pejabat kerajaan itu kemudian menyimpulkan sriwijaya adalah taklukan minangatamwan. Dan pusat seriwijaya di ilir sungai batanghari muara tambesi jambi atau muara sabak jambi. Pendapat soekmono ini sudah di bantah oleh banyak ahli seperti slamet mulyana, codes, K.A. nilakanta sastri, R. Ng Purbacaraka, O.W. wolters, B. Bronsons, J.G de casparis yang menetapkan palembang sebagai pusat sriwijaya. J.L. moens sriwijaya awalnya di kedah kemudian muara takus. Buchari berpendapat sriwijaya di batang kuantan. Chan chi rayu berpendapat sriwijaya di chaiya thailand selatan berbatasan dengan malaysia. Mayoritas para ahli sejarah itu menetapkan palembang sebagai pusat sriwijaya dan tidak pernah berpindah karena prasasti telaga batu itulah sebagai penguat mereka karena menyebut nama para pejabat kerajaan yang hanya ada di istana pusat kerajaan. Ancaman dan kutukan bagi yang tidak berbakti kepada raja yang ditujukan kepada para orang orang pejabat kerajaan itu agar mereka taat tidak memberontak karena ancaman yang paling berbahaya adalah ancaman dari anak raja selir raja dan semua yang disebut berada di pusat kerajaan dalam prasasti itu lebih berbahaya dari ancaman kerajaan lain atau kerajaan bawahan/taklukan. Mamak afandri tentu tau kisah maha barata kudeta yang dilakukan kurawa. Siapa kurawa? mereka itu anak anak raja para selir raja para hakim guru drona dll itu terjadi dimana di pusat istana. Dapunta mungkin mendengar kisah maha barata itu. Dan banyak sekali putra raja dan selir raja para mentri panglima yang berhasil menggulingkan raja. Dalam prasasti telaga batu itu disebut semua kecuali raja. Kenapa raja sriwijaya tidak disebut, karena dialah raja sriwijaya. Tapi kalau prasasti telaga batu itu tertulis kamu raja sriwijaya kamu putra raja… dst diancam dan dikutuk berarti memang sriwijaya adalah taklukan minangatamwan. Dan dapunta memang raja minangatamwan. Tapi paktanya raja tidak disebut dalam prasasti telaga batu itu. Mamak afandri adya yang saya hormati kerajaan sriwijaya mau berada di palembang muara tembesi muara sabak jambi, batang kuantan, muara takus, kedah, caiya thailand selatan, semuanya itu adalah negri melayu bangsa melayu bukan minang kabaw.

        Suka

        • Afandri Adya berkata:

          Om Aris yang saya hormati, terima kasih atas komentarnya. Seperti halnya Prasasti Kedukan Bukit, memang banyak pendapat para ahli yang saling bertentangan. Soekmono — bersama Poerbatjaraka, merupakan pendukung teori asal usul Dapunta Hyang dari Minanga. Begitu pula Slamet Muljana dan Codes yang bersikukuh bahwa Palembang adalah ibu kota Sriwijaya. Terkait artikel di atas, sebenarnya saya hendak menceritakan mengenai asal usul Dapunta Hyang — bukan mencari dimana letak ibu kota Sriwijaya.

          Yang masih menggelayut di benak saya adalah mengapa prasasti-prasasti itu ditemukan di lokasi yang sama, dan penulisannya-pun juga pada masa yang sama. Kalaulah itu hanya peringatan bagi pejabat kerajaan, bukankah seharusnya sudah ada jauh di masa-masa sebelumnya? Lagian kalau teorinya berupa ancaman kepada daerah taklukan, bukankah narasinya jadi lebih nyambung dengan isi Prasasti Kedukan Bukit. Wallahua’lam bi shawab.

          Suka

      • aris berkata:

        Justru prasasti telaga batu itulah yang menguatkan para ahli kalau palembang pusat kerajaan sriwijaya dan selamanya tidak berpindah dari palembang/ che le focche/san fot si. Teori itu didukung sebagian besar para ahli seperti codes, nilakanta sastri, slamet mulyana, purbacaraka, jg kasparis, ow wolters, b bronsons dll karena prasasti telaga batu itu memuat daptar pejabat kerajaan yang hanya ada di pusat istana. Ancaman dan kutukan yang ditujukan kepada para pejabat kerajaan itu menurut mereka ancaman bagi mereka yang tidak berbakti kepada raja karena pemberontakan di pusat istana dan para pejabat itu terutama para putra raja selir raja panglima dan mentri dst itu paling berbahaya lebih berbahaya dari pemberontakan diluar istana atau kerajaan bawahan atau taklukan. Dalam prasasti telaga batu semua pejabat kerajaan disebut kecuali raja. Jika prasasti telaga batu itu juga menyebut raja jika tertulis kamu raja sriwijaya putra raja selir raja panglima mentri dst makabenar sriwijaya adalah taklukan kerajaan minangatamwan. Tapi dalam prasasti telaga batu raja tidak disebut. dalam sejarah kerajaan bangsa manapun pemberontakan di puasat istana kerajaan dan yang dilakukan orang orang dekat raja seperti putra raja selir raja panglima mentri dst paling berbahaya dan lebih berbahaya dari pada pemberontakan jauh dari pusat istana kerajaan oleh kerajaan taklukan atau bawahan. Dalam kisah maha barata kudeta kurawa itu dilakukan di pusat kerajaan dan dilakukan para keluarga dekat raja. Dalam sejarah manapun banyak para raja digulingkan oleh anak dan selirnya sendiri oleh panglima dan mentrinya sendiri. Itulah sebabnya dibuat prasasti telaga batu dan kebalikan dari prasasti telaga batu adalah prasasti talang tuo yang membuat taman srikestra oleh raja untuk kemakmuran semua mahluk dan puji pujian kepada rakyat sriwijaya pembuatan taman kerajaan hanya ada dalam pusat kerajaan saja.
        hanya soekmono saja yang berpendapat palembang taklukan dan sriwijaya berada di hiliran sungai batanghari antara muara tembesi dan muara sabak jambi. Pendapat soekmono ini sudah di bantah oleh banyak ahli.
        Jl. Moens berpendapat sriwijaya awalnya berada di kedah kemudian muara takus riau. Buchari berpendapat sriwijaya berada di batang kuantan riau. Chan chirayu berpendapat sriwijaya berada di chayya selatan thailand. sriwijaya mau berada di palembang, hiliran sungai batang hari muara tembesi muara sabak jambi, batang kuantan riau, muara takus riau, kedah, chayya thailand selatan semua itu adalah negeri negri melayu bangsa melayu bukan minang kabaw.

        Suka

  38. aris berkata:

    Mamak memakai teori mana purbacaraka dan soekmono atau teori codes cs. Okelah taroklah teori codes dkk tidak ada. Kita anggap yang ada hanya teori purbacara hanya itu. Itsing juga kita anggap tidak ada. Dan palembang adalah taklukan minangatamwan. Setelah menaklukan palembang kembali ke minangatamwan. kita anggap minangatamwan pusat sriwijaya. Taroklah kita anggap minangatamwan adlah padang atau bukit tinggi la belum tentu juga dapunta hyang orang minang kabaw. Sebab dari bahasa prasasti sriwijaya semuanya berbahasa melayu dan india. Bisa jadi keturunan melayu india. Atau orang jawa setidaknya dapunta itu ada keturunan melayunya. Aditya warman mendirikan kerajaan pagaruyung dia bukan orang minang tapi jawa melayu. Apa lagi kalau teori sriwijaya dari minangatamwan itu kalau di hubungkan atau ditemukan dengan keterangan dari catatan itsing tidak nyambung sama sekali. Tulisansaya ini bukanlah menentukan pusat sriwijaya dan asal usul dapunta dari mana. Tapi tulisan saya ini adalah sriwijaya bukanlah minangkabaw. Baik itu pusat sriwijaya ataupun ada usulnya termasuk asal usul rajanya yang bernama dapunta itu. Dapunta itu bukan orang minang kabaw. Tau dari mana mamak kalau prasasti persumpahan sriwijaya di palembang itu ditulis sama dengan waktu sidhayatra sriwijaya 683 M, dan tempat nya sama dengan prasasti ke dukan bukit. Walau sama sama ditemukan di palembang tempatnya beda mamak. Kedukan bukit di muara sungai batang kec ilir barat 2, prasasti persumpahan di kec ilir timur 2. dan prasasti persumpahan sriwijaya di palembang tidak berangka tahun. Tahun berapa di buat siapa yang buat tidak tau. Persumpahan ancaman sriwijaya di palembang itu lebih nyambung dan lebih logis kalau merupakan peringatan agar warga ibukota jangan durhaka atau agar warga ibukota taat dan setia kepada raja. Karena ancaman dari dalam lebih berbahaya. Bukan karena palembang taklukan minangatamwan. Dan pringatan dari raja sriwijaya tidak harus dibuat jauh sebelum pristiwa sidhayatra sriwijaya 683M. Kenapa harus dibuat jauh sebelum pristiwa sidhayatra. Justru dengan adanya pristiwa persumpahan di palembang itu menguatkan palembang sebagai pusat sriwijaya karena lengkap sudah keberadaan sriwijaya di palembang. Prasasti sidhayatra ada, prasasti ancaman peringatan ada, prasasti puja pujian ada. Prasasti puja puji adalah prasasti talang tuo 684 satu tahun berlalu dari peristiwa sidhayatra. Di tempat lain ada tidak prasasti puja pujian untuk semua penduduk dan mahluk selain talang tuwo di palembang. Dan lokasi pembuatan 3 jenis prasasti itu berbeda. Kalau palembang taklukan minangatamwan tentulah prasasti ancaman itu dibuat pada prasasti kedukan bukit itulah. Entah itu di bagian belakang atau di bagian bawah prasasti kedukan bukit. Baru narasinya nyambung sebagai taklukan minangatamwan palembang. yang tidak habis pikir kalau sriwijaya berasal dari minangatamwan dan tahun 683 M itu adalah pendirian sriwijaya, apa mereka yang mendukung teori ini tidak tau ketrangan itsing, kalau tahun 671M sriwijaya sudah ada dia dibantu oleh maharaja sriwijaya berlayar ke melayu. Dan juga kalau muara takus tau tempat lain sebagai minangatamwan atau sriwijaya tentunya ada prasasti tertulis nama minangatamwan di tempat itu atau nama sriwijaya di tempat itu. Tapi tidak ada atau mungkin blm ada ditemukan prasasti prasastinya nama sriwijaya atau minangatamwan di muara takus atau tempat tempat lain. Wallahua’lam

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Karena beberapa pernyataan/pertanyaan di atas sudah diterakan pada komentar-komentar sebelumnya, supaya tidak mengulang-ulang lagi, saya hanya ingin menjawab pertanyaan berikut : “Tau dari mana mamak kalau prasasti persumpahan sriwijaya di palembang itu ditulis sama dengan waktu sidhayatra sriwijaya 683 M?”

      Menurut Vladimir Braginsky yang mengutip De Casparis (buku : “Selected Inscriptions from the 7th century to the 9th century AD, Prasasti Indonesia 2”), Prasasti Telaga Batu ditulis pada akhir abad ke-7. Sehingga dari keterangan tersebut bisa disimpulkan bahwa penulisan Prasasti Kedukan Bukit dan Telaga Batu terjadi pada waktu yang berdekatan.

      Selain itu dari karya Noriah Mohamed dan Darwis Harahap : “Mutiara Budi”, ditulis bahwa Prasasti Telaga Batu merupakan pecahan (sambungan mungkin ya?) dari Prasasti Kedukan Bukit. Kedua penulis tersebut memperkirakan bahwa prasasti itu menceritakan kejadian pada tahun 605 Saka (684 Masehi).

      Suka

      • aris berkata:

        Itu hanya dugaan saja. Kepastiannya tidak ada tahun pembuatan prasasti persumpahan di palembang. Prasasti kedukan bukit itu utuh tidak ada pecahan dari peristiwa sidhayatra. Yang pecah itu prasasti telaga batu. Kalau kedua prasasti itu sama pasti prasasti kedukan bukit pecah juga. Dan lokasinya berbeda tempat walau sama sama di palembang. Dan sekalipun prasasti persumpahan di palembang dibuat pasca sidhayatra sriwijaya 683 justru itulah yang menguatkan palembang sebagai pusat sriwijaya. Karena ancaman dan peringatan kepada para penduduk sriwijaya dilakukan setelah sriwijaya tumbuh menjadi kerajaan besar. Sriwijaya pra sidhayatra blmlah besar. Raja merasa belum perlu memperingatkan para pengikutnya. Raja lebih fokus untuk melakukan perluasan wilayah/sidhayatra. Sekalipun palembang adalah taklukan minangatamwan tetap saja dapunta bukan orang minang. Apalagi posisi palembang masih banyak didukung para ahli sebagai pusat dan asal sriwijaya. Teori teori yang mamak sebut di atas itu bukan menyimpulkan palembang taklukan minangatamwan dan dapunta orang minang kabaw. Tetapi mereka itu berpendapat pembuatan prasasti persumpahan di palembang itu dibuat sekitar abad tujuh berdasarkan dugaaan mereka.

        Suka

        • Afandri Adya berkata:

          Aris atau Tun Abdul Majid atau Mudinali atau Putra Palembang, entah anonim apa lagi yang akan Anda gunakan. Mohon maaf, komentar Anda selanjutnya tak bisa lagi kami tampilkan. Sebab sudah banyak kata-kata tak senonoh dan tak pantas yang Anda kirim ke blog ini. Maaf ya Bro 🙂

          Suka

  39. ju berkata:

    Sejarah Sriwijaya penuh penafsiran.. 23 hari dari Minanga ke Sriwijaya bukan waktu yg sebentar.. kalo bolak balik dari sriwijaya ke minanga 23 hari sepertinya ga mungkin.. ini ekspedisi militer bukan darmawisata bolak balik… jadi masuk akal ini ekspedisi militer penaklukan wilayah sumatera bagian selatan yg berlanjut ke bangka, lampung, jawa barat lalu jawa tengah..

    Suka

  40. Haryanto berkata:

    Coba dibaca http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/06/gua-harimau-rumah-peradaban-lampau-di-selatan-sumatera, Apakah ini asal-usul nenek moyang raja-raja Sriwijaya atau bahkan nenek moyang orang-orang Sumatera?. Wallau”alam

    Suka

    • Anomymous berkata:

      Dulu selatan thai berada dibawah kekuasaan raja kedah bukan cuma selatan thai myanmar juga dulunya bernama tanah seri salah satu wilayah jajahan kedah. Kalau kalian pergi ke myanmar iaitu wilayah tanintharyi pasti ketemu orang melayu bercakap dalam dialek kedah mereka keturunan melayu kedah

      Suka

      • Anomymous berkata:

        Nama wilayah melayu di selatan thai dan myanmar dulu ligor,grahi/jawaka,langkasuka,singgoro,tanah seri/tenang sari,rundung,sanjura,sendawa,tambralingga,chenampun,merdalong,terang,menara

        Suka

        • Anomymous berkata:

          Dari medang ghana (kelantan),maharaja menyerang jawa dan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil termasuk dinasti melayu sailendra yang berpindah dari Indochina sejak awal. Maharaja tidak menghapuskan dinasti sailendra,malah menjalinkan ikatan keluarga melalui perkahwinan diraja, kemudian maharaja menguatkan cengkamannya di sumatera serta menguatkan ibukotanya di palembang. kerajaan yang bertempat di jambi adalah kerajaan kembar dengan kerajaan melayu di segenting kra.berasal dari dinasti matahari (suryawangsa),mereka adalah keturunan diraja melayu

          Suka

          • CestarWeb berkata:

            Melayu ditandai dengan ciri khas keislamannya yg kental. Tak soal anda minang, bugis, aceh, banjar, kutai, asal anda menjalankan syariat Islam, anda adalah Melayu. Karena, ini sudah menjadi pakem awal (konsensus) bangsa2 melayu bahwa bangsa ini disebutan melayu (muliya) dan tinggi maruahnya karena keislamannya. Kalau anda bukan muslim, anda pasti bukan melayu dan tak pantas mengaku2 sebagai melayu, apalagi kalau anda bertabiat hendak mengadu domba sesama melayu. Merdeka!

            Suka

            • persatuan bumi melayu jawi cicit keturah berkata:

              tapi pak cik perlu tau melayu dahulu juga adalah kafir dan musyrik gak malaka, sumatera gak jawa dan seluruh wilayah nusantara dahulu penganut ajaran kekafiran dan kemusyrikan. Kita perlu menyadari hal itu karena banyak hikmah yang dapat di ambil. coba liat penulis blog dan termasuk yang komentar.saya yakin gak sadar akan kekafirannya. bangga terhadap kedaerahan tapi bodoh dalam hal akhlak dan adab

              Suka

  41. Putra Tulangbawang berkata:

    Yang pasti Dapunta Hyang jayanasa berasal dari Kerajaan Skala Bhrak – Gn.Pesagi. Lampung…Kerajaan Skala Bhrak telah berdiri di abad ke 3 ….siapa yang lebih tua ya,,,

    Suka

  42. dapunta septian berkata:

    jangan ngawur dapunta hyang itu melayu asli dari sekitar wilayah cengal dan selapan sumatera selatan dan masih keturunan peradaban suku melayu dempo dan juga bagian dari anggota wangsa warman
    jangan sesatkan sejarah sriwijaya dengan keminangan kalian sebab sriwijaya sudah ada sebelum nama minangkabau dikenal lagipula nama kuno sumatera barat sebelum populer dengan sebutan ranah minangnya adalah pariangan dan bukan minanga sebab daerah minanga itu sendiri masih ada sampai sekarang di wilayah komering sumsel sedangkan nama minangkabau baru dikenal sejak zaman majapahit karena peristiwa adu kerbau kalian jadi tolong jangan sesatkan sejarah sriwijaya karena yang sudah saya sebutkan adalah fakta sejarah

    Suka

    • Afandri Adya berkata:

      Mungkin Anda bisa mengelaborasi lagi apa yang dimaksud dengan Peradaban suku Melayu Dempo, karena saya cari referensinya agak sulit.

      Suka

Tinggalkan komentar