Terorisme dan Ideologi Perlawanan

Posted: 15 Maret 2010 in Sosial Budaya
Tag:, , , , , , , , ,

Inferioritas Dunia Islam. Korban Bom Bunuh Diri di Irak

Pasca-penembakan Dulmatin 9 Maret 2010 lalu, dunia perterorisan di Indonesia sesungguhnya belum berakhir. Dulmatin, buronan kelas kakap yang sejak lama di cari-cari Amerika, seperti halnya Amrozi, Noordin M. Top, dan Dr. Azahari, telah menularkan virus radikalisme ke pengikut-pengikutnya yang lain. Semangat ini masih terlihat dari suasana pemakaman Dulmatin di Pemalang Jawa Tengah, dimana banyak pemuda-pemuda tanggung berpikiran kosong, sesekali meneriakkan takbir dan yel-yel ”al jihad… al jihad fisabiluna”. Teriakan-teriakan jihad seperti itu, terasa melantun dari mulut mereka tanpa dengan pertimbangan rasio yang masak. Mereka mungkin lupa siapa sesungguhnya Dulmatin. Dulmatin yang berprofesi sebagai perakit alat ledak untuk beberapa aksi bom bunuh diri, telah merenggut ratusan nyawa orang tak bersalah. Dan dia, mereka anggap sebagai mujahid agung selayak-layaknya pembela agama.

 
Rasionalitas yang Mati

Perkara terorisme seperti ini sebenarnya bukan lahir baru-baru ini saja. Terorisme atas nama agama pernah juga terjadi di abad ke-11. Dalam sebuah konsili di Piacenza, tahun 1095, Paus Urbanus II mengajak seluruh umat Kristen untuk menyerang Yerusalem yang dikuasai orang-orang Muslim. Ajakan ini muncul dari otak Paus Urbanus II yang penuh dengan kebencian dan kedengkian. Urbanus dan para penyerang Kristen itu, layaknya Amrozi Cs di dunia modern ini, yang menyerang membabi buta, membunuh penduduk-penduduk yang tak mengerti, tentang apa itu yang mereka katakan sebagai jihad atau perang suci (crusade). Penyerang-penyerang itu tak mau tahu, jika anak-anak dan perempuan banyak yang menjadi korban.

Spiritual yang tinggi tanpa dibarengi dengan rasional yang cukup, akan melahirkan pemuda-pemuda robot yang mudah dipelintat-pelintut sesuai keinginan. Banyak pesantren serta sekolah-sekolah agama, utamanya di pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang hanya menanamkan spiritualitas tanpa rasionalitas yang memadai. Yang hanya mengajarkan spirit jihad, tapi absen membina mental dan cara berpikir. Sehingga tak heran dari kantong-kantong pedesaan di kedua wilayah ini, calon-calon teroris banyak direkrut.

 
Inferioritas Dunia Islam

Korban Bom Bali I

Tak dipungkiri, dunia Islam sedang terpuruk. Kemiskinan dimana-mana. Konflik tak terhitung lagi jumlahnya. Ajal kematian setiap hari saja menjemput pemuda-pemuda muslim. Dalam serba kekurangan ini, dunia Islam harus direcoki pula oleh ulah Amerika serta sekutu-sekutu Baratnya, yang hendak menguasai wilayah kaya minyak Timur Tengah. Tak hanya itu, perlindungan atas Israel yang telah menjadi duri dalam daging bagi dunia Islam, menjadi harga mati buat Amerika. Kini setelah terkuasainya Irak dan Afghanistan, dunia Islam makin tak karu-karuan. Kisruh politik dan bom bunuh diri tak henti-hentinya terjadi di kedua negara tersebut. Melihat realitas yang ada, pemimpin-pemimpin negeri Islam hanya diam seribu bahasa. Memilih menyelamatkan kepentingan bangsa mereka, tenimbang memprotes kelakuan biadab Amerika dan sekutunya. Yang berani melawan hanya satu : Iran. Tetapi perlawanan Iran kadang mendapat tantangan pula dari negeri-negeri muslim.

Orang Islam kalah, terluka, dan merasa terhina. Dalam keadaan serba inferior, sebagain orang-orang Islam terpanggil untuk berjuang melawan angkara murka dan ketidakadilan. Al Qaeda, sebuah tanzim berlimpah uang, sokongan miliuner Usamah bin Laden, yang berjuang untuk melawan semua kepentingan Amerika dan sekutunya, dipercaya menjadi induk segala-galanya. Al Qaeda-lah yang mendanai, merekrut, melatih, dan melakukan aksi kegiatan yang bermisikan perlawanan terhadap Amerika.

Gerakan Al Qaeda telah mengglobal, aksi terakhirnya memblokade Teluk Aden atas kapal-kapal perang Amerika yang membawa perbekalan senjata untuk Israel. Di Afghanistan tak disangsikan lagi, Al Qaeda menyokong penuh Taliban yang all out 100% melawan Amerika. Di Indonesia, kaki tangan Al Qaeda tak dipungkiri banyak berjalan, menyusup, dan mencari calon-calon teroris potensial. Disinyalir Al Qaeda pulalah yang mendanai setiap aksi bom di Indonesia, mulai dari bom Bali hingga bom Marriott.

 
Ideologi Perlawanan

Banyak pengamat mengatakan bahwa pelaku teroris adalah orang-orang miskin, berpendidikan rendah, dan sedikit memiliki akses terhadap dunia modern (hidup di pedesaan). Ternyata pendapat tersebut tak sepenuhnya tepat. Dari hasil penelusuran, banyak para pelaku teroris yang hidup cukup, berpendidikan tinggi, dan kosmopolitan. Sebutlah misalnya Dr. Azahari, seorang doktor yang memperoleh Ph.D di Inggris. Kehidupan Azahari Husin, begitu nama lengkapnya, bisa dikatakan lebih dari cukup. Ia seorang dosen yang tentunya akrab dengan produk-produk Barat. Atau Usamah bin Laden, seorang pengusaha jenius, tamatan Universitas King Abdul Azis. Kehidupannya yang melimpah ruah, tak membuatnya diam untuk tidak ikut berjuang. Atas saran gurunya, Syeikh Abdullah Azzam, ia memilih berangkat ke Afghanistan, melawan tentara merah Soviet.

London Setelah Dibom Pesawat Tempur Jerman dalam Perang Dunia II

Ideologi perlawanan ternyata tumbuh di mana saja, kapan saja, tak mengenal pelaku, ruang, dan waktu. Di Eropa, ketika Adolf Hitler berkuasa, berduyun-duyun orang Inggris dari berbagai latar belakang, mendaftar diri menjadi tentara the Union Jack. Semangat mereka hanya satu, mengenyahkan Hitler dari muka bumi. Ketertarikan ini disebabkan karena keterhinaan mereka atas penyerangan Jerman terhadap kota-kota di Inggris. Jet-jet tempur Jerman tak henti-hentinya memuntahkan bom ke arah rumah-rumah mereka. Harga diri mereka terusik, mereka bangkit untuk melawan. Logika yang sama dipakai pula pada dunia Islam dewasa ini.

Selama masih banyak orang Islam yang merasa inferior dalam hidupnya, entah itu karena kemiskinan, penghinaan, dan penindasan. Maka sampai kapanpun terorisme akan terus berlangsung di muka bumi. Ideologi perlawanan tak akan bisa dibungkam begitu saja. Yang bisa dilakukan hanyalah menyadarkan pihak-pihak yang merasa inferior itu. Kalau perlawanan bisa dilakukan tanpa harus melalui aksi bunuh diri. Dan jihad bisa dilakukan tanpa harus membunuh orang tak berdosa.

Mari lakukan perlawanan secara santun dan beradab, ala Rasulullah Muhammad SAW.

 
Sumber gambar : http://www.suarapembaruan.com dan foto.detik.com

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s