Posts Tagged ‘Laju Inflasi Indonesia’


Jokowi melakukan groundbreaking pabrik smelter Freeport (sumber : presidenri.go.id)

Bulan Oktober nanti Presiden Joko Widodo akan memasuki masa purna tugas. Dalam satu dekade kepemimpinannya, sudah banyak pencapaian yang beliau torehkan khususnya di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Jika kita menyigi data pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka capaian dalam 10 tahun terakhir ini tak bisa dibilang biasa-biasa saja. Di tengah perang dagang antara Amerika vs China serta konflik Rusia vs Ukraina, kita masih bisa mencetak pertumbuhan di atas 5%. Memang di tahun 2020-2022 ekonomi kita sedikit melambat dan sempat mengalami pertumbuhan negatif. Namun setelah pandemi usai (2023), pertumbuhan kita kembali menggeliat dan berada di kisaran 5%. Berbeda dengan di era SBY, pertumbuhan ekonomi di masa Jokowi boleh dikata sudah lebih sehat. Walau angkanya tak setinggi di masa Yudhoyono, namun pada termin kedua pemerintahan Jokowi kita sudah tak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah. Agaknya program hilirisasi yang beliau canangkan sejak tahun 2020 lalu, cukup berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kita.

Selain melakukan hilirisasi minyak kelapa sawit, pengolahan bijih nikel kini juga menjadi handalan Indonesia. Dari pengolahan bijih nikel saja, dalam kurun waktu tiga tahun Indonesia sudah menciptakan nilai tambah ekspor 25 kali lipat. Dimana pada tahun 2020 nilai ekspor produk tersebut hanya sebesar USD 1,4 miliar, dan di tahun 2023 sudah melonjak ke angka USD 34,8 miliar (setara Rp 528 triliun). Karena ekspor kita yang didominasi barang hasil olahan itulah, maka sejak bulan Mei 2020 (52 bulan berturut-turut) neraca perdagangan kita terus mengalami kelebihan. Walau terjadi penurunan sebesar USD 5,47 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun di tahun 2024 Indonesia sudah membukukan surplus senilai USD 18,85 miliar. Di periode pertama kepemimpinan Jokowi kita juga pernah mengalami surplus selama 18 bulan (Januari 2016-Juni 2017), namun nilainya tak sebesar yang sekarang ini. Berbeda dengan surplus perdagangan di periode pertama yang masih ditopang barang-barang tambang, surplus perdagangan di termin kedua lebih ditunjang oleh hasil industrialisasi.

(lebih…)