Chairul Tanjung Masuk Forbes 1000

Posted: 16 Maret 2010 in Biografi
Tag:, , , , ,

CT dan JK di Trans Studio theme park Makassar

Dalam daftar yang dikeluarkan majalah Forbes baru-baru ini, nama Chairul Tanjung muncul dalam deretan 1000 pengusaha terkaya dunia. Chairul bertengger di posisi 937 dengan total kekayaan US$ 1,0 miliar atau setara Rp 9,2 triliun. Usianya masih muda, 47 tahun, usahanya-pun bukan warisan keluarga seperti banyak konglomerat di Indonesia. Bisa dikatakan usaha Chairul ini tak ada yang nyerempet-nyerempet haram. Kita juga tidak pernah mendengar kalau dia pernah bermasalah dengan perijinan atau perpajakan. Satu yang menjadi kunci sukses Chairul, ia sangat prudent dalam menjalankan bisnis.

Dalam satu kesempatan, dalam Investor Summit 2009 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia. Chairul diundang sebagai pembicara, menceritakan kisah suksesnya sebagai pengusaha. Dalam talkshow tersebut Chairul bercerita panjang lebar mengenai awal mula usahanya. Orang tua Chairul yang berdarah Sunda, suatu ketika menjual kain warisan neneknya untuk membiayai sekolahnya di Kedokteran Gigi UI. Sejak saat itu Chairul bertekad bahwa dia tidak ingin lagi merepotkan orang tuanya dengan meminta-minta uang.

Cara pertama yang ia lakukan adalah menguasai semua space kosong yang ada di bawah tangga kampus. Ia meminta ijin kepada pihak dekanat untuk memanfaatkan semua lahan kosong tersebut. Kebetulan Chairul seorang aktivis kampus, jadi perijinan dari dekanat tidaklah sulit didapat. Mulailah petualangan Chairul dengan lahan kosong di bawah tangga. Melihat peluang yang ada, ia mengajak tukang foto kopi di luar kampus untuk membuka foto kopi di dalam kampus. Bagi hasil yang diperoleh Chairul dari jasa foto kopi bawah tangga, lumayan untuk menutupi ongkos serta biaya makannya sehari-hari.

Setamat kuliah dari Kedokteran Gigi, Chairul berjualan alat-alat kedokteran di Pasar Senen. Usahanya ini berjalan singkat. Gonta-ganti usaha ia lakoni beberapa kali, sampai akhirnya ia membuka pabrik sepatu dengan bermodalkan Rp 150 juta hasil pinjaman dari Bank Exim. Krisis ekonomi 1997 memberi berkah tersendiri bagi Chairul. Waktu itu banyak perusahaan yang dijual murah, di antaranya adalah Bank Karman yang menjadi bidikan Chairul. Jadilah Bank Karman dengan aset ratusan juta rupiah diubah menjadi Bank Mega.

Kantor Pusat Bank Mega di Mampang, Jakarta Selatan

Dari Bank Mega inilah, Chairul pelan-pelan merambah semua bisnis keuangan. Ia mencoba bisnis sekuritas dengan membuka Mega Capital, kemudian membuat perusahaan asuransi Mega Asuransi Jiwa, dan terus merambah hinggga ke perbankan syariah. Bisnisnya yang sangat hati-hati, menyebabkan kecukupan modal Bank Mega tak pernah bermasalah. Kucuran kredit Bank Mega-pun tak banyak yang lari ke bisnis-bisnis Para Grup, nama kelompok usaha Chairul. Bisnis keuangannya semakin kencang seiring dengan penetrasinya dalam pelayanan kartu kredit.

Strategi Chairul dalam kompetisi kartu kredit, dengan mengakuisisi beberapa merek terkenal yang menjadi idola masyarakat. Sekedar menyebut merek, ada The Coffee Bean, Aigner, Hugo Boss, Prada, dan sembilan merek fesyen lainnya di bawah bendera Mahagaya Perdana. Dengan menguasai merek-merek itu, Chairul bisa mengkombinasikan pendapatannya, dari penjualan retail sekaligus kartu kredit.

Pada tahun 1998, Chairul memperoleh izin penyiaran. Menggandeng Ishadi SK eks direktur TVRI, ia membangun Trans TV. Tahun 2001 Trans TV resmi diluncurkan, dengan misinya menjadi televisi hiburan, semacam HBO-nya Indonesia. Dengan model televisi hiburan macam HBO itu, slot iklan antri berebut. Dari sini Chairul terus berekspansi, dengan membeli program-program acara terbaik. Dalam beberapa tahun Trans TV naik level, menjadi televisi dengan pendapatan terbesar. Di bisnis media, aksi korporasi Chairul berikutnya ialah mengakuisisi TV7 dari kelompok Kompas-Gramedia. Kini Trans7, nama baru TV7 setelah akuisisi, disulapnya pula menjadi televisi hiburan dan informasi yang terkemuka. Bersama Trans TV, kini keduanya menjadi mesin uang Chairul yang menguntungkan.

Disamping bisnis-bisnis di atas, Chairul juga kencang mengembangkan proyek-proyek properti. Proyek terakhirnya yang paling prestisius ialah pembangunan Trans Studio theme park di Tanjung Bunga Makassar. Proyek patungan dengan Grup Hadji Kalla ini konon katanya menjadi theme park terbesar di dunia.

Setelah puas berbisnis keuangan, media, gaya hidup, dan properti, Chairul masih ingin mengepakkan sayap-sayap bisnisnya. Kali ini yang sedang ia bidik serius adalah bisnis pertambangan, perkebunan, dan infrastruktur. Tiga jenis industri ini bisa dibilang banyak duitnya. Tapi dari mana Chairul memperoleh dana segar untuk ekspansi bisnis-bisnisnya itu? Saat ditanya, Chairul hanya menjawab, ia banyak memiliki teman-teman yang mengelola hedge fund yang bisa memberikannya dana dengan cost yang murah. Ternyata cerdik juga alumnus UI yang satu ini, bisa menangkap semua peluang yang ada untuk mengubahnya menjadi keuntungan.

Iklan
Komentar
  1. Salam sukses buat Para group.

    To the point aja. Saya berharap Para group bisa menjadi icon dari perusahaan yang memajukan daerah tertinggal padahal kaya potensi. khususnya Aceh dan Papua.

    Untuk itu, saya mengajak Para Group untuk membangun aset di Aceh. Karena Aceh kaya akan Potensi baik secara historis maupun alamnya. Salah satu potensi Aceh adalah pusat perdagangan Asia dulu. Jika Para group bisa menjadi bagian dari bangkitnya era ini. Saya sangat mengucapkan banyak terimaksih. by Ibnu Muzab Ary

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s