Kostum F.C. Barcelona di Qatar Airways

Kostum F.C. Barcelona di Qatar Airways

Sejak tahun 2010, Qatar muncul sebagai negeri termakmur di dunia. Keberhasilan Qatar sebagai negeri terkaya, tentu mengundang decak kagum sekaligus tanda tanya bagi kita. Bagaimana negeri liliput di Teluk Persia itu, bisa menggerakan roda ekonominya? Padahal 50 tahun lalu, negeri itu hanyalah perkampungan nelayan yang tak begitu berarti. Dari data IMF pada tahun 2015, pendapatan per kapita (purchasing power parity) masyarakat Qatar mencapai USD 145.894. Dengan populasi sebanyak 2,5 juta jiwa — dimana hanya 13%-nya yang menjadi warga negara, Qatar merupakan satu-satunya negara di dunia yang tak berpenduduk miskin. Menurut The Economist, sekitar 14% rumah tangga disini tergolong sebagai miliuner. Meski sangat kaya, namun pemerataan pendapatan di negeri ini relatif senjang (koefisien Gini sebesar 41,1). Hal ini dikarenakan adanya penguasaan kekayaan pada segelintir orang, khususnya anggota keluarga kerajaan.

Dalam empat dekade terakhir, sektor pertambangan memang menjadi sumber utama perekonomian negara. Dari data yang dirilis International Business Publications (IBP), lebih dari 70% penerimaan pemerintah dan 60% PDB Qatar berasal dari minyak bumi dan LNG (gas alam cair). Dengan cadangan minyak mencapai 15 miliar barel dan gas alam lebih dari 7.000 km³, bisa dipastikan dalam 23 tahun ke depan Qatar tetap mengandalkan sumber daya alam sebagai penopang ekonominya. Untuk mengeksplorasi cadangan minyak bumi yang begitu besar, Qatar punya BUMN yang dikelola secara profesional : Qatar Petroleum (QP). Menurut Bloomberg, saat ini QP merupakan produsen gas alam cair terbesar di dunia.

Dari hasil penjualan minyak bumi dan gas alam, Qatar kemudian menginvestasikan dananya melalui Qatar Investment Authority (QIA). Perusahaan ini mirip seperti Temasek Holdings di Singapura atau Khazanah Nasional-nya Malaysia. Dengan jumlah aset mencapai USD 335 miliar, saat ini QIA berada di urutan kesembilan dalam daftar perusahaan investasi milik negara. Ada beberapa strategic partnership yang dilakukan QIA dengan negara-negara Eropa. Antara lain dengan Prancis, dimana QIA telah menjalin kerja sama untuk menjadi pemegang saham di perusahaan nasional negeri tersebut. Dengan dana sebesar EUR 10 miliar, Qatar telah menjadi pemegang saham minoritas di Lagardere, Total, EADS, Vinci SA, dan Veolia. Pada akhir tahun 2012, Qatar juga membeli salah satu klub sepak bola Prancis yang cukup ternama : Paris Saint Germain. Di Inggris, investasi Qatar justru lebih besar lagi, yakni mencapai EUR 30 miliar. Selain mengambil alih Harrods dari Mohammed al-Fayed, Qatar juga membeli jaringan supermarket terbesar kedua di Inggris : Sainsbury’s. Terakhir mereka juga menginjeksi dana sebesar EUR 7,5 miliar untuk menambah kepemilikan di Barclays. Bersama perusahaan investasi asal Amerika, Colony Capital dan Tutor Saliba Corporation, QIA mendirikan Filmyard Holdings yang kini menjadi induk perusahaan film : Miramax. Di Jerman, ekspansi kapital Qatar juga terbilang cukup massif. Mereka tak hanya menjadi pemegang saham pabrikan otomotif Volkswagen dan Porsche, namun juga perusahaan konstruksi terbesar : Hochtief.

Tak mau bergantung pada sumber daya alam, Qatar mendiversifikasi ekonominya ke dalam beberapa sektor. Salah satunya adalah sektor keuangan, dimana Qatar hendak memposisikan dirinya sebagai pusat keuangan Islam dunia. Meski masih di bawah Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Kuwait, saat ini market share global perbankan Islam negeri ini mencapai 8,1%. Jumlah tersebut jauh di atas Indonesia yang hanya 2,5%. Selain perbankan Islam, aset manajemen syariah di negeri tersebut juga berkembang cukup pesat. Masraf al-Rayan dan QInvest adalah dua perusahaan aset manajemen dan investment banking yang berhasil menjadi pemain global. Salah satu aksi korporasi Masraf al-Rayan yang cukup penting ialah mengakuisisi Islamic Bank of Britain di tahun 2014. Sedangkan QInvest, saat ini aktif melakukan pembiayaan syariah di pasar keuangan Eropa.

Doha, Qatar

Doha, Qatar

Meski tak segencar Dubai (Lihat : Syeikh Mohammed al-Maktoum Mengubah Gurun Menjadi Kota Bisnis Internasional), investasi perusahaan-perusahaan Qatar di belahan lain dunia kini mulai diperhitungkan. Bahkan diantara mereka ada yang dianggap sebagai predator yang mengganggu eksistensi pemain lokal. Salah satu perusahaan telekomunikasi Qatar : Ooredoo, yang menjadi pemegang 65% saham Indosat, kini menjadi ancaman bagi Telkom. Meski masih menguasai pangsa pasar tanah air, namun di Pulau Jawa secara perlahan Indosat Ooredoo mulai menggerogoti Telkom. Tak hanya di Indonesia; di Kuwait, Oman, dan Tunisia, Ooredoo juga menjadi pemain utama. Menurut catatan IBP, sekitar 75% pendapatan mereka diperoleh dari aktivitas di luar negeri. Jika dilihat dari laporan keuangan tahun 2014, maka sekitar USD 6,84 miliar pendapatan Ooredoo didapat dari mancanegara.

Perusahaan Qatar lainnya yang juga mendunia adalah Qatar Airways (QA). Beroperasi pada awal tahun 1994, saat ini QA telah melayani 151 rute tujuan dengan 190 armada. Dukungan penuh pemerintah Qatar, telah menempatkannya sebagai maskapai papan atas dalam kurun waktu satu setengah dasawarsa. Meski mengalami kerugian, pada tahun 2011 Skytrax menobatkannya sebagai maskapai penerbangan terbaik dunia. Pencapaian ini kembali terulang di tahun 2012 dan 2015. Sejak tahun 2011 hingga saat ini, QA selalu masuk ke dalam dua besar maskapai terbaik dunia. Oleh karena itu, Skytrax menempatkannya sebagai maskapai bintang lima, bersama delapan maskapai unggulan lainnya, seperti All Nippon Airways, Singapore Airlines, dan Garuda Indonesia. Untuk memberikan citra positif kepada khalayak luas, QA ikut menjadi sponsor beberapa klub olah raga. Salah satunya adalah klub sepak bola Spanyol : F.C. Barcelona. Baru-baru ini klub tersebut kembali memperpanjang kontrak sponsorship untuk jangka waktu satu tahun, dengan nilai GBP 29,3 juta.

Satu lagi perusahaan Qatar yang memiliki reputasi global adalah Al Jazeera. Jaringan media milik pemerintah ini didirikan pada tahun 1996, setelah stasiun televisi BBC menutup operasinya di Timur Tengah. Meski kepemilikannya dikuasai oleh kerajaan, namun dalam menyajikan berita media ini tetap mengedepankan kaidah jurnalistik. Tak salah jika kemudian media ini menjadi referensi masyarakat Timur Tengah dan kalangan muslim. Bahkan menurut jurnalis Inggris : Hugh Miles, Al Jazeera merupakan counter party bagi media-media Barat, seperti CNN dan BBC. Dalam berbagai liputan – terutama urusan Timur Tengah, nampaknya kantor berita Barat agak keteteran dalam menyaingi eksklusifitas Al Jazeera. Hal ini dikarenakan kedekatan hubungan, serta kepercayaan tokoh-tokoh Arab terhadap media tersebut. Salah satu liputan yang cukup berharga yang kemudian dibeli mahal oleh media lainnya adalah : Perang Afghanistan dan wawancara dengan Osama bin Laden. Menurut Mohammed El-Nawawy dalam bukunya “Al-Jazeera: The Story of the Network That is Rattling Governments and Redefining Modern Journalism” menyebut, media ini bisa menjual satu liputan acaranya hingga mencapai USD 250.000.

 

* * *

Imigran Asal India Mengerjakan Proyek Infrastruktur di Qatar

Imigran Asal India Mengerjakan Proyek Infrastruktur di Qatar

Karena beroleh surplus dari penjualan minyak dan gas alam, pemerintah Qatar bisa memberikan tunjangan cukup besar bagi masyarakatnya. Selain subsidi listrik dan air, warga negara Qatar juga menerima bantuan keuangan untuk membeli rumah, membiayai pendidikan anak, serta tunjangan kesehatan. Saat ini, sebagian besar warga negara Qatar bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pendidik, dan di industri minyak dan gas alam. Tak heran jika kemudian Indeks Pembangunan Manusia di negeri ini mencapai angka 0,85 (sangat tinggi). Dengan kondisi yang serba berkecukupan, tak salah jika kemudian perpolitikannya-pun relatif stabil. Aksi kudeta yang terjadi di negara-negara Arab, tak sempat merembet ke negeri ini, apalagi sampai meruntuhkan kuasa keluarga Al-Thani.

Kini yang menjadi fokus perhatian pemerintah ialah bagaimana memberdayakan warga negara Qatar untuk bisa menangani berbagai macam pekerjaan yang dikerjakan oleh para ekspatriat. Sebagai catatan, lebih dari 85% penduduk Qatar adalah para imigran yang berasal dari India (24,8%), Nepal (18,2%), Filipina (9,1%), Mesir (8,2%), Bangladesh (6,8%), Srilanka (4,5%), dan Pakistan (4,1%). Banyaknya imigran di negara tersebut, dikarenakan kurangnya tenaga terampil yang dapat mengisi pekerjaan di sektor medis dan infrastruktur. Dengan adanya kebijakan afirmatif yang memprioritaskan warga negara Qatar untuk bekerja di sektor swasta, kini hampir sebagian besar tenaga kerja di bidang perminyakan diisi oleh “orang asli” Qatar. Namun di sektor lain, pencapaian itu masih jauh dari target. Inilah kemudian yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah ke depan, bagaimana mempertahankan pertumbuhan ekonomi tanpa bergantung pada tenaga kerja asing.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s