Sudah 7 tahun lebih duet Nurdin Halid-Nugraha Besoes memimpin PSSI. Namun prestasi yang ditunggu-tunggu pecinta sepak bola tanah air, tak jua kunjung tiba. Prestasi terakhir yang ditorehkan oleh tim nasional (timnas) Indonesia adalah pada tahun 1991, ketika berhasil keluar sebagai juara SEA Games di Filipina. Saat itu PSSI dipimpin oleh Kardono, yang didapuk sejak tahun 1983. Pada periode 1991-1999, PSSI dipimpin oleh Azwar Anas. Di bawah kepemimpinannya ia berhasil mengantarkan Indonesia untuk kali pertama tampil di Piala Asia (1996). Pada era ini pula ranking tim nasional Indonesia berhasil mencapai peringkat tertinggi sejak masa kemerdekaan, yakni di urutan 76. Selain pelatih, faktor lain seperti kompetisi dan pembinaan usia muda turut mempengaruhi pencapaian ini. Seperti diketahui Azwar berhasil mempersatukan dua kompetisi terbesar saat itu, Galatama dan Perserikatan, menjadi satu kompetisi : Liga Indonesia. Sayang ! pada tahun 1998 ia mengundurkan diri karena skandal sepak bola gajah. Jabatannya kemudian diisi oleh Agum Gumelar.
Setelah kepemimpinan Agum berakhir, sejak tahun 2003 PSSI diketuai oleh Nurdin Halid. Ia memang berhasil membawa Indonesia dua kali berlaga di Piala Asia. Namun hasilnya seperti yang sudah-sudah, belum beranjak dari fase penyisihan grup. Pasca keikutsertaan itu prestasi Indonesia terus mandeg, bahkan cenderung menurun. Contoh terakhir adalah pada turnamen Piala AFF yang digelar sejak 1 Desember 2010 lalu. Hingga tulisan ini diturunkan, posisi Indonesia tertinggal 0-3 dari Malaysia, setelah bermain pada laga final leg pertama di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Skuad Garuda yang perkasa, seolah-olah tak berdaya menghadapi Mohammad Shafee dan kawan-kawan. Lini belakang tim nasional yang biasanya kokoh, kali ini compang-camping dibuatnya. Maman Abdurrahman dan Hamka Hamzah, sering membuat kesalahan-kesalahan elementer. Posisi striker-pun setali tiga uang. Duet Gonzales-Yongki, yang kemudian berganti dengan Irfan-Bambang, mandul bak perawan tua.
Dari sisi non-teknis, para pengamat mengalamatkan kekalahan ini kepada ketua umum PSSI Nurdin Halid. Yang dianggap tidak becus memenej organisasi. Sebelum keberangkatan ke Kuala Lumpur, Nurdin yang orang Golkar itu, memboyong anak-anak asuh Alfred Riedl menghadap bos-nya Aburizal Bakrie (Ical). Dalam pertemuan itu, Ical menjanjikan akan memberikan tanah tempat berlatih seluas 25 hektar dan bonus sebesar Rp 3,5 miliar. Janji Ical itu merupakan bentuk apresiasinya atas keberhasilan timnas menembus final Piala AFF 2010. Setelah itu Nurdin mengadakan istighasah serta doa bersama, dan kembali mengajak seluruh skuad tim nasional untuk menghadirinya. Acara ini tentu ditentang Riedl, karena menurutnya kegiatan ini akan mengganggu konsentrasi anak-anak latihnya. Tapi apa mau dikata, jika bos berkehendak apapun harus dituruti.
Tak pahamnya pengurus PSSI dalam mengelola organisasi, disayangkan oleh banyak pihak. Nurdin yang dalam seminggu terakhir ini telah mempolitisir kemenangan timnas untuk mengangkat popularitasnya, dianggap sebagai biang keladi kekalahan kita atas tim Malaysia. Belum lagi umbar kata-kata yang dipertontonkannya di media-media televisi tanah air. Pernyatan-pernyataannya yang bombastis, serasa kalau timnas sudah keluar sebagai kampiun. Dan yang paling memuakkan adalah, Nurdin selalu mengait-ngaitkan pencapain timnas ke final, sebagai bagian dari keberhasilannya. Padahal sudah tiga kali timnas kita masuk final Piala AFF. Namun itu semua, dianggap biasa-biasa saja dan bukanlah suatu hal yang istimewa.
Ini baru satu sisi kebobrokan PSSI di bawah komando Nurdin Halid. Kesalahan lainnya adalah tidak becusnya PSSI sebagai penyelenggara, dalam mendistribusikan tiket kepada penonton. Sejak pertandingan babak penyisihan berlangsung, terlihat bahwa pendistribusian tiket awut-awutan. Calon penonton yang sudah menunggu berjam-jam sering dibuat kecewa. Dan kekesalan itu memuncak pada Minggu sore kemarin (26/12). Ketika ribuan pendukung timnas, mendobrak pintu masuk dan pagar Gelora Bung Karno. Mereka merangsek masuk, memaksa, dan menyerbu para panitia penjual tiket. Emosi sebagian pembeli-pun tak tertahankan. Mereka merusak beberapa fasilitas stadion dan memijak-mijak rumput yang akan digunakan pada partai leg kedua hari Rabu nanti.
Kekisruhan itu, buah dari mismanajemen PSSI dalam mengelola organisasi. Bukankah lebih enak kalau PSSI mendistribusikan penjualan tiket ke beberapa agen profesional. Atau kalau mau lebih canggih lagi, PSSI bisa menggunakan sarana digital atau e-ticket. Dengan cara ini calon penonton dari luar kota, tak perlu lagi datang ke Senayan dan mengantre hingga berhari-hari. Kalaupun PSSI tetap ngotot ingin menjual tiketnya sendiri, sewalah satuan-satuan pengamanan profesional. Atau panggil beberapa pleton polisi dan tentara, untuk mengurusi keamanan dan ketertiban calon pembeli. Dengan cara seperti ini, maka kekisruhan dan kerusuhan seperti sore kemarin bisa diminimalisir.
Kalau melihat cara-cara PSSI dalam mengelola sebuah event, rasanya saya pesimis Indonesia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia dalam jangka waktu dekat. Wong ngurusin Piala AFF yg skupnya ASEAN saja masih acak-acakan. Melihat carut marutnya kondisi persepakbolaan kita, saya berharap kepada Bapak-bapak yang terhormat untuk mundur secara legawa. Langkah ini dirasa lebih terhormat dan sportif, ketimbang Anda dipaksa turun oleh kekuatan massa yang makin membesar.
nice writing! thanks a lot for the infos 🙂
SukaSuka
kita lht ja sepak bola indonesia kedepannya?
klo msh NH yg mmpimpin…
bagaimana?
spak bola indonesia perlu perubahan, terutama dari PSSI.
jangan terlalu PD untuk NH.
blm apa2 tiket AFF udh d naikin..
untuk nurdin halid, klo bs kendalikan PSSI di dalam kuburan aja.
jgan cm di penjara..
blum puas apa, dgn sgala praktek manipulasi mu?
berikan kesempatan untuk org yang lbh kompeten dalam sepak bola,
birokrasi indonesia udh bobrok, jgn di bobrok-bobrokin lg lh.,
mantan napi jadi ketum PSSI,
napi jadi gubernur,
udh bnyk yg melenceng,
untuk Nurdin Halid, perbanyaklah berzikir…
bertobat kpd allah swt.
knp smua orang demo menuntut kamu mundur,,,?
jgn terll berfikir negatif, bangsa ind perlu perubahan…
semua orang demo bkn krn ada yg tdk senang dgn kepemimpinan kamu.
rakyat indonesia cm perlu perubahan…
berlakulah profesional, jgn selalu ngelesss…
SukaSuka
kekalahan indonesia atas malaysia dlm final AFF 2010,
jadi pembelajaran untuk PSSI agar berbenah,
sporter IND jg pake Laser sewaktu ind vs Malay 5-1.
jadi, bkn krn sporter malay yg curang.
atau timnas qt yg tdk bs bermain.
Timnas senior udh welllll,
saya tdk mengatakan pak GT atau AP bs memimpin,atau berkompeten,,
untuk nurdin halid ikutin aturan yng sdh ada saja,
menpora hanya menyalurkan aspirasi rakyat,
aspirasi rakyat yg slm ini memimpikan spk bola indonesia agar maju.,
SukaSuka