Kantor N.V. de Bouwploeg di awal abad ke-20

Tak banyak orang yang tahu, kalau dulunya Mesjid Cut Meutia di kawasan Menteng adalah bekas kantor N.V. de Bouwploeg (biasa disebut Boplo). Boplo adalah perusahaan pengembang Nieuw Gondangdia (sebutan Menteng untuk pertama kalinya), yang didirikan oleh Pieter Jacobus Moojen pada tahun 1912. Selain Moojen, proyek ini juga didesain oleh arsitek Belanda lainnya : F.J Kubatz. Pada masanya, ia adalah seorang arsitek yang jempolan. Rancangan Kubatz sangat terasa pengaruhnya, terutama pada bentuk jalan dan taman-taman di Menteng.

Semula Menteng merupakan lahan perkebunan rakyat yang dimiliki oleh sekitar 3.500 orang. Kemudian pemerintah Batavia membeli lahan tersebut untuk dijadikan pemukiman, menggantikan kawasan Molenvliet (kini Jalan Hayam Wuruk – Gajah Mada) yang mulai padat. Berbeda dengan pemukiman lama di Jakarta Kota, proyek ini dirancang sebagai kota taman tropis dengan ruang terbuka hijau mencapai 30%. Pembangunan Menteng terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama berada di bagian utara, yang meliputi Kelurahan Gondangdia saat ini. Dan fase kedua, terletak di bagian selatan Kali Gresik hingga Kanal Banjir Barat. Pada bagian utara, banyak jalan yang disusun secara radial. Sehingga rumah-rumah hook di kawasan ini memiliki bentuk tanah persegi. Disamping itu, pola ini juga menghasilkan persimpangan jalan yang bercabang-cabang. Di depan Galeri Seni Kunstkring (Bataviasche Kunstkring gebouw) misalnya, terdapat simpang yang menjadi tempat bermuaranya lima lebuh utama. Malah di Javaweg (kini Jalan Cokroaminoto) dan Oude Tamarindelaan (kini Jalan Wahid Hasyim), ditemukan persimpangan yang bercabang enam.

Gedung Bappenas dan Gereja St. Paulus di sekitar Taman Suropati

Sedangkan di bagian selatan didominasi oleh arteri yang membujur dan melintang, dengan ruang terbuka hijau yang cukup luas. Beberapa taman dengan ukuran besar seperti Taman Suropati, Taman Situ Lembang, Taman Tugu Proklamasi, dan Taman Menteng, terletak di bagian ini. Diantara taman-taman tersebut, hanya Taman Situ Lembang yang memiliki kolam di tengahnya. Belakangan, di bagian selatan Taman Suropati juga dibuatkan kolam air mancur dengan ornamen patung Diponegoro sedang berkuda. Taman ini sehari-harinya sering digunakan untuk kegiatan olah raga dan pengembangan seni. Karena letaknya yang strategis dan rimbun, banyak bangunan penting yang berlokasi disekelilingnya, yaitu : rumah dinas gubernur Jakarta, rumah duta besar Amerika Serikat, rumah duta besar India, rumah dinas panglima ABRI, rumah dinas wakil presiden, kantor Bappenas, serta gereja Santo Paulus (Nassau Kerk).

Secara garis besar kota taman Menteng dihubungkan oleh dua buah bulevar yang membentang dari utara ke selatan (Van Heutsz Boulevard, kini Jalan Teuku Umar) dan dari timur ke barat (Gresikweg dan Maduraweg, kini Jalan Sutan Syahrir dan Muhammad Yamin). Lalu untuk menghubungkan lalu lintas dari arah Salemba ke dalam kompleks perumahan, ditambahkan satu lagi bulevar : Oranje Boulevard dan Nassau Boulevard (kini Jalan Diponegoro dan Imam Bonjol). Bulevar ini merupakan koridor terpanjang dengan badan jalan yang cukup lebar. Di tengahnya terdapat jalur hijau nan tertata apik, dengan lampu taman yang bergantungan.

Salah satu lebuh raya di Menteng, Jl. Muhammad Yamin

Sejak dibangunnya Jalan M.H Thamrin pada dekade 1960-an, banyak hunian di kawasan ini yang mengubah fungsinya menjadi lahan bisnis. Perubahan ini makin menjadi-jadi sejak selesainya jalan layang Kuningan di tahun 1977, yang menghubungkan Jalan Rasuna Said dengan Jalan Cokroaminoto. Jika sebelumnya hanya Jalan Agus Salim (Laan Holle) dan Cikini Raya yang menjadi sentra pertokoan, maka kini setidaknya ada empat koridor yang bersalin rupa menjadi area komersial, antara lain : Jalan Wahid Hasyim, Jalan Cokroaminoto, Jalan R.P Soeroso, dan Jalan Blora. Kebanyakan rumah di jalan-jalan tersebut, dijadikan sebagai tempat makan, kafe, hotel, rumah sakit, dan perkantoran.

Sebagai hunian kelas satu, Menteng juga dilengkapi oleh berbagai fasilitas pendukung. Seperti tempat ibadah, pertokoan, bioskop, dan lapangan bermain. Sebelum Stadion Menteng dihancurkan, kawasan ini merupakan satu-satunya perumahan elit di Indonesia yang dilengkapi dengan lapangan sepak bola. Dulu stadion yang bernama Viosveld (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) ini, acap digunakan sebagai tempat berolahraga orang-orang Eropa. Seiring berjalannya waktu, lapangan ini kemudian digunakan sebagai home base klub sepak bola Persija Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan hiburan para penghuninya, pihak pengembang mendirikan Jakarta Theatre dan Bioskop Metropole (kini Megaria). Di samping itu, terdapat pula rumah-rumah ibadah, seperti : Mesjid Sunda Kelapa, Mesjid Cut Meutia, Mesjid Cut Nyak Dien, Mesjid Al Hakim, Gereja Santo Paulus, dan Gereja Santa Theresia.

 

Menteng, Kawasan Elit

Rumah tipe mewah di Jalan Taman Suropati No. 7 (Rumah Dinas Gubernur DKI)

Sesuai dengan peraturan tata kota Batavia tahun 1899, Menteng diperuntukkan sebagai tempat tinggal para penguasa dan kaum elit kolonial. Terdapat 7 tipe rumah yang penghuninya disesuaikan dengan golongan dan profesi mereka. Tipe 1 sampai 3 yang berada di tepi jalan utama, diperuntukkan bagi pejabat tinggi dan warga Eropa kelas atas. Model bangunannya menggunakan langgam rumah Indis lama (Oud Indische Huis), yang berhalaman luas serta berserambi depan dan belakang. Yang paling mewah dari tipe ini adalah bangunan dua lantai yang terdiri dari rumah induk (hoofd gebouw) dan paviliun di kedua belah sisinya.

Tipe 4 sampai 7, diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah dan pribumi. Pada zaman kolonial, tipe ini umumnya dihuni oleh para pegawai pemerintahan. Model bangunannya kebanyakan berupa rumah gandeng (koppel), yang dindingnya saling berdempetan antara rumah satu dengan yang lainnya. Untuk tipe ini tidak ada bangunan yang bertingkat. Mayoritas bangunan di kawasan Menteng, pada mulanya menggunakan arsitektur art deco. Namun dewasa ini, banyak dari para ahli waris dan penghuni baru yang mengubah rancangan tersebut dengan model yang lebih modern.

Sejak masa kemerdekaan, hampir keseluruhan rumah di kawasan ini telah berpindah tangan kepada kaum-kaum pribumi. Orang pribumi yang menempati kawasan inipun, kebanyakan adalah golongan elit yang sebelumnya menjadi pemimpin pergerakan. Namun setelah kemerdekaan, banyak diantara mereka yang menduduki posisi penting di negeri ini, seperti : presiden-wakil presiden, menteri, anggota parlemen, dan petinggi militer. Tak sedikit pula pengusaha dan artis papan atas yang menghuni kawasan ini. Kini selain menjadi tempat kediaman tokoh-tokoh nasional, Menteng juga merupakan lokasi kedutaan besar negara-negara sahabat.

 

Tokoh-tokoh nasional yang menghuni kawasan Menteng :

Kediaman Soekarno, kini menjadi Tugu Proklamasi

1. Soekarno, Jl. Proklamasi No. 56
2. Mohammad Hatta, Jl. Diponegoro No. 57
3. Adam Malik, Jl. Diponegoro No. 29
4. Wahid Hasyim, Jl. Diponegoro No. 42
5. T.B Simatupang, Jl. Diponegoro No. 55
6. Ruslan Abdulgani, Jl. Diponegoro No. 11
7. Rahman Tamin, Jl. Diponegoro No. 16
8. B.M Diah, Jl. Diponegoro No. 61
9. Probosutedjo, Jl. Diponegoro No. 20-22
10. Subandrio, Jl. Imam Bonjol No. 16
11. Syarif Thayeb, Jl. Imam Bonjol No. 24
12. A.A Baramuli, Jl. Imam Bonjol No. 51
13. Ruyandi Hutasoit, Jl. Imam Bonjol No. 18
14. Sukamdani Sahid Gitosardjono, Jl. Imam Bonjol No. 50
15. Sutan Sjahrir, Jl Cokroaminoto No. 61
16. Mohammad Natsir, Jl. Cokroaminoto No. 28
17. Adnan Buyung Nasution, Jl. Cokroaminoto No. 70
18. Soedarpo Sastrosatomo, Jl. Cokroaminoto No. 105
19. Taufiq Kiemas, Jl. Teuku Umar No. 27
20. A.H Nasution, Jl. Teuku Umar No. 40
21. Fauzi Bowo, Jl. Teuku Umar No. 24
22. J. Leimena, Jl. Teuku Umar No. 36
23. Maraden Panggabean, Jl. Teuku Umar No. 21

Rumah A.H Nasution

24. Andi M. Yusuf, Jl. Teuku Umar No. 48
25. Murdaya Poo, Jl. Teuku Umar No. 42-44
26. Chairul Tanjung, Jl. Teuku Umar No. 50
27. Kahar Muzakkar, Jl. Teuku Umar
28. I.J Kasimo, Jl. Sutan Syahrir No. 33 A
29. A.M Hanafi, Jl. Muhammad Yamin No. 5
30. Hoegeng Imam Santoso, Jl. Muhammad Yamin No. 8
31. Kemal Idris, Jl. Muhammad Yamin
32. Oesman Sapta Odang, Jl. Muhammad Yamin No. 52
33. Chaerul Saleh, Jl. Pegangsaan Barat No. 30
34. D.N. Aidit, Jl. Pegangsaan Barat No. 4
35. Suwiryo, Jl. Pegangsaan Barat No. 6
36. Usmar Ismail, Jl. Pegangsaan Barat No. 6 Pav
37. Nugroho Notosusanto, Jl. R.P. Soeroso No. 9
38. Sofyan Ponda, Jl. R.P. Soeroso No. 108
39. Adam Bachtiar, Jl. R.P. Soeroso No. 22
40. Achmad Soebardjo, Jl. Cikini Raya No. 80-82
41. Hasyim Ning, Jl. Cikini Raya No. 24
42. Eka Tjipta Widjaja, Jl. Sam Ratulangi No. 18
43. Sofjan Wanandi, Jl. Gereja Theresia No. 25
44. Soeharto, Jl. Cendana No. 8
45. Amir Rasydin Datuk Basa, Jl. Cendana No. 7 B
46. Soedjatmoko, Jl. Tanjung No. 18

Rumah pengusaha, Murdaya Poo & Hartati Murdaya

47. Ibnu Sutowo, Jl. Tanjung No. 16
48. Fadel Muhammad, Jl. Suwiryo No. 39
49. Theo L. Sambuaga, Jl. Cut Nyak Dien No. 9
50. Umar Wirahadikusumah, Jl. Kusuma Atmaja No. 11
51. Emil Salim, Jl. Kusuma Atmaja No. 57
52. B.R Motik, Jl. Kusuma Atmaja No. 70
53. Djamaludin Malik, Jl. Cianjur No. 18
54. Ahmad Yani, Jl. Lembang No. 58
55. Jusuf Kalla, Jl. Lembang No. 9
56. Aksa Mahmud, Jl. Pandegelang No. 27
57. Hamid Algadri, Jl. Serang No. 13
58. Iwa Kusumasumantri, Jl. Agus Salim No. 34
59. Rahimi Sutan, Jl. Agus Salim No. 29 A
60. Hasjrul Harahap, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 1
61. Aburizal Bakrie, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 42
62. Mooryati Soedibyo, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 69
63. Sutomo, Jl. Besuki No. 27
64. Basuki Rahmat, Jl. Besuki No. 11
65. Suprapto, Jl. Besuki No. 19
66. Try Sutrisno, Jl. Purwakarta No. 6
67. Kamardi Arief, Jl. Bondowoso No. 16
68. Alex Kawilarang, Jl. Situbondo No. 8

Rumah Soeharto

69. Djamaluddin Adinegoro, Jl. Banyumas No. 1
70. Wiyogo Atmodarminto, Jl. Banyumas No. 11 A
71. Fuad Bawazier, Jl. Banyumas No. 12
72. Subchan Z.E, Jl. Banyumas No. 4
73. Ali Sadikin, Jl. Borobudur No. 2
74. Soedomo, Jl. Borobudur No. 5
75. Djan Faridz, Jl. Borobudur No. 22
76. M.T. Haryono, Jl. Prambanan No. 8
77. Roestam Effendi, Jl. Sumenep
78. Sutoyo Siswomiharjo, Jl. Sumenep No. 17
79. S. Parman, Jl. Syamsurizal No. 32
80. Iwan Tirta, Jl. Panarukan No. 25
81. Datuk Hakim Thantawi, Jl. Tasikmalaya No. 6
82. Abdul Malik Fajar, Jl. Indramayu No. 14
83. Eddy Sariaatmadja, Jl. Lumajang No. 1
84. Lukman Njoto, Jl. Malang No. 22
85. Rosihan Anwar, Jl. Surabaya No. 13
86. Yenny Rachman, Jl. Surabaya No. 26
87. Dewi Motik, Jl. Surabaya No. 34
88. Jusuf Wanandi, Jl. Lombok No. 2
89. Rustam Munaf, Jl. Maluku
90. Bahder Johan, Jl. Kimia No. 9
91. Sjahrir, Jl. Sukabumi No. 15
92. Titiek Puspa, Jl. Sukabumi No. 23
93. Sutan Muhammad Zain, Jl. Anyer
94. Mochtar Lubis, Jl. Bonang No. 7

Taman Situ Lembang yang asri dan nyaman

sumber gambar : http://www.skyscrapercity.com

Iklan
Komentar
  1. Budi setiawan berkata:

    Sudanco Umar Baschan rumah nya jalan cendana No 3 tidak disebutkan
    Beliau berjasa dalam peristiwa Rengas dengklok

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s