Revolusi Iran 1979 telah mengubah segalanya. Peta politik duniapun sedikit bergeser dibuatnya. Tak adanya perimbangan kekuatan di Timur Tengah sebelum itu, membuat Amerika dan konco-konconya bebas mendikte seenaknya. Minyak dan eksistensi Israel menjadi ambisi Amerika untuk mengontrol Timur Tengah. Tapi kini ceritanya lain. Iran bersama Suriah dan organisasi-organisasi perjuangan seperti Hamas, Hizbullah, dan Jihad Islam menjadi kekuatan penyeimbang vis a vis Amerika dan Israel.
Iran dengan teknologi mutakhirnya, bukanlah Reza Pahlevi yang dulu. Iran sesadar-sadarnya yakin bahwa kelemahan teknologi militerlah yang membuat Timur Tengah selama ini gampang didikte. Kini ketika teknologi nuklir komplit dikuasainya, Amerika, Israel dan beberapa sekutunya bak kebakaran jenggot. Keberhasilan negara Parsi inipun, membuat pemimpin negara-negara Arab merasa tak enak. Mereka gundah, sebuah kekuatan dan pengaruh baru telah hadir. Arab Saudi dan Mesir, yang memiliki pengaruh regional, merasa tersaingi dengan kemajuan Iran.
Pasca penyerangan Lebanon Selatan 2006 dan Gaza akhir tahun lalu, pengaruh Iran semakin terasa. Iran senantiasa mengulurkan tangan, memberikan bantuan, terutama senjata dan pelatihan militer bagi organisasi perlawanan Zionis. Di Palestina, lebih dari negeri-negeri Arab lainnya, Iran bagaikan pelindung eksistensi mereka. Terowongan antara Rafah dan Gaza, menjadi saksi begitu derasnya bantuan Iran untuk pembebasan Palestina.
Kini keadaan sulit mendera Amerika. Krisis finansial yang menggerogoti sejak dua tahun lalu, membayangi kehancuran sang adidaya. Presiden Obama yang paham akan kondisi, tak banyak berkutik untuk mendikte keinginannya. Alih-alih berkonfrontasi dengan Iran, Amerika malah membuka babak baru dengan menempatkan Iran sebagai mitra yang sejajar. Keadaan ini tentulah menjepit Israel dan menguntungkan posisi Iran.
Di bawah rezim Benyamin Netanyahu yang radikal, agaknya Israel akan semakin deras mencaplok tanah-tanah orang Arab. Jika ini terjadi, maka jalur diplomasi yang telah digalang bertahun-tahun, akan semakin mentah dibuatnya. Mungkin perang menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah. Dan tentu seperti halnya Amerika untuk Israel, Iran dengan segala kepiawaiannya akan menjadi motor bagi kemenangan Palestina.
Kemarin Senin 20 April 2009, adalah hari penuh kesempatan bagi Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Beliau diperbolehkan tampil berpidato dalam konferensi anti-rasisme di Jenewa. Seperti yang sudah-sudah, Ahmadinejad dengan retorika khasnya mengkritik keras politik rasis yang dijalankan pemerintah Israel. Tak pelak pidato ini membuat geram para diplomat Eropa, yang kemudian melakukan walk out sebagai bentuk protes mereka. Kejadian ini memang tak biasa. Dalam 50 tahun terakhir, tak ada seorangpun pemimpin Islam yang sebegitu tajamnya mengkritik Israel, hingga mendapatkan protes keras dari negara-negara Eropa. Pidato ini dan reaksi yang ditimbulkannya, tentu tak akan menurunkan kredibilitas Iran. Malah sebaliknya, ini akan semakin melambungkan martabat Iran, dan menjadikannya negara yang diperhitungkan dalam pusaran politik dunia.
Tanpa kita sadari Iran telah memainkan politik tingkat tinggi. Yakni dengan cara menyusupkan senjata sembari beretorika di sidang-sidang dunia. Sebuah politik yang juga dimainkan oleh Amerika dan Uni Soviet ketika perang dingin dulu.
Sumber foto : http://www.eramuslim.com
mantap cuy, hidup iran maju trus pantang mundur, terjang lah adidaya barat, kami umat muslim sedunia mendukung pahlawan kami iran
SukaSuka
betul saya setuju eunk iran sebagai kekuatan umat islam sedunia / islam itu cinta perdamaian eynk .
SukaSuka
Tooooop….!!!!
SukaSuka