Archive for the ‘Wisata’ Category


There’s a whole world out there, right outside your window. You’d be a fool to miss it ~ Charlotte Eriksson

Bagi Anda yang sudah berulang kali ke Pulau Dewata, tapi belum pernah ke Nusa Penida. Wah sayang sekali..! Kalau Anda suka mengeksplor tempat-tempat baru, pulau di sebelah tenggara Bali itu agaknya cocok untuk menjadi tujuan Anda selanjutnya. Selain pemandangannya yang eksotis, Nusa Penida juga menawarkan alam liar dengan infrastruktur terbatas. Salah satu hal menarik ketika mengunjungi pulau ini adalah perjalanan menyeberangi selat dengan speed boat. Selama penyeberangan, Anda akan disuguhkan bentang alam Bali selatan serta Gunung Agung yang tinggi menjulang. Ada beberapa poin tempat pemberangkatan menuju pulau ini. Yang paling umum adalah dari Pelabuhan Sanur – dekat Pantai Matahari Terbit. Dari sini Anda bisa menyewa kapal cepat dari banyak penyedia dengan tarif bervariasi. Bulan Desember 2022 kemarin, kami menyewa boat dari Semabu Hills dengan tarif Rp 75.000 per orang untuk satu kali trip. Perjalanan kesana kurang lebih memakan waktu 45 menit. Waktu pemberangkatannya di pagi hari, antara pukul 07.00 – 08.00. Sedangkan untuk kepulangan di sore hari, antara pukul 16.00 – 17.00.

Setibanya di Pelabuhan Toya Pakeh, Anda bisa menyewa motor atau mobil jenis minivan. Harga sewanya-pun tak mahal-mahal amat. Untuk motor dikenakan tarif Rp 75.000 per hari, sedangkan mobil Rp 500.000 per hari berikut bensin dan sopir. Kalau Anda ingin duduk nyaman dan menikmati perjalanan, saran saya lebih baik menyewa minivan beserta driver. Selain view perjalanannya yang memanjakan mata, jalan raya di Nusa Penida relatif sempit. Di beberapa titik, salah satu mobil harus mengalah ketika hendak berpapasan. Disamping itu banyak pula jalanan yang berliku disertai tanjakan tajam. Sepanjang perjalanan, diantara spot yang cukup menarik adalah Bukit Teletubbies. Gundukan bukit-bukit kecil seperti di serial Teletubbies itu, bisa Anda jumpai di perjalanan dari arah Diamond Beach menuju Kelingking Beach. Kalau Anda berdua ataupun solo traveler, menyewa motor agaknya menjadi opsi terbaik. Selain lebih murah, Anda bisa mengunjungi lebih banyak destinasi. Mengendarai motor, Anda tak harus bersusah payah mencari parkiran. Terlebih di musim liburan seperti akhir tahun lalu, mencari parkiran di spot-spot favorit menjadi pe er tersendiri. Bagi Anda yang kesini tanpa didampingi tour guide, pastikan ya SIM Card Anda bisa beroleh sinyal. Kalau tidak, Anda tak bisa mengakses Google Maps untuk melihat rute perjalanan. Bukan apa-apa, di Nusa Penida masih minim penunjuk arah. Kalau salah belok, Anda malah nyasar kemana-mana.

(lebih…)
Iklan

Beberapa hari lalu, lewat akun Instagram-nya @sandiuno, Menparekraf mengunggah potongan berita online yang berjudul “Moto GP Mandalika Bawa Berkah untuk Bali, 500 Hotel Ludes Dipesan”. Sebelumnya dipertengahan bulan Januari lalu, http://www.liputan6.com mengabarkan bahwa 2.000 kamar hotel di kawasan Senggigi sudah dipesan wisatawan yang akan menonton MotoGP. Meski ajang ini baru dihelat tanggal 18-20 Maret nanti, namun industri wisata di propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat sudah mulai menggeliat. Kabar ini tentunya memberikan angin segar bagi para pelaku pariwisata untuk kembali bangkit dan meraup untung. Terlebih dalam dua tahun terakhir, industri ini merupakan sektor yang paling terpukul akibat Covid-19.

Jika kita berhitung berdasarkan info di atas, kalau saja rata-rata harga kamar di Senggigi Rp 1 juta per malam, dan lama wisatawan menginap selama satu minggu, maka dari ini saja sudah diperoleh pemasukan sebesar Rp 14 milyar. Lalu dari bisnis rental mobil juga tak berbeda jauh. Jika sewa mobil rata-rata per hari Rp 800.000, selama seminggu sektor ini sudah menerima pemasukan Rp 11,2 miliar. Bisnis beverages-pun juga bisa beroleh untung yang lumayan. Asumsi biaya makan dan minum per hari Rp 150.000, untuk melayani 4.000 wisatawan (satu kamar diisi oleh dua orang) yang menginap selama satu minggu, maka sektor ini akan menerima sekitar Rp 4,2 miliar. Belum lagi dari penjualan oleh-oleh, penyewaan speedboat, jasa spa, dan pemandu wisata. Jika perhitungan di atas tak meleset, maka dari ajang MotoGP bulan depan, Senggigi bisa beroleh pendapatan sekitar Rp 30 miliar. Ini baru dari Senggigi saja, belum Gili-Gili di lepas pantai, kota Mataram, kawasan Kuta-Mandalika, serta Bali di seberang selat.

(lebih…)

Nasi Kapau Kedai Pak Ciman

Tak terasa siang itu peluh saya bercucuran. Bukan karena sedang menggali parit atau memanggul barang, tapi saya baru saja menyantap iga bakar di Rumah Makan Datuk. Loh kok? Iya, di rumah makan ini iga bakarnya disajikan bersama kuah sop hangat. Jadilah baju saya setengah kuyup. Meski tak dilengkapi AC, namun iga bakar disini enak banget. Tekstur dagingnya lembut, plus bumbu iganya yang meresap. Selain iga bakar, jengkol lado hijaunya-pun cukup favorit. Saya yang tak suka jengkol, jadi tertarik dibuatnya. Penasaran dengan masakan yang tersaji, saya sempat berbincang dengan pegawai di rumah makan itu. Ternyata menu iga bakar ini hanyalah improvisasi si pemilik rumah makan yang berasal dari Silungkang, Sawahlunto. Meski dua potong iga yang tersaji cukuplah besar, namun harganya masihlah berpatutan. Kalau gak percaya, cobain deh! Lokasinya gak jauh dari pusat grosir Cipulir, Jakarta Selatan.

Masih di seputaran Jakarta Selatan, ada lagi rumah makan Padang yang bikin nagih. Namanya Putra Minang. Kalau Anda berdomisili di seputaran Pesangrahan, Ciledug, atau Bintaro, mungkin tak asing lagi dengan rumah makan yang satu ini. Restoran yang dikelola oleh H. Mahyudin asal Pariaman itu konon telah memiliki 60 outlet. Pantas saja disepanjang Jalan Ciledug Raya, antara Pasar Ciledug hingga Mayestik, rumah makan ini cukup banyak dijumpai. Disini menu andalannya adalah ayam bakar. Memang enak bro! Bumbunya yang pedas-manis itu nempel sama ayamnya. Tak salah kalau rumah makan ini menasbihkan diri sebagai “istana ayam bakar”.

(lebih…)


Tol Layang Jakarta-Cikampek

Sejak Tol Trans Jawa tersambung di penghujung tahun 2018, Alhamdulillah sudah dua kali saya menjajalnya. Yang pertama di bulan Juli lalu sampai Probolinggo. Dan yang kedua akhir bulan kemarin mentok kota Malang. Mungkin dulu tak pernah terbayang jarak antara Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu 9 jam. Dari Jakarta-Semarang saja, dulu (tahun 2011) saya harus menempuhnya selama 10 jam. Untuk sampai di Surabaya, mungkin bisa makan waktu 18 jam. Meski dengan Argo Bromo Anggrek waktu tempuh ke Surabaya sudah tembus 9 jam, namun rasanya tak semenarik mengendarai mobil. Selain tak bisa mampir berwisata kuliner, naik kereta api agaklah membosankan. Kalau naik mobil, apalagi di siang hari, kita bisa menoleh ke kanan dan ke kiri. Menikmati sawah, ladang, sungai, dan gunung-ganang yang berdiri menantang awan.

Serius! Ada sensasi tersendiri ketika mengendarai mobil sepanjang hampir 1.000 km dari barat ke timur Pulau Jawa. Lepas dari Jakarta, kita bisa tancap gas langsung naik tol Japek Elevated. Di jalan layang sepanjang 40 km ini, kita tak kan diganggu oleh truk-truk dan bus AKAP yang kadang menyebalkan. Memang tol layang ini agak sedikit bergelombang, tapi so far oke-lah untuk dilalui. Dari atas jalan, kita bisa menyaksikan betapa massifnya pembangunan koridor Bekasi – Karawang. Para pengembang seakan saling berlomba-lomba membangun apartemen di kedua belah sisi jalan. Yang paling mencolok adalah Meikarta. Proyek besutan Lippo Group itu membangun sekitar 56 menara setinggi 30 lantai. Di malam hari, lampu-lampu dari tower crane, memercikan cahaya seperti sedang menari. Setelah turun di KM 47, jalan biasanya agak tersendat. Selain bottle-neck, truk-truk yang berjalan lambat juga menghambat laju kendaraan pribadi. Kondisi seperti ini biasanya sampai KM 67, ketika Tol Trans Jawa terpecah dua : ke arah Bandung dan Cirebon.

(lebih…)


Gates of Heaven

Pura Lempuyang Luhur memang luar biasa. Bagaimana tidak, pura yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali itu telah menyedot ribuan bahkan ratusan ribu turis untuk berkunjung kesana. Tujuan mereka cuma satu : berfoto di “Gates of Heaven”. Untuk memenuhi rasa penasaran, bulan lalu saya menyempatkan diri mengunjunginya. Saya ingin melihat bagaimana sebenarnya “gerbang ke surga” yang di-mention pada foto-foto orang di Instagram. Setelah menempuh tiga jam perjalanan dari Kuta, kami akhirnya menjejakkan kaki disana. Sebenarnya ke Karangasem, kami hanya ingin mengunjungi Taman Air Tirta Gangga. Namun karena jagat Instagram sempat dihebohkan oleh postingan Pura Lempuyang Luhur, jadilah kami mengunjungi pura ini. Berbeda dengan Pura Ulun Danu Bratan, Tanah Lot, atau Tirta Empul, pura ini belum menjadi destinasi utama Pulau Dewata. Selain jalannya yang sempit, di dekat pura tak ada lot parkir yang representatif. Sehingga banyak mobil pengunjung yang diparkir di tepi jalan, dengan posisi miring 45⁰.

Dari arah Amlapura, ibu kota Karangasem, tak ada arah petunjuk dimana pura ini berada. Untung ada Google Maps, sehingga tak sulit bagi kami mencarinya. Setibanya di lokasi, kami diminta untuk memberi donasi serta membayar uang sewa sarung. Yah tak terlampau mahal lah, jika dibanding obyek wisata lainnya. Uang sewa sarung hanya sebesar Rp 10.000, dan donasi seikhlasnya. Sehabis menaiki puluhan anak tangga dan mendaki sejauh 150 meter, kami tiba di pura yang pertama. Oh iya, kompleks ini terdiri dari enam pura. Yang paling populer adalah pura yang pertama ini : Penataran Agung, tempat Gates of Heaven berada. Setelah mendapat percikan air suci, kami masuk ke pelataran. Disini kami melihat puluhan orang mengantri, berjajar rapi seperti menunggu sesuatu. Kami sempat saling bertanya, sedang apa mereka berbaris. Oh, ternyata mereka lagi menunggu giliran untuk berfoto di Gates of Heaven.

(lebih…)


st.paul_Bagi sebagian orang Indonesia, Hongkong dan Makau merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Berdasarkan data statistik tahun 2017 ada sekitar 482 ribu orang Indonesia yang berkunjung ke Hongkong dan 195 ribu yang datang ke Makau. Selain mudah — karena tak perlu visa, Hongkong dan Makau memberikan pengalaman luar biasa. Bagi Anda yang sudah berkunjung ke Singapura, Malaysia, ataupun Thailand, maka sasaran berikutnya adalah ke kedua kota ini. Berbeda dengan negara-negara ASEAN yang memiliki kesamaan budaya, jalan-jalan kesini memberikan sensasi tersendiri. Selain perbedaan budaya, bagi Anda seorang muslim mencari makanan-pun menjadi hal yang krusial. Nah, pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba berbagi mengenai tempat menarik serta pengalaman berkesan selama disana.

 

1. Warna-warni Tsim Sha Tsui

Bagi Anda yang hendak berkunjung ke Hongkong, Tsim Sha Tsui mungkin bisa menjadi pilihan untuk bermalam. Alasannya, selain akses yang mudah, disini juga banyak terdapat penginapan yang terjangkau. Di sepanjang Nathan Road, Kimberley Road, Cameron Road, sampai ke Chatham Road, Anda bisa menjumpai hotel-hotel murah nan berkualitas. Dan hampir sebagian besarnya bisa direservasi melalui aplikasi Traveloka ataupun Agoda. Yang juga memberi rasa nyaman, disini dengan mudah kita bisa menjumpai convenience store. Setiap seratus meter, Anda akan menemukan gerai Circle-K atau 7-Eleven. Lokasinya mirip-mirip seperti Alfamart dan Indomaret di Jakarta. Sama dengan di Indonesia, harga barang di kedua gerai ini tergolong mahal. Kalau Anda hendak mencari yang lebih murah, pilihlah supermarket lokal seperti Wellcome.

(lebih…)


Bandara Changi

Bulan lalu, Skytrax kembali merilis laporan bandar udara terbaik di seluruh dunia. Dalam laporan bertajuk “The World’s Top 100 Airports 2018” tersebut, Bandara Changi Singapura kembali memperoleh predikat sebagai bandara terbaik dunia. Ini untuk keenam kalinya secara berturut-turut, bandara tersebut beroleh predikat terbaik. Keberhasilan Changi menjadi yang terbaik, tak lepas dari dukungan pemerintahnya yang hendak memposisikan Singapura sebagai hub utama penerbangan global. Tak salah jika setiap tahun, ada saja fasilitas baru yang dihadirkan oleh bandara tersebut. Disamping menyelesaikan Terminal 4 seluas 225.000 m2, tahun lalu Changi juga menghadirkan kolam renang dengan jacuzzi, playground, serta taman di dalam bandara. Sehingga penumpang tak merasa jenuh ketika harus berjam-jam disini.

Selain itu yang menarik dari laporan ini ialah, dari 100 bandara terbaik dunia sebagian besarnya berada di Asia. Untuk Asia Tenggara sendiri, ada lima bandara yang masuk ke dalam top 100. Selain Changi, ada Suvarnabhumi Bangkok, Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Soekarno-Hatta Jakarta, serta Noi Bai Hanoi. Dari kelima bandara tersebut, KLIA merupakan bandara yang mengalami penurunan cukup signifikan. Pada tahun 2017, bandara ini masih berada di urutan ke-34. Namun tahun ini posisinya melorot 10 peringkat ke urutan 44. Bahkan kalau ditarik data hingga ke tahun 2001, KLIA sempat menjadi runner-up. Begitupula dengan Suvarnabhumi, meski tahun ini naik dua peringkat ke urutan 36, namun sesungguhnya posisi bandara kebanggaan masyarakat Thailand itu meluncur jauh jika dibandingkan 7 tahun lalu, dimana pada tahun 2011 bandara ini berada di ranking ke-13. Satu lagi airport yang mengalami perbaikan kinerja adalah Noi Bai Hanoi. Bandara yang pada tahun 2017 lalu berada di posisi 83, saat ini naik satu peringkat dan bertengger di urutan 82. Ninoy Aquino Manila yang dalam dua tahun terakhir banyak melakukan pembenahan, sampai saat ini masih belum bisa menembus 100 besar dunia.

(lebih…)


Raja Ampat

Raja Ampat, Papua Barat (sumber : zonalibur.com)

“Pariwisata di Indonesia butuh orang-orang kreatif”, begitu kalimat yang selalu didengungkan oleh Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011-2014. Sapta memang telah banyak menelurkan ide-ide cemerlang untuk kemajuan pariwisata Indonesia. Bahkan pada masa itu, orang mengira justru dialah yang menjadi Menteri Pariwisata — bukan Mari Elka Pangestu. Sapta memang merupakan mastermind di balik serangkaian acara pariwisata di awal dekade ini. Sebutlah misalnya Sabang Jazz Festival, Festival Danau Toba, Tour de Singkarak, Musi Triboatton, Jakarta Marathon, dan Festival Maluku Kihara, yang merupakan hasil kontemplasi beliau dengan para pegiat ekonomi kreatif lainnya.

Dalam setiap even yang diselenggarakan, ia tak hanya sekedar menjadi pimpinan proyek. Namun juga ikut mengemas acara dan memasarkannya hingga ke mancanegara. Pada even “Tour de Singkarak” misalnya, dari tahun ke tahun Sapta berhasil menambah keikutsertaan para pebalap sepeda dari luar. Untuk meningkatkan kualitas perlombaan, ia juga mengundang “Amaury Sport Organisation” yang telah berhasil menyelenggarakan “Tour de France” di Perancis. Begitu pula pada perhelatan “Jakarta Marathon 2014”, Sapta memperpanjang rute perlombaan agar makin banyak gedung-gedung tua di ibu kota yang disorot wartawan asing. Promosi seperti ini ternyata cukup ampuh, terutama untuk membidik para pelancong yang menyukai heritage sebuah kota. Ke depan, Sapta berharap Jakarta Marathon bisa masuk ke dalam rangkaian World Marathon Majors Series, sekaligus menempatkan Jakarta sebagai destinasi utama sport tourism dunia.

(lebih…)


Pura Besakih

Pura Besakih

Bali adalah sepotong tanah dari “surga”, tempat dimana Anda bisa sejenak melupakan rutinitas sehari-hari. Cobalah datang ke pulau ini diluar peak season, Anda akan mendapatkan Bali yang sebenarnya. Budayanya, masyarakatnya, dan pemandangannya yang indah, merupakan daya tarik pulau yang dihuni oleh mayoritas umat Hindu itu. Mungkin karena ajaran Hindu-lah, Bali selalu tenteram dan damai. Tak ada ribut-ribut, kecuali beberapa insiden yang dibuat oleh pihak luar.

Dalam film “Eat, Pray, Love” yang diperankan Julia Robert, dilukiskan bagaimana Elizabeth Gilbert yang telah bercerai dengan suaminya, melakukan perjalanan ke Italia, terus ke India, dan akhirnya mencari ketenteraman disini. Di Bali, Elizabeth bertemu dengan Ketut Liyer, seorang ahli spiritual yang membimbingnya menemukan cinta sejati. Bukan di film ini saja Bali menjadi tempat seseorang mencari ketenteraman. Jauh sebelum itu, pelukis Jerman Walter Spies dan Rudolf Bonnet dari Belanda, sudah melakukannya. Karena merasa tenteram, mereka memilih untuk terus menetap di pulau ini. Bahkan Bonnet, bersama Cokorda Gede Agung Sukawati dan I Gusti Nyoman Lempad, mendirikan Museum Puri Lukisan di Ubud. Pada tahun 1978, Bonnet wafat di Laren, Belanda. Karena kecintaannya terhadap Bali, jenazahnya kemudian dibawa ke pulau ini dan dikremasi dengan upacara ngaben yang megah.

(lebih…)


Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (sumber : detravelling.com)

Mungkin kalian punya seribu satu alasan untuk datang ke Jogja. Seperti saya, meski sudah berulang kali datang kesini, tapi tetap saja kota ini ngangenin. Apa yang membuat saya suka datang kesini? masyarakatnya. Terus apalagi? suasananya. Ah untuk yang satu ini, saya susah melukiskannya. Karena setiap kesini, selalu saja ada hal yang berkesan. Jogja atau biasa ditulis Yogyakarta, memang luar biasa. Kota ini telah lama menjadi ikon wisata Pulau Jawa. Pemandangan yang indah, bangunan yang unik, serta kulturnya yang mempesona, menjadikannya sebagai tujuan utama pelancong lokal maupun mancanegara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, di tahun 2012 terdapat 3,5 juta wisatawan yang berkunjung kesini. Dirangkum dari berbagai sumber serta berdasarkan pengalaman penulis, ada 7 hal menarik yang menjadikan Jogja sebagai tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Berikut rangkumannya :

 

1. Keraton Jawa.

Tak bisa dipungkiri bahwa daya tarik Jogja yang sebenarnya adalah Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena keberadaan keraton inilah maka Jogja ditabalkan sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surakarta, kota tetangga sekaligus pesaingnya di masa lampau, juga memiliki keraton yang serupa, namun auranya tak sekuat keraton di Jogjakarta. Mungkin karena di Jogja, raja Jawa yang “tersisa” : Sultan Hamengkubuwono X masih memegang titah, setidaknya untuk level propinsi. Di Keraton Jogjakarta, Anda masih bisa merasakan pesona kebesaran Kesultanan Mataram. Disini berbagai upacara masih diselenggarakan secara berkala. Anda juga masih bisa melihat kereta kuda zaman dahulu, keris-keris, kursi kebesaran, hingga pakaian para raja. Semua itu masih terawat dan diagungkan. Keraton ini dibangun pada tahun 1755 oleh Pangeran Mangkubumi. Dalam kosmologi Jawa, Keraton merupakan pusat dari garis imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis dan Gunung Merapi. Oleh karenanya terdapat dua alun-alun di halaman istana : Alun-alun Utara (Tepas Keprajuritan) dan Alun-alun Selatan (Tepas Pariwisata), yang merupakan gerbang kedua “kutub” tersebut.

(lebih…)