Archive for the ‘Gaya Hidup’ Category


Trans Studio Mall

Dalam dua seri tulisan sebelumnya, kami telah menampilkan daftar produk-produk branded yang hadir di Jakarta dan Surabaya. Namun rasanya kurang lengkap, jika membicarakan produk-produk berkelas tanpa menyertakan Bandung serta Medan. Ya, dua kota ini belakangan juga mulai dilirik oleh para pengelola merek-merek ternama, sebagai kota yang memiliki prospek cukup besar. Selain itu, pertumbuhan kelas menengah-atas yang terbilang tinggi, juga mendorong para pengelola merek untuk melakukan penetrasi. Untuk itu, dalam tulisan kali ini kami hendak menampilkan daftar gerai produk-produk branded di kedua kota tersebut. Sengaja keduanya kami sandingkan, untuk melihat sejauh mana mereka mampu menarik brand-brand terkenal, sehingga layak ditasbihkan sebagai pusat fesyen ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Disamping itu, kedua kota ini juga memiliki pendapatan per kapita yang setara, yakni sekitar USD 7.000 (2016), sehingga apple to apple jika diperbandingkan.

Kemunculan kelas middle-up yang cukup massif, serta dibangunnya pusat-pusat perbelanjaan representatif, merupakan faktor penting yang menjadikan house-house terkenal mau menancapkan kukunya disini. Bandung, yang dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai pusat industri kreatif tanah air, sudah memiliki empat mal yang banyak diisi oleh barang-barang “branded”. Mereka adalah Trans Studio Mal (TSM), Paris Van Java (PVJ), Cihampelas Walk (CW), serta Paskal 23 (PK). Tak mau kalah dari kota kembang, Medan juga mempunyai empat pusat perbelanjaan papan atas, yakni Sun Plaza (SP), Centre Point (CP), Plaza Medan Fair (PMF), dan Thamrin Plaza (TP). Dalam hal produk-produk mewah, Bandung bisa dibilang jauh lebih unggul. Saat ini kota tersebut telah didatangi oleh sembilan luxury stores, diantaranya Bally, Furla, Hugo Boss, dan Salvatore Ferragamo. Sedangkan di Medan, belum satupun dari merek tersebut yang menancapkan kukunya disini. Begitu pula untuk high street fashion brand, kota berpenduduk 2,4 jiwa itu juga selangkah lebih maju. Disini merek-merek populer seperti Zara, H&M, Marks & Spencer, dan Uniqlo, telah membuka gerainya jauh lebih banyak tenimbang di Medan.

Masih mengandalkan situs web pusat-pusat perbelanjaan tersebut serta forum skyscrapercity.com, direktori ini terbagi menjadi tujuh kategori, yakni Merek-merek Mewah, Fesyen dan Aksesoris, Perhiasan & Jam Tangan, Kecantikan & Kesehatan, Multi Brand, Gaya Hidup, dan Merek Indonesia.

(lebih…)


Fintech Indonesia

Fintech atau Financial Technology adalah bentuk layanan keuangan yang berbasiskan teknologi informasi. Produk ini sedang menjadi tren di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berbeda dengan produk perbankan konvensional yang harus melalui prosedur yang kompleks, bertransaksi melalui fintech sangatlah simpel. Dulu, jika Anda ingin membeli produk dengan cara mencicil, mungkin salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meng-apply kartu kredit. Dimana dalam proses pengajuannya Anda akan diminta berbagai macam dokumen, dari data identitas hingga data penghasilan. Dokumen dan data tersebut kemudian dikirimkan ke Customer Service bank untuk dilakukan pengecekan oleh analis kredit serta compliance mereka. Kalau lolos verifikasi, maka kartu tersebut akan dikirimkan dua minggu kemudian. Kalau tidak, maka Anda tak akan pernah bisa membeli produk-produk yang diinginkan tanpa ada uang tunai di saku.

Setelah mendapatkan kartu tersebut, bukan berarti Anda bisa langsung menggunakannya. Anda masih harus mencari merchant-merchant yang bekerjasama dengan bank penerbit. Kalau belum, maka Anda harus menghubungi bank tersebut dan meminta kredit atas pembelian produk yang diinginkan. Kalau seperti ini, biasanya bunga yang dikenakan cukup mencekik. Belum lagi Anda akan dipersulit dengan berbagai dokumen tambahan ini itu. Cukup ribet! Saat ini kartu kredit yang bisa memberikan cicilan hanya terbatas pada bank-bank tertentu. Seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, Bank Mega, atau Bank Permata. Yang lain, jangan harap! Paling Anda cuma diberi informasi : “mohon maaf Pak/Bu, kami belum bekerja sama dengan merchant tersebut”.

(lebih…)


Bally

Bally di Ciputra World Surabaya

Seiring dengan meningkatnya jumlah kelas menengah dan orang kaya baru di Indonesia, pengelola produk-produk branded-pun tak hanya memasarkan barang-barangnya di ibu kota. Dalam lima tahun terakhir, Surabaya — disamping Bali, Bandung, dan Medan, juga menjadi incaran mereka. Tak tanggung-tanggung, merek-merek mewah seperti Aigner dan Bally-pun telah membuka dua outletnya di Surabaya, masing-masing di Ciputra World dan Tunjungan Plaza. Belum lagi sederet merek middle-up seperti Bonia, Karen Millen, Pedder Red, dan Steve Madden, yang juga hadir di kota ini.

Surabaya memang belum sekelas Jakarta yang telah memiliki lima mal level AAA+. Namun dengan kehadiran Ciputra World Surabaya (CWS) — yang juga berperingkat AAA+, kota ini dapat diperhitungkan sebagai destinasi wisata belanja, khususnya bagi masyarakat Indonesia Timur. Ke depan seiring dengan bertumbuhnya jumlah kelas menengah di Jawa Timur, diharapkan akan banyak lagi merek-merek global yang hadir disini. Selain CWS yang mengoleksi 14 merek-merek mewah, ada lima pusat perbelanjaan lainnya yang menjadi rumah bagi merek-merek “branded”, yakni : Galaxy Mall (GM), Tunjungan Plaza (TP), Grand City (GC), Supermal Pakuwon (SP), serta Lenmarc Mall (LM).

Berikut daftar outlet-outlet resmi yang menjadi tenant di pusat-pusat perbelanjaan tersebut. Untuk mempermudah pencarian, kami menyusunnya berdasarkan nama outlet yang diikuti dengan lokasi outlet tersebut berada. Kami membagi outlet-outlet tersebut menjadi tujuh kategori, yakni Merek-merek Mewah, Fesyen dan Aksesoris, Perhiasan & Jam Tangan, Kecantikan & Kesehatan, Multi Brand, Gaya Hidup, dan Merek Indonesia. Data ini kami himpun dari situs http://www.skyscrapercity.com serta situs resmi pusat-pusat perbelanjaan tersebut.

 
(lebih…)


Stefano Ricci di Plaza Indonesia

Stefano Ricci di Plaza Indonesia

Ternyata tak semua orang-orang kaya Jakarta yang memburu produk-produk branded ke Singapura, Hongkong, atau Eropa. Banyak pula diantaranya yang membeli barang-barang tersebut di outlet-outlet resmi mereka yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan ibu kota. Selain masyarakat Jakarta, orang-orang “daerah”-pun banyak juga yang hobi mengoleksi barang-barang bermerek. Amelia Masniari dalam bukunya Miss Jinjing: Belanja sampai Mati mengungkapkan, sejak diberlakukannya otonomi daerah, memburu produk-produk branded bukan lagi monopoli ibu-ibu Jakarta, namun juga telah merambah kepada istri-istri pengusaha serta para pejabat daerah. Masniari menambahkan, orang-orang kaya yang bermukim di Surabaya, Medan, serta Palembang, merupakan kelompok masyarakat di luar Jakarta yang banyak membeli produk-produk high-end. Meski di kota-kota tersebut sudah banyak dibuka mal yang menyediakan barang-barang bermerek, namun belumlah selengkap di ibu kota. Oleh karenanya banyak diantara mereka yang pergi melancong ke Jakarta, hanya sekedar untuk mencari produk-produk branded.

Saat ini di seluruh Jakarta (baca : Jabotabek) telah tersedia 35 pusat perbelanjaan yang menyediakan aneka produk bermerek. Pusat-pusat perbelanjaan tersebut ada yang mengkhususkan dirinya sebagai hi-end boutique mall — seperti Plaza Indonesia, namun banyak pula yang memposisikan dirinya sebagai rumah besar segala macam merek, dari lapisan atas hingga kelas menengah.

(lebih…)


Hard Rock Cafe, salah satu tempat kongkow di Jakarta

Karuan saja tingkah laku para komuter kereta listrik di selingkaran kota Jakarta (baca : KRL Jabotabek). Cuma karena bersua tiap pagi dan sore, mereka sampai-sampai buat arisan. Nggak tua nggak muda, nggak laki nggak perempuan, tanpa memandang profesi dan domisili, mereka bersatu dalam sebuah komunitas. Biasanya pihak yang mengkoordinir arisan adalah ibu-ibu yang paling ngocol diantara mereka. Kegiatan mereka tak hanya sekadar kocok arisan. Untuk memperkuat keanggotaan, mereka juga mengadakan perayaan ulang tahun dan buka puasa bersama. Kadang jika ada anggota komunitas yang nikahan atau lahiran, mereka tak lupa untuk urunan, sebagai bukti kepedulian terhadap sesama anggota. Untuk melayani keluhan serta curhat diantara penumpang KRL, milis KRL Mania menjadi wadahnya. Disini para KRL-ers bisa menumpahkan uneg-uneg hingga berbagi cerita. Komunitas kereta Jabotabek adalah salah satu contoh unik komunitas orang-orang Jakarta.

Di tempat dan waktu terpisah, ratusan orang rela keluar malam untuk mengejar midnight sale. Penyelenggara acara obral ini, biasanya toko-toko ternama macam Metro, Sogo, Matahari, dan Centro. Selain itu beberapa outlet asing seperti Zara, Mark and Spencer, dan Louis Vuitton, juga kerap mengadakan midnight sale untuk menambah penjualan akhir tahun. Diskon yang mereka agihpun tak tanggung-tanggung, hingga 70% ! Hitung-hitung ngabisin stok lama, kegiatan diskon besar-besaran inipun tak merugikan produsen. Para eksekutif muda Jakarta yang berpenghasilan pas-pasan namun hendak memakai produk-produk bermerek, sangat menantikan momen-momen seperti ini. Prinsip mereka, bisa tampil parlente tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Maklum, gaji bulanan yang didapat hanya pas untuk ongkos, bayar kos, dan makan sehari-hari.

(lebih…)