Banyak orang yang tak tahu dengan Mosi Integral Natsir. Padahal peristiwa itu merupakan salah satu tonggak penting bagi keberlangsungan negeri ini. Dimana Indonesia yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi beberapa bagian, dipersatukan ke dalam sebuah republik. Pada bulan April 1950, dihadapan anggota parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS), Natsir menyatakan agar RIS dibubarkan. Dan seluruh negara bagian, diminta untuk bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mosi ini menjadi jawaban atas segala kemelut yang terjadi di daerah pasca Konferensi Meja Bundar (KMB). Kala itu banyak daerah yang kebingungan dengan hasil KMB yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara serikat. Akibatnya, banyak huru-hara yang memprotes keputusan tersebut. Setelah melobi beberapa pimpinan fraksi, Natsir akhirnya memperoleh kesimpulan bahwa negara-negara serikat mau membubarkan diri dan bergabung dengan Republik Indonesia. Kesimpulan itulah yang hingga kini menjadi landasan hukum, bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan.
Lima bulan setelah mengumumkan Mosi Integral, Natsir diangkat menjadi Perdana Menteri menggantikan Mohammad Hatta. Ia dilantik oleh Soekarno di Yogyakarta pada tanggal 7 September 1950 dan menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia bersatu yang pertama. Baru saja menjabat, ia harus menghadapi berbagai pemberontakan di daerah, terutama di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Akibatnya kabinet ini lebih banyak mengurusi keamanan, tenimbang memikirkan kesejahteraan rakyat. Meski tergolong zaken kabinet, namun pemerintahan ini gagal membentuk koalisi dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). Saat itu, kabinet Natsir banyak diisi oleh orang-orang dari Masyumi, Partai Sosialis Indonesia (PSI), serta Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR). Sedangkan PNI yang menjadi pimpinan parlemen – kala itu diketuai R.M. Sartono – lebih banyak mengkritisi tenimbang mendukung pemerintah.
(lebih…)