100 Catatan yang Membentuk Indonesia

Posted: 7 November 2011 in Buku
Tag:, ,

Sampul Majalah Tempo edisi Kebangkitan Nasional

Majalah Tempo dalam edisi khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional, menurunkan laporan mengenai 100 catatan yang merekam perjalanan sejarah bangsa. Laporan itu, seperti halnya edisi khas Tempo lainnya, disusun dari hasil diskusi para pakar, yang kali ini melibatkan Taufik Abdullah, Goenawan Mohamad, Parakitri T. Simbolon, Ignas Kleden, Asvi Warman Adam, serta Putut Widjarnako. Catatan ini terdiri dari : maklumat, peta, pidato, catatan harian, puisi, prosa, serta buku fiksi dan non-fiksi, yang terbit dalam rentang waktu satu abad (1908-2008). Menurut redaktur Tempo, 100 catatan ini merupakan teks-teks yang menyuarakan imaji kebangsaan. Kumpulan aksara yang membuat imaji kita tentang Indonesia selalu bergerak dan terus diperbaharui. Memilih ribuan naskah untuk dimasukkan ke dalam daftar 100 catatan terbaik, tentu tidaklah mudah. Oleh karenanya, banyak naskah-naskah yang dianggap cukup kredibel — seperti Kalangwan karya Pastor Zoetmulder, yang mengulas tentang sastra Jawa Kuno, serta The Island of Bali karya penulis Meksiko Miguel Covarrubias — harus tersingkir dari daftar tersebut.

Di samping dua naskah itu, penulis mencatat beberapa karya penting yang luput dari pengamatan Tempo, antara lain : naskah Supersemar yang ditulis oleh Soekarno, pidato politik Berdayung di Antara Dua Karang (Mohammad Hatta), serta Surat Pengunduran Diri Soeharto. Selain itu buku-buku politik yang cukup berpengaruh, namun tak masuk ke dalam Daftar Tempo adalah Naar de Republiek Indonesia (Tan Malaka), serta 6000 Tahun Sang Merah Putih (Mohammad Yamin). Dari dunia militer, buku Pokok-pokok Gerilya karya A.H Nasution, juga tidak termasuk ke dalam 100 daftar tersebut. Padahal buku ini banyak diulas oleh para praktisi militer mancanegara. Buku biografi tokoh, hanya Dari Penjara ke Penjara (Tan Malaka) yang masuk ke dalam daftar, yang lain seperti : Soekarno karya Cindy Adam, Mohammad Hatta : Biografi Politik (Deliar Noer), Sjahrir : Politics and Exile in Indonesia (Rudolf Mrazek), serta Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik (Harry A. Poeze), tak diulas dalam edisi khusus tersebut.

Nusa Jawa Silang Budaya, translasi dari La Carrefour Javanais

Dalam daftar itu, Tempo juga memasukkan buku serta hasil penelitian para ilmuwan asing. Yang terbanyak diantaranya berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Ada pula beberapa karya bangsa asing yang tak terdaftar, namun layak untuk dikedepankan. Antara lain adalah Le Carrefour Javanais (Nusa Jawa Silang Budaya) karya Denys Lombard, seorang Prancis yang menulis sejarah, budaya, dan filsafat Jawa secara lengkap. Buku setebal 1000 halaman ini sungguh luar biasa ! Bahkan orang Jawa sekalipun, (mungkin) belum ada yang bisa menandingi kepiawaian Lombard dalam mendeskripsikan Jawa. Di samping itu The Bugis karya Christian Pelras, serta Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy karya Christine Dobbin, juga layak untuk dimasukkan ke dalam daftar. Selain buku berjudul Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat karya Nurcholish Madjid, penulis mencatat beberapa buku sosial keagamaan yang cukup berkualitas namun tak disinggung dalam Daftar Tempo. Antara lain Fiqhud Dakwah karya Mohammad Natsir, Islam Sontoloyo (Soekarno), Islam Kosmopolitan (Abdurrahman Wahid), Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (Ahmad Syafii Maarif), serta dua tafsir Al-Quran yang cukup fenomenal : Al Azhar karya Hamka dan Tafsir Al Mishbah (Quraish Shihab).

Dalam penyusunan daftar tersebut, ada beberapa topik yang tak diangkat oleh Majalah Tempo. Yang pertama adalah tentang dunia hiburan Indonesia, dan yang kedua mengenai ilmu manajemen serta wirausaha tanah air. Dari dunia showbizz, penulis berpendapat setidaknya ada tiga buku : Usmar Ismail Mengupas Film (Usmar Ismail), Film Indonesia (Taufik Abdullah, Misbach Yusa Biran, dan S.M. Ardan), dan Musik Antara Kritik dan Apresiasi (Suka Hardjana), yang layak untuk masuk ke dalam 100 besar catatan Tempo. Sedangkan di bidang manajemen dan wirausaha, buku Siasat Bisnis karya Hermawan Kertajaya cukup kredibel untuk dikedepankan.

 
Buku-buku Fiksi
 

Novel, kumpulan puisi, serta karya-karya fiksi lainnya, merupakan catatan yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Lewat karya-karya itulah, bangsa Indonesia berjuang dari penindasan kolonial hingga menyebarkan idealisme kebangsaan. Dari naskah-naskah fiksi, penulis mencatat setidaknya terdapat sepuluh buku yang cukup fenomenal, namun tidak termasuk ke dalam Daftar Tempo, antara lain : Tanah Air (Mohammad Yamin), Di Bawah Lindungan Ka’bah (Hamka), Nyanyi Sunyi (Amir Hamzah), Si Doel Anak Betawi (Aman Datuk Madjoindo), Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani), Atheis (Achdiat K. Mihardja), Robohnya Surau Kami (A.A. Navis), serta tiga novel populer : Lupus (Hilman Hariwijaya), Ayat-ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy), dan Laskar Pelangi (Andrea Hirata).

Kesepuluh karya sastra di atas, ditambah dengan yang masuk ke dalam Daftar Tempo, tidak hanya menjadi konsumsi masyarkat Indonesia. Namun juga telah dibaca oleh puluhan ribu peminat sastra Indonesia yang tinggal di Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Bahkan beberapa karya seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dan Layar Terkembang, menjadi bahan ulasan di sekolah-sekolah setempat. Untuk urusan sastra, rakyat Indonesia boleh berbangga hati. Sebab naskah-naskah karya anak negeri — seperti halnya musik dan sinema — dari dulu hingga sekarang, selalu menjadi raja di kawasan Asia Tenggara.

 
Penulis Produktif
 

Pramoedya Ananta Toer

Dalam kurun waktu satu abad perjalanan bangsa Indonesia, kita akan mendapatkan orang-orang hebat yang cukup produktif dalam menulis. Wakil Presiden RI yang pertama : Bung Hatta, merupakan figur yang cukup produktif. Dalam Daftar Tempo, karya beliau tercatat sebanyak lima buah, yaitu : Demokrasi Kita, Dasar Politik Luar Negeri Indonesia, Beberapa Fasal Ekonomi, Indonesia Vrij, serta Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disusunnya bersama Soekarno dan Achmad Soebardjo. Di urutan berikutnya ada Tan Malaka, Mochtar Lubis, dan Soekarno. Ketiganya masing-masing menorehkan tiga buah karya ke dalam daftar tersebut.

Di antara tokoh-tokoh pergerakan Indonesia, Tan Malaka-lah yang paling produktif menulis. Jumlah karyanya melampaui yang dihasilkan oleh Soekarno, Natsir, Sjahrir, ataupun Hatta. Tan menulis lebih dari 25 buku mengenai pergerakan dan kemerdekaan Indonesia. Dikalangan ilmuwan, Taufik Abdullah, Ong Hok Ham, dan Azyumardi Azra, termasuk yang produktif. Ketiganya telah menghasilkan lebih dari 15 judul buku yang bercerita mengenai sejarah dan sosial kemasyarakatan. Dari dunia sastra, mungkin Pramoedya Ananta Toer-lah yang paling giat menulis. Karyanya berkisar antara 35-40 judul novel. Namun hampir separuhnya tidak bisa dipublikasikan karena bermacam-macam sebab. Tampilnya Pram sebagai pimpinan Lekra yang merupakan underbouw PKI, agaknya telah memberangus karya-karyanya yang brilian itu. Putu Wijaya dan Nur Sutan Iskandar, juga tergolong sebagai novelis yang produktif. Mereka telah menulis lebih dari 14 karya novel. Meski dari segi kuantitas cukup menggembirakan, namun dari segi kualitas banyak karya mereka yang kurang memuaskan. Hal ini tercermin dari Daftar Tempo, yang tak satupun menempatkan karya-karya mereka di dalamnya. Dari semua penulis produktif yang dilahirkan bangsa ini, mungkin Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka) yang paling legendaris (Lihat : Hamka : Sang Penulis Visi Islam-Indonesia Modern). Sosok multi-disiplin itu, telah menulis lebih dari 100 judul buku, yang berkisar mengenai sejarah, filsafat, adat-istiadat, novel, serta buku-buku keislaman.

 
Dominasi Etnis Minang dan Jawa
 

Dalam dunia kepenulisan tanah air, orang-orang Minang dan Jawa cukuplah mendominasi. Karya-karya mereka tidak hanya unggul dalam segi kuantitas namun juga dari segi kualitas. Hal ini setidaknya tercermin dari Daftar Tempo yang dirilis pada tahun 2008 lalu. Dimana dari 100 naskah yang masuk daftar, lebih dari separuh disumbangkan oleh kedua etnis tersebut. Orang Jawa menyumbang sebanyak 28 naskah (28%). Meski terhitung cukup besar, jumlah ini tidaklah mengejutkan. Mengingat populasi masyarakat Jawa yang cukup dominan di republik ini, yakni antara 42% – 47% dari seluruh penduduk Indonesia.

Tan Malaka, salah seorang penulis Minang terkemuka

Yang cukup mengejutkan justru datang dari kaum Minangkabau. Dimana dari 100 naskah yang terdaftar, 30 merupakan karya putra-putra Minang. Jumlah ini sangatlah besar, jika dibandingkan dengan populasi Minangkabau yang tak lebih dari 3%. Jikalau hendak menelisik pencapaian yang tergolong fantastis itu, haruslah kita menengok keadaan pendidikan serta pola kebudayaan masyarakat Minang, dimana kebebasan berpendapat dan bersuara dijunjung tinggi. Selain itu digunakannya Bahasa Melayu Tinggi yang dekat dengan Bahasa Minangkabau sebagai bahasa baku tulis-menulis, menjadi faktor tumbuhnya penulis-penulis hebat di kalangan mereka. Faktor lain adalah suburnya penggunaan kata pada masyarakat yang berdomisili di pantai barat Sumatera itu. Seperti terlihat dari prosesi adat yang selalu menggunakan petatah-petitih, serta rapat-rapat nagari yang mengedepankan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Dominannya penggunaan kata-kata dalam kehidupan masyarakat Minang, dilukiskan secara baik oleh Jane Drakard dalam bukunya “A Kingdom of Words“.

 
100 Catatan yang Membentuk Indonesia :
 
1. Demokrasi Kita, karya Mohammad Hatta
2. Dasar Politik Luar Negeri Indonesia, karya Mohammad Hatta
3. Beberapa Fasal Ekonomi, karya Mohammad Hatta
4. Di Bawah Bendera Revolusi, karya Soekarno
5. Naskah Persiapan UUD 1945, karya Mohammad Yamin
6. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, karya Adnan Buyung Nasution,
7. Massa Actie in Indonesia, karya Tan Malaka
8. Madilog, karya Tan Malaka
9. Dari Penjara ke Penjara, karya Tan Malaka
10. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, karya Abdul Haris Nasution
11. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia, karya Herbert Feith
12. Dualistische Economy, karya Van Doesburgh
13. Seni Lukis, Kesenian, dan Seniman, karya Soedjojono
14. Nationalism and Revolution in Indonesia, karya Audrey Kahin
15. Indonesian Political Thinking : 1945-1965, karya Herbert Feith dan Lance Castles
16. The Religion of Java, karya Clliford Geertz
17. Netherlands Indie, A Study of Plural Economy, karya J.S. Furnivall
18. Capita Selecta, karya Mohammad Natsir
19. Indonesia in den Pacific-Kernproblemen van den Aziatischen, karya Gerungan Samuel Ratulangie
20. Perubahan Sosial di Yogyakarta, karya Selo Soemardjan
21. Dasar-dasar Pemikiran Tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun, karya Ali Moertopo
22. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, karya Koentjaraningrat
23. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini, karya Mochtar Kusumaatmadja
24. Culture and Politics in Indonesia, karya Claire Holt, Benedict Anderson, dan James Siegel
25. Art in Indonesia : Continuities and Change, karya Claire Holt
26. Science and Scientists in the Netherlands Indies, karya Pieter Honig dan Frans Verdoorn
27. Alam Asli Indonesia : Flora, Fauna, dan Keserasian, karya Kathy Mac Kinnon
28. Ekonomi Pancasila : Gagasan dan Kemungkinan, karya Mubyarto
29. NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, karya Martin van Bruinessen
30. Manusia Indonesia, karya Mochtar Lubis
31. Catatan Subversif, karya Mochtar Lubis
32. Pembagian Kekuasaan Negara, karya Ismail Suny
33. Laporan dari Banaran, karya T.B Simatupang
34. Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin, karya Yusron Asrofie
35. Six Decades of Science and Scientists in Indonesia, karya Tim Peneliti
36. Pemberontakan Petani Banten 1888, karya Sartono
37. Pedoman Etik Penelitian Kedokteran Indonesia, hasil lokakarya
38. A Preliminary Analysis of the October 1 1965, Coup in Indonesia, karya Benedict Anderson
39. 125 Tahun Pendidikan Dokter di Indonesia : 1851-1976, karya Ali Hanafiah, Bahder Johan, dan Surono
40. Ekologi Pedesaan : Sebuah Bunga Rampai, karya Sajogyo
41. Di Tepi Kali Bekasi, karya Pramoedya Ananta Toer
42. Tetralogi Pulau Buru, karya Pramoedya Ananta Toer
43. Siti Nurbaya, karya Marah Rusli
44. Belenggu, karya Armijn Pane
45. Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma, karya Idrus
46. Surabaya, karya Idrus
47. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, karya Sutan Takdir Alisjahbana
48. Layar Terkembang, karya Sutan Takdir Alisjahbana
49. Salah Asuhan, karya Abdul Muis
50. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Hamka
51. Jalan Tak Ada Ujung, karya Mochtar Lubis
52. Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Esei, karya H.B. Jassin
53. Revolusi di Nusa Damai, karya K’Tut Tantri
54. Bebasari, karya Roestam Effendi
55. Burung-burung Manyar, karya Y.B. Mangunwijaya
56. Sandhyakala Ning Majapahit, karya Sanusi Pane
57. Naskah Proklamasi, karya Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebarjo
58. Indonesia Vrij, karya Mohammad Hatta
59. Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, karya Nurcholish Madjid
60. Dekrit Presiden 5 Juli 1959, karya Soekarno
61. Garis Besar Haluan Negara, ketetapan MPR-RI
62. Beberapa Pemikiran Tentang Strategi Transformasi Industri Suatu Negara Berkembang, karya B.J. Habibie
63. Seandainya Aku Seorang Belanda, karya Ki Hajar Dewantara
64. Pidato Lahirnya Pancasila, karya Soekarno
65. Hasil-hasil Seminar Ekonomi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia 1966, hasil seminar
66. Pidato Nirwan Dewanto Saat Kongres Kebudayaan IV, karya Nirwan Dewanto
67. Manifes Kebudayaan, kesepakatan para Sastrawan
68. Surat Kepercayaan Gelanggang, pernyataan Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin
69. Sumpah Pemuda, karya Mohammad Yamin
70. Maklumat Menpen Amir Sjarifuddin Mengenai Kemerdekaan Pers, keputusan Amir Sjarifuddin
71. Habis Gelap Terbitlah Terang, karya R.A. Kartini
72. Catatan Seorang Demonstran, karya Soe Hok Gie
73. Pergolakan Pemikiran Islam, karya Ahmad Wahib
74. Polemik Manifesto Politik, polemik di koran Merdeka dan Harian Rakyat
75. Perjuangan Kita, karya Sutan Sjahrir
76. Melawan Melalui Lelucon, karya Abdurrahman Wahid
77. Polemik Soetatmo vs Tjipto, karya Takashi Shiraishi
78. Polemik Kebudayaan, karya Achdiat K. Mihardja
79. The Integrative Revolution, karya Clifford Geertz
80. Defisiensi Vitamin B1, karya Christiaan Eijkman
81. Student Indonesia di Eropa, karya Abdoel Rivai
82. Peranakan Arab dan Totoknja, karya Abdurrahman Baswedan
83. Masalah Tionghoa di Indonesia : Asimilasi vs Integrasi, polemik di Star Weekly
84. Penduduk dan Kemiskinan, karya Masri Singarimbun dan D.H. Penny
85. Deru Campur Debu, karya Chairil Anwar
86. Tirani dan Benteng, karya Taufiq Ismail
87. Potret Pembangunan Dalam Puisi, karya W.S. Rendra
88. Aku Ingin Jadi Peluru, karya Wiji Thukul
89. Wiro Anak Rimba Indonesia, karya Kwik Ing Hoo
90. Keulana, karya Taguan Hardjo
91. Matinya Seorang Petani, karya Agam Wispi
92. Kompasiana, karya P.K. Ojong
93. Melawat ke Barat, karya Djamaluddin Adinegoro
94. Perjalanan Keliling Indonesia, karya Gerson Poyk
95. Koran Medan Prijaji, karya Tirto Adhi Soerjo
96. Kisah-kisah Jakarta Setelah Proklamasi, karya Rosihan Anwar
97. Catatan di Sumatera, karya Muhammad Radjab
98. Atlas Semesta Dunia, karya Djamaluddin Adinegoro dan Adam Bachtiar
99. Ensiklopedia Indonesia, karya Todung Sutan Gunung Mulia dan K.A.H. Hidding
100. Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya W.J.S. Poerwadarminta
 
Lihat pula :
100 Tokoh Indonesia Berpengaruh

Komentar
  1. ublik berkata:

    ulasan yang bagus kak

    Suka

  2. […] Download Image More @ afandriadya.com […]

    Suka

  3. […] Totoknya” ini sangat kuat dan menjadi salah satu penentu perjalanan bangsa ini. Karena itu, Majalah Tempo Edisi Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional 1908-2008, “Indonesia yang Kuimpikan… memasukkan tulisan A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu catatan yang turut membentuk […]

    Suka

Tinggalkan komentar