Hari ini (Kamis, 10 Februari 2011), Metro TV dalam salah satu sesi perbincangan di acara 8 – 11 Show, mengangkat tema “Stop Kekerasan Ormas”. Dalam acara itu didiskusikan akar masalah kekerasan ormas yang acapkali terjadi di negeri ini. Pagi ini juga, di hari yang sama, jaringan Radio Delta FM, juga mengangkat tema yang hampir senada. Menghadirkan wartawan senior Nuim Khaiyath, Delta mengupas sebab musabab kekerasan yang mudah terjadi di Indonesia. Banyaknya diskusi bertajuk semacam ini, dikarenakan terulangnya kembali tindak kekerasan dan kebrutalan yang mengatasnamakan Islam. Kita tahu, beberapa hari yang lalu sekumpulan massa telah melakukan penyerangan dan pembakaran di dua lokasi yang berbeda. Pertama, penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, dan yang kedua penyerangan terhadap gereja di Temanggung, Jawa Tengah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mudahnya kekerasan terjadi di tengah-tengah masyarakat kita dewasa ini. Dan dalam paparannya yang sangat menarik, Nuim Khaiyath berpendapat bahwa ketidakadilan dan tiadanya penegakan hukum, menjadi biang keladi permasalahan ini bisa terjadi. Menurutnya, amuk massa yang terjadi belakangan ini, boleh jadi merupakan salah satu bentuk amarah masyarakat atas tidak terselesaikannya beberapa kasus hukum yang melibatkan orang-orang besar. Dalam hal ini, mereka sudah tidak lagi mempercayai aparat-aparat negara, yang suka mempermainkan dan memperjualbelikan hukum. Bagi sebagian orang, jalan kekerasan tentu menjadi pilihan terbaik untuk mengapresiasikan segala kekecewaan dan himpitan yang menimpa mereka.
Dalam kasus ini, sekali lagi nampak disproporsional isu yang ditiupkan oleh media-media massa kita. Stasiun televisi serta koran-koran bertiras nasional, kembali hanya mengekspos pihak-pihak yang menjadi korban, tanpa mau mendengarkan keberatan dari pihak mayoritas muslim. Dalam kasus Ahmadiyah misalnya, pasca peneribitan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, sebenarnya sudah jelas duduk perkara kasus ini. Inti dari keputusan itu antara lain bahwa Jemaah Ahmadiyah dilarang untuk menyebarkan ajaran-ajaran yang dianggap oleh jumhur ulama sebagai ajaran yang sesat dan menyesatkan. Dan di pihak lain, tidak ada lagi tindak kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah. Sebuah upaya win-win solution yang sebenarnya sudah cukup untuk menghentikan silang sengkarut masalah ini.
Namun kemudian Jemaah Ahmadiyah tak mengindahkan putusan itu. Di Cikeusik, dan mungkin juga di daerah-daerah lain di Indonesia, mereka tetap menyebarkan ajaran yang jelas-jelas sudah dilarang dalam peraturan itu. Melihat kejadian ini, umat muslim kembali merasa dikhianati. Setelah jalan kompromi tak membuahkan hasil, jadilah cara kekerasan menjadi satu-satunya pilihan untuk menghentikan kegiatan dakwah Ahmadiyah. Disini terlihat dengan jelas, minimnya peran negara untuk menengahi masalah ini. Seharusnya fungsi negara melalui aparatnya yang ada di setiap lapisan masyarakat, mampu meredam gejolak yang kemungkinan bisa membuncah. Namun itu semua tidak dilakukan. Tak adanya lagi fungsi bimas dalam tubuh kepolisian RI, serta dihapusnya dwi-fungsi ABRI, menjadi faktor melemahnya peran negara di tengah-tengah masyarakat. Ditambah lagi dengan kerja badan intelijen kita yang akhir-akhir ini sering mengecewakan.
Menurut pandangan Ahmad Syafii Maarif, tidak berfungsinya negara dalam memberikan ketenteraman kepada masyarakat, menjadi sinyalemen terciptanya negara gagal. Pandangan Maarif makin diperkuat dengan tidak terungkapnya beberapa kasus korupsi yang telah merugikan rakyat hingga triliunan rupiah. Robert Tantular yang jelas-jelas telah menipu banyak nasabah dalam kasus Bank Century, kini entah dimana rimbanya. Gayus Tambunan tersangka kasus mafia pajak, dengan mudahnya bisa keluar-masuk rumah tahanan. Belum lagi Artalyta Suryani yang dipercepat pembebasannya, dengan syarat-syarat yang tak masuk akal. Ahhhh … semuanya membuat pelik negeri ini. Jadi wajar saja kalau kerusuhan dan kekerasan bisa terjadi dimana-mana.
Sumber gambar : http://www.republika.co.id
Kekuatan FreeMason Yahudi bermain di balik masalah Gayus dll.?
Semua orang sepertinya berusaha untuk saling menutupi agar kedok anggota mafia FreeMason utamanya tidak sampai terbongkar.
Jika memang benar demikian, maka tidak akan ada yang bisa menangkap dan mengadili Gembong tersebut -di dunia ini- selain Mahkamah Khilafah!
Mari Bersatu, tegakkan Khilafah!
Mari hancurkan Sistem Jahiliyah dan terapkan Sistem Islam, mulai dari keluarga kita sendiri!
SukaSuka