Posts Tagged ‘Naskah di Indonesia’


Sampul Majalah Tempo edisi Kebangkitan Nasional

Majalah Tempo dalam edisi khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional, menurunkan laporan mengenai 100 catatan yang merekam perjalanan sejarah bangsa. Laporan itu, seperti halnya edisi khas Tempo lainnya, disusun dari hasil diskusi para pakar, yang kali ini melibatkan Taufik Abdullah, Goenawan Mohamad, Parakitri T. Simbolon, Ignas Kleden, Asvi Warman Adam, serta Putut Widjarnako. Catatan ini terdiri dari : maklumat, peta, pidato, catatan harian, puisi, prosa, serta buku fiksi dan non-fiksi, yang terbit dalam rentang waktu satu abad (1908-2008). Menurut redaktur Tempo, 100 catatan ini merupakan teks-teks yang menyuarakan imaji kebangsaan. Kumpulan aksara yang membuat imaji kita tentang Indonesia selalu bergerak dan terus diperbaharui. Memilih ribuan naskah untuk dimasukkan ke dalam daftar 100 catatan terbaik, tentu tidaklah mudah. Oleh karenanya, banyak naskah-naskah yang dianggap cukup kredibel — seperti Kalangwan karya Pastor Zoetmulder, yang mengulas tentang sastra Jawa Kuno, serta The Island of Bali karya penulis Meksiko Miguel Covarrubias — harus tersingkir dari daftar tersebut.

Di samping dua naskah itu, penulis mencatat beberapa karya penting yang luput dari pengamatan Tempo, antara lain : naskah Supersemar yang ditulis oleh Soekarno, pidato politik Berdayung di Antara Dua Karang (Mohammad Hatta), serta Surat Pengunduran Diri Soeharto. Selain itu buku-buku politik yang cukup berpengaruh, namun tak masuk ke dalam Daftar Tempo adalah Naar de Republiek Indonesia (Tan Malaka), serta 6000 Tahun Sang Merah Putih (Mohammad Yamin). Dari dunia militer, buku Pokok-pokok Gerilya karya A.H Nasution, juga tidak termasuk ke dalam 100 daftar tersebut. Padahal buku ini banyak diulas oleh para praktisi militer mancanegara. Buku biografi tokoh, hanya Dari Penjara ke Penjara (Tan Malaka) yang masuk ke dalam daftar, yang lain seperti : Soekarno karya Cindy Adam, Mohammad Hatta : Biografi Politik (Deliar Noer), Sjahrir : Politics and Exile in Indonesia (Rudolf Mrazek), serta Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik (Harry A. Poeze), tak diulas dalam edisi khusus tersebut.

(lebih…)

Iklan