Baru-baru ini Majalah SWA bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) menyelenggarakan survei dalam rangka Indonesia Tourism Award (ITA) 2010. Kegiatan ini terselenggara untuk yang kedua kalinya, sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan pariwisata Indonesia. Dalam hasil survei itu terlihat bahwa Denpasar, Bali merupakan kota terfavorit (the most favourite cities) pilihan responden. Selain itu dua daerah wisata Bali lainnya, yakni Bedugul dan Pantai Sanur terpilih sebagai daerah tujuan wisata paling favorit (the most favourite destination cities).
Tak beranjaknya daerah tujuan wisata utama kita dari Pulau Dewata, menandakan tak adanya perkembangan berarti pariwisata di daerah lain. Hal ini diperkuat oleh timpangnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang mengunjungi Bali dibanding dengan propinsi-propinsi lainnya. Berdasarkan data Kemenbudpar 2009, tercatat bahwa Bali dikunjungi oleh sekitar 2,38 juta wisman atau 37,7% dari total seluruh wisman yang berkunjung ke Indonesia. Banyak faktor yang menghambat perkembangan pariwisata di daerah-daerah lain. Salah satunya adalah sarana seperti hotel, restoran, dan klub-klub malam. Selain itu kemudahan wisatawan menjangkau wilayah tersebut, juga menjadi faktor penentu sukses tidaknya pariwisata di daerah itu.
Kita ambil contoh Nusa Tenggara Barat (NTB), propinsi yang berjarak sepelemparan batu dari Bali. Wilayah ini sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan sebagai daerah wisata unggulan. Namun karena minimnya transportasi menuju wilayah tersebut, menyebabkan enggannya turis-turis mancanegara mengunjunginya. Pada tahun 2009, NTB hanya didatangi oleh sekitar 14 ribu wisman, angka ini jauh di bawah Sumatera Utara dan Sulawesi Utara, dua propinsi yang letaknya cukup berjarak dari Pulau Dewata. Andaikan saja NTB bisa merangsang setidak-tidaknya 10% wisatawan Bali, maka wisman yang bisa terjaring sekitar 238 ribu orang. Hal ini tentu saja sangat berarti bagi penciptaan lapangan kerja masyarakat setempat. Andai saja Kemenbudpar dan Pemda NTB bisa merealisasikannya, tak perlu lagi berbondong-bondong warga NTB untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di negeri jiran. Cukup menjadi pekerja yang mendukung pariwisata, pendapatan mereka mungkin bisa lebih besar dari sekedar menjadi TKW.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa pertumbuhan angka kunjungan wisman terbesar terjadi di propinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Dari 1.200 orang wisman pada tahun 2006, tiga tahun kemudian Sulsel dikunjungi oleh sekitar 20.200 wisman. Artinya terjadi pertumbuhan kunjungan wisman sebesar 1.682% per tiga tahunnya. Lonjakan ini terjadi, mungkin karena rampungnya renovasi Bandara Hasanuddin serta revitalisasi jalur penerbangan luar negeri menuju dan ke Kota Makassar. Direhabilitasinya Pantai Losari serta selesainya Trans-Kalla Studio sebagai indoor theme park terbesar di dunia, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Kalau dulu Pemda Sulsel hanya mengandalkan Tana Toraja sebagai daerah wisata unggulan mereka, maka kini Makassar serta wilayah-wilayah di sekitarnya coba untuk diberdayakan. Mengingat jauhnya Toraja dari Makassar, hampir sehari perjalanan darat, rasanya tak cocok lagi jika Sulsel hanya mengandalkan daerah itu.
Satu lagi propinsi yang mulai berbenah adalah Jawa Barat (Jabar). Propinsi ini memang menjadi salah satu tujuan favorit turis dalam negeri, terutama orang-orang Jakarta. Namun beberapa tahun lalu, turis-turis asing enggan melirik Jabar. Padahal disana ada segudang daerah wisata yang menarik. Selain Bandung yang Paris-nya Jawa, juga ada kawasan Puncak-Bogor, serta Pantai Selatan yang terbentang dari Pelabuhan Ratu hingga Pangandaran. Melihat realitas ini, maka Pemda Jabar segera melakukan terobosan, dengan membuka penerbangan langsung dari Bandung menuju Kuala Lumpur dan Singapura. Tak kurang dari itu, untuk melayani wisman yang mendarat di Soekarno-Hatta, disediakan pula mobil travel dan bis cepat menuju Bandung. Dibukanya Tol Cipularang tahun 2005 lalu, memberi berkah tersendiri bagi pariwisata Jabar. Wisman-wisman yang berkunjung ke Jakarta, bisa sekalian mencicipi indahnya alam Parahyangan, tanpa dikenakan cost yang berarti.
Dari sekian banyak daerah wisata potensial di Indonesia, Sumatra Barat (Sumbar)-lah yang paling unik mempromosikan pariwisatanya. Propinsi yang terkenal dengan para perantaunya ini, justru banyak menggaet orang-orang Minang sendiri, yang bertebaran di seluruh dunia untuk sering-sering pulang kampung. Untuk itu, maka program Pulang Basamo-pun sering menjadi tema wisata Sumbar. Sekurang-kurangnya event ini terselenggara dua kali setahun, yakni pada musim libur lebaran dan libur panjang anak sekolah. Selain itu untuk menambah semaraknya dunia wisata Sumbar, Pemda bersama Kemenbudpar mengadakan Tour de Singkarak setiap tahunnya. Lomba balap sepeda sekelas Tour de Langkawi ini, digadang-gadang sebagai salah satu ajang promosi wisata Sumbar ke dunia luar. Oohh pantas saja Bukittinggi menjadi kota yang paling direkomendasikan dalam survei kali ini, ternyata kota itu sering menjadi sorotan wartawan ketika meliput Tour de Singkarak.
Lihat pula :
1. Banyak Libur di Bali
2. Berwisata ke Ranah Minang
3. Melancong ke Kota Tua Jakarta
4. Wisata Belanja di Jakarta