Hard Rock Cafe, salah satu tempat kongkow di Jakarta


Karuan saja tingkah laku para komuter kereta listrik di selingkaran kota Jakarta (baca : KRL Jabotabek). Cuma karena bersua tiap pagi dan sore, mereka sampai-sampai buat arisan. Nggak tua nggak muda, nggak laki nggak perempuan, tanpa memandang profesi dan domisili, mereka bersatu dalam sebuah komunitas. Biasanya pihak yang mengkoordinir arisan adalah ibu-ibu yang paling ngocol diantara mereka. Kegiatan mereka tak hanya sekadar kocok arisan. Untuk memperkuat keanggotaan, mereka juga mengadakan perayaan ulang tahun dan buka puasa bersama. Kadang jika ada anggota komunitas yang nikahan atau lahiran, mereka tak lupa untuk urunan, sebagai bukti kepedulian terhadap sesama anggota. Untuk melayani keluhan serta curhat diantara penumpang KRL, milis KRL Mania menjadi wadahnya. Disini para KRL-ers bisa menumpahkan uneg-uneg hingga berbagi cerita. Komunitas kereta Jabotabek adalah salah satu contoh unik komunitas orang-orang Jakarta.

Di tempat dan waktu terpisah, ratusan orang rela keluar malam untuk mengejar midnight sale. Penyelenggara acara obral ini, biasanya toko-toko ternama macam Metro, Sogo, Matahari, dan Centro. Selain itu beberapa outlet asing seperti Zara, Mark and Spencer, dan Louis Vuitton, juga kerap mengadakan midnight sale untuk menambah penjualan akhir tahun. Diskon yang mereka agihpun tak tanggung-tanggung, hingga 70% ! Hitung-hitung ngabisin stok lama, kegiatan diskon besar-besaran inipun tak merugikan produsen. Para eksekutif muda Jakarta yang berpenghasilan pas-pasan namun hendak memakai produk-produk bermerek, sangat menantikan momen-momen seperti ini. Prinsip mereka, bisa tampil parlente tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Maklum, gaji bulanan yang didapat hanya pas untuk ongkos, bayar kos, dan makan sehari-hari.


Populasi Greater Jakarta di tahun 2009 ini, diperkirakan mencapai 24 juta jiwa. Dengan luas 5.400 km2, kota ini terlampau padat. Padatnya kota nampak dari semakin meningkatnya pengguna sepeda motor. Maraknya pemberian kredit oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan, memudahkan warga Jakarta untuk memiliki alat transporatasi yang satu ini. Kemacetan di jalan raya serta mahalnya ongkos kendaraan umum, telah mendorong masyarakat untuk berbondong-bondong membeli sepeda motor. Banyaknya pengguna sepeda motor, mengakibatkan lengangnya angkutan umum. Para supir angkot kerap mengeluh, jika di jam-jam siang penumpang yang naik sulit di dapat.

Pengendara motor di Jakarta terkenal suka ugal-ugalan dan tak tertib berlalu lintas. Jika dibandingkan dengan kota-kota lain, mungkin pengendara motor di Jakarta-lah yang paling beringas. Tak berhelem, memotong lajur sesukanya, jalan di jalur yang berlawanan, dan acap kali menerobos lampu merah. Yang muda-muda lain lagi perangainya. Untuk melampiaskan kejantanan mereka, lebuh-lebuh besar sering dijadikan tempat ajang pacu motor. Setiap malam minggu, Jalan Benyamin Sueb di Kemayoran sering berubah fungsi menjadi sirkuit dadakan. Walau sudah banyak yang mati dari ajang pacu motor ini, anak-anak muda liar itu tak pernah jera untuk melakukannya.


Jazz Goes to Campus di Fakultas Ekonomi UI


Omong-omong anak muda Jakarta, banyak cerita asik dari seputaran kegiatan mereka. Dari aksi brutal balap motor kayak yang di atas, sampai aktivitas anak-anak alim yang sukanya berdiskusi. Di Jakarta, organisasi remaja bernuansa Islam tak sulit dijumpai. Kalau anak-anak Menteng biasanya ngumpul di Mesjid Sunda Kelapa, maka anak-anak Kebayoran Baru biasa nongkrong di Mesjid Al-Azhar. Kegiatan merekapun beraneka rupa. Dari ngadain kajian, bakti sosial, ataupun mengajar adik-adik kecil mengaji. Bulan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu. Biasanya, di bulan penuh berkah ini, acara mereka seabrek-abrek. Dari acara sahur di jalan, buka puasa bersama anak yatim, sampai menyelenggarakan konser nasyid. Diantara semua organisasi pemuda, RISKA Sunda Kelapa yang paling getol.

Kegiatan mahasiswa Jakarta juga tak hanya demo-demo belaka. Mereka yang suka berdebat, biasa ngadain seminar dengan mengundang para pembicara kondang. Pembicara itu diharap mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang buntu ketika berdiskusi. Di UI dan UIN, acara-acara seminar macam ini marak digelar. Bagi mereka yang hobi bermusik, mengadakan festival di kampus merupakan suatu keharusan. Dari semua festival musik yang diselenggarakan mahasiswa Jakarta, mungkin Jazz Goes to Campus-nya FEUI yang paling ciamik.

Selain Ancol, Taman Mini, dan Ragunan, pusat perbelanjaan seperti mal dan plaza menjadi tujuan favorit keluarga Jakarta di akhir pekan. Disamping menjadi tempat belanja, mal-mal di Jakarta banyak pula yang berfungsi sebagai tempat rekreasi. Konsep one stop service yang memadukan belanja dan rekreasi, telah menjadi pilihan bagi para pengelola mal untuk menarik pengunjung. Sebut saja misalnya Mal of Indonesia di Kelapa Gading. Mal dengan theme park indoor terbesar ini, menghadirkan tempat belanja sekaligus wahana bermain bagi anak-anak. Bagi keluarga Jakarta yang super sibuk dan jarang bercengkerama, tempat semacam ini sering menjadi pilihan. Di satu tempat, semua anggota keluarga bisa memenuhi keperluannya masing-masing. Dari ibu yang hendak berbelanja, ayah yang ingin mencicipi kudapan luar, hingga anak-anak yang mau bermain. Sehingga tak heran jika berkunjung ke mal atau plaza di akhir pekan, parkiran, food court, dan stan-stan belanja penuh dijubeli pengunjung.


Jalan Kemang Jakarta Selatan


Kaum sosialita ibukota, banyak dijumpai di tempat-tempat kongkow papan atas. Kalau jaman Belanda dulu sosialita Batavia sering berkerumun di Harmoni, maka kini arena kumpul telah menyebar ke beberapa tempat. Bagi mereka penggemar musik, mungkin kafe menjadi pilihannya. Untuk yang satu ini, Jalan Kemang yang paling favorit. Kalau mau lebih eksklusif lagi, mereka bisa mangkal di Hard Rock Café atau Bengkel Café, walaupun yang terakhir ini agak meredup pamornya. Kaum sosialita ibukota, biasanya orang-orang kelas menengah yang kelebihan uang. Mereka berpenampilan cik, wangi, dan rapi jali. Tunggangannya pun tak tanggung-tanggung, Mercy S-Class ! atau setidak-tidaknya sedan Camry keluaran terbaru. Bagi mereka, kumpul-kumpul bukan sekadar gaya hidup. Namun juga untuk menambah relasi guna menunjang karir dan kesuksesan bisnis.

Berdasarkan data yang diluncurkan Litbang harian Kompas beberapa bulan lalu, ternyata jumlah penduduk Jabotabek yang berpenghasilan di atas 10 juta per bulan mencapai dua juta orang. Hal ini berarti, jumlah kelas menengah di Jabotabek telah menyamai Singapura, bahkan melampaui jumlah di Manila atau Kuala Lumpur. Warga kelas menengah inilah yang telah membentuk dan mengakselerasi perekonomian Indonesia. Mereka enerjik, penuh talenta, serta lebih kritis jika dibandingkan generasi sebelumnya. Di usia yang relatif muda, mereka telah mampu membeli real estat dan mobil pribadi.

Booming pasar keuangan serta IT dalam satu dekade terakhir, telah banyak melahirkan wirausaha muda yang handal. Satu dari sekian banyak profesi yang menghasilkan, adalah manajer investasi. Pertumbuhan transaksi saham yang mencapai 30 kali lipat jika dibandingkan sepuluh tahun lalu, telah melahirkan orang-orang kaya baru. Penghasilan mereka yang konon mencapai 30 juta per bulan itu, telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu metropolitan dunia yang menjanjikan.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s