Mo Salah Sujud Setelah Mencetak Gol

Mohamed Salah mungkin tak pernah mengira, kalau kehadirannya di Liga Inggris akan memperbaiki citra Islam di Britania. Ya, sejak serangan Al Qaeda ke menara kembar WTC di tahun 2001, citra Islam di negara tersebut memang agak sedikit tercoreng. Banyak masyarakat disana yang menganggap Islam sebagai agama kekerasan. Persepsi itu semakin terbangun karena banyaknya imigran muslim yang melakukan tindakan kriminal. Kekesalan warga Inggris semakin menjadi-jadi ketika terjadi bom bunuh diri di London pada tahun 2005 lalu. Seperti diketahui serangan itu dilakukan oleh sekelompok imigran muslim keturunan Pakistan.

Namun sejak kehadiran Mo Salah di lapangan hijau, Islam yang sebelumnya dicitrakan buruk perlahan-lahan mulai terkikis. Selebrasi Salah berupa sujud setelah mencetak gol, memberikan kesan kepada warga Inggris mengenai pentingnya bersyukur kepada pencipta. Padahal dua dekade lalu, selebrasi semacam itu sering diolok-olok orang. Bahkan legenda Inggris Gary Lineker menjulukinya sebagai “eat grass celebration”. Merujuk pada gaya sang pemain yang seperti sedang memakan rumput. Meski Mo Salah bukan pemain muslim pertama di Liga Inggris, namun hingga saat ini ia boleh dibilang sebagai pemain muslim tersukses di Premier League. Pembawaannya yang tenang baik di dalam maupun di luar lapangan, menjadikannya diterima oleh sebagian besar masyarakat Inggris.

Salah seorang pemuda yang bernama Ben Bird mengakui kalau Salah telah menginspirasinya untuk menjadi seorang muslim. Menurut situs berita The Guardian, Ben semula adalah pemuda yang tak menyukai Islam. Namun setelah bertemu dengan mahasiswa Arab Saudi dan Mesir, perlahan-lahan wawasannya mulai terbuka. Meski telah berkenalan dengan banyak mahasiswa muslim, namun menurutnya Mo Salah tetaplah orang yang paling menginspirasi dirinya. Ben meyakini kalau Salah adalah hadiah dari Allah. Penampilannya telah memicu percakapan khalayak untuk memerangi Islamopobia baik di media maupun politik.

Benarkah Islam Tumbuh di Inggris?

Selain cerita Ben Bird di atas, kita juga akan beroleh fakta lain mengenai umat muslim di Inggris. Ternyata di negeri Pangeran Charles itu, Islam mengalami pertumbuhan cukup pesat. Antara tahun 2001 dan 2009, pemeluk agama ini meningkat 10 kali lipat dibandingkan pemeluk agama lainnya. Kevin Brice, seorang peneliti di Universitas Wales Trinity Saint David, juga mengatakan bahwa ada ribuan orang Inggris yang masuk Islam setiap tahunnya. Dan saat ini ada sekitar 100.000 orang mualaf yang mayoritasnya adalah orang kulit putih. Jika kita menengok data statistik resmi pemerintah, maka akan terlihat dengan jelas pertumbuhan tersebut. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2001, Islam merupakan agama kedua terbanyak yang dipeluk masyarakat Inggris. Jumlahnya sekitar 1,6 juta jiwa atau setara 3,07% populasi. Pada tahun 2011 jumlahnya melonjak menjadi 2,7 juta jiwa atau 4,83% dari populasi. Meski bukan sensus resmi pemerintah, namun sebuah lembaga survei The British Social Attitudes melaporkan bahwa di tahun 2018 ada sekitar 6% umat muslim di Inggris Raya. Survei ini juga mengungkapkan bahwa hanya 38% penganut Kristen, dan lebih dari separuh penduduk Inggris tak beragama.

Peta Persebaran Umat Muslim di Inggris

Kalau kita membaca hasil tiga sensus dan survei tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi lonjakan umat muslim di Inggris Raya. Kenaikan ini terutama terjadi di kota-kota besar, seperti London, Birmingham, dan Manchester. Di London saja pada tahun 2011 ada sekitar 12,4% umat muslim. Dan yang menarik di kota inilah sekte Ahmadiyah berkantor pusat, setelah khalifahnya Mirza Tahir Ahmad diusir dari Pakistan. Pesatnya pertumbuhan muslim disana juga tercermin dari jumlah mesjid yang dibangun. Jika pada tahun 1961 cuma ada 7 buah masjid di seluruh daratan Inggris, maka di tahun 2011 sudah lebih dari 1.500. Selain pertumbuhan mesjid, yang juga cukup mencengangkan adalah banyaknya media-media muslim yang bermunculan. Beberapa yang memiliki jumlah pemirsa cukup besar antara lain British Muslim TV, Ummah Channel, Ahlebait TV, dan Muslim Television Ahmadiyya.

Sejarah dan Peran Muslim di Britania

Menurut catatan sejarah, kehadiran umat muslim di Britania sudah ada sejak awal abad ke-16. Dari laporan Muslim Heritage diperoleh informasi bahwa antara tahun 1509-1547 raja Henry VIII banyak merekrut orang-orang Turki menjadi tentara bayaran. Kemudian di penghujung abad ke-16, ada pula kisah sekelompok bajak laut Inggris yang membebaskan seratusan orang Turki dari perbudakan di kapal Spanyol. Orang-orang Turki itu kemudian menetap di Inggris dan sebagian ada yang menjadi Kristen. Tak hanya orang muslim yang berpindah menjadi nasrani, banyak pula orang pribumi Inggris yang kemudian memeluk Islam. Salah satunya adalah John Nelson, salah seorang anak buah kapal Inggris yang menjadi muslim di tahun 1580-an. Linda Colley dalam bukunya “Captives” mencatat bahwa Nelson adalah orang Inggris pertama yang memeluk Islam. Selain bangsa Turki, di abad ke-16 ada pula muslim dari Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Tengah yang tinggal di London. Kebanyakan mereka bekerja sebagai diplomat, penerjemah, pedagang, serta musisi.

Pada tahun 1627 ada sekitar 40 orang muslim yang bermukim di London, dan mayoritasnya berasal dari Turki. Dalam karyanya yang berjudul “Muslims in Britain”, Sophie Gilliat-Ray mengungkapkan bahwa di tahun 1652 ada seorang Turki yang memperkenalkan cara membuat kopi ala Turki. Ia kemudian membuka kedai kopi pertama di London, sekaligus memperkenalkan budaya coffee shop kepada masyarakat Inggris. Meski sejak abad ke-16 sudah ada orang muslim di Britania, namun jumlah mereka masihlah sedikit. Kehadiran umat muslim dalam jumlah besar pertama kali terjadi pada abad ke-18, ketika angkatan laut Inggris merekrut orang-orang Benggala untuk menjadi pelaut. Karena kebanyakan mereka adalah pelaut, maka mayoritas menetap di kota-kota pelabuhan. Salah satu imigran awal yang kemudian menjadi pengusaha sukses adalah Sake Dean Mahomet. Ia merupakan pemilik restoran India pertama di Inggris : Hindoostanee Coffee House.

Sejak abad ke-19, banyak tokoh-tokoh politik dan bangsawan Inggris yang memeluk Islam. Diantaranya adalah Henry Stanley – kemudian menjadi Abdul Rahman Stanley — yang menjadi mualaf di tahun 1862. Kemudian ada Rowland Allanson (1913), Evelyn Murray (1915), Sir Archibald Hamilton (1924), dan St. John Philby (1930). Meski di tanah Inggris jumlah muslim tergolong kecil, namun di seluruh Imperium Britania jumlah mereka sangatlah besar. Pada tahun 1911, terdapat 94 juta umat muslim di Imperium Britania. Angka ini lebih besar dari jumlah umat nasrani yang hanya sekitar 58 juta. Banyaknya umat muslim yang menjadi subyek Imperium Britania, dikarenakan ketika itu Inggris sedang memerintah anak benua India serta beberapa kawasan Timur Tengah. Selain itu yang juga perlu dicatat adalah peran besar mereka di angkatan bersenjata Inggris. Setidaknya 40% tentara British Indian Army yang bertempur di Perang Dunia Kedua adalah pemeluk Islam.

Atlet Muslim Membela Inggris di Olimpiade 2016

Pasca-Perang Dunia Kedua, kembali terjadi migrasi besar-besaran dari anak benua India. Jika di abad ke-18 kebanyakan mereka berprofesi sebagai pelaut, maka di pertengahan abad ke-20 lalu mayoritas mereka sebagai pekerja kerah putih. Di awal dekade 1960-an, atas dorongan Menteri Kesehatan Enoch Powell, banyak orang Pakistan dan India yang direkrut sebagai tenaga medis. Mereka bahkan juga berperan dalam pembentukan layanan kesehatan nasional : NHS. Meski telah berkontribusi dalam pemeliharaan kesehatan di Inggris Raya, namun tak sedikit lontaran kebencian terhadap mereka. Kelompok-kelompok pembenci ini tak suka melihat peran warga muslim Asia Selatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka punya istilah “Paki” (berasal dari kata Pakistan) untuk mengolok-olok masyarakat Asia Selatan. Aksi rasisme terhadap umat muslim semakin menjadi-jadi di penghujung dekade 1970-an. Pada saat itu terjadi dua pembunuhan terhadap imigran muslim, yakni Altab Ali di tahun 1978 dan Akhtar Ali Baig di tahun 1980.

Dari penjelasan di atas jelaslah mengapa kalau sekarang banyak umat muslim di Inggris Raya yang berasal dari Pakistan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2011, ada sekitar 38% pemeluk Islam yang berasal dari negeri tersebut. Jumlah ini terpaut cukup jauh dibandingkan masyarakat Bangladesh (15%) dan Black African (10%) yang masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga. Di peringkat selanjutnya ada orang India (8%) yang sebagian besar berasal dari Punjab, Gujarat, serta Benggala. Sejak tahun 1960-an, banyak pula bangsa Arab yang bermukim di Inggris Raya. Mereka sebagian besar berasal dari Irak, Yaman, Suriah, Lebanon, Yordania, Mesir, dan Palestina. Meski sudah lima abad bermukim di Inggris, namun saat ini jumlah muslim Turki tak lebih dari 5%. Berdasarkan estimasi di tahun 2011, ada sekitar 150.000 bangsa Turki di Inggris, dimana lebih dari separuhnya merupakan kelahiran Turki. Bagaimana dengan bangsa Melayu? Populasi mereka agaknya tak sampai 2% dari jumlah muslim di Britania.

Di Inggris banyak umat muslim yang berprofesi sebagai pengusaha. Menurut situs berita Daily Mail, di tahun 2008 ada sekitar 10.000 jutawan muslim di seluruh daratan Inggris. Di London saja, terdapat 13.400 pengusaha muslim, dimana jumlah tersebut merupakan sepertiga dari seluruh UMKM di kota tersebut. Anda mungkin masih ingat dengan Dodi al-Fayed, kekasih Putri Diana. Ayahnya, Mohamed al-Fayed, merupakan seorang milioner yang pernah menjadi pemilik klub sepak bola Fulham F.C. dan Harrods Department Store. Milioner lainnya adalah Anwar Pervez, pengusaha kelahiran Pakistan yang mendirikan konglomerasi Bestway Group. Meski umat muslim banyak yang menjadi pengusaha, namun belakangan ini tak sedikit dari mereka yang terjun ke dunia politik. Diantaranya ialah Sadiq Khan, mantan anggota parlemen yang sekarang menjadi wali kota London (Lihat pula : Mengenal Sosok Sadiq Khan).

Disamping perniagaan dan politik, umat muslim juga berperan di bidang kebudayaan, olah raga, dan jurnalis. Mungkin Anda masih ingat petinju legendaris Naseem Hamed serta pelari Mo Farah. Mereka adalah juara dunia yang mengharumkan nama Inggris di kancah internasional. Lalu di bidang seni ada Zayn Malik, musisi dan aktor keturunan Pakistan; Akram Khan, penari sekaligus koreografer; serta Shefali Chowdury, aktris yang memerankan Parvati Patil dalam film Harry Potter. Di bidang jurnalis ada presenter BBC News, Zeinab Badawi dan Nina Hossain. Dan di dunia kepenulisan, nama Zia Haider Rahman merupakan salah satu yang cukup terkenal. Satu lagi yang juga patut dicatat adalah Zaha Hadid. Ia merupakan salah seorang arsitek berpengaruh di Inggris Raya dan merupakan satu-satunya wanita peraih Royal Gold Medal, sebuah penghargaan tahunan dari Kerajaan Inggris kepada para arsitek yang berjasa.

Meski umat muslim telah berperan besar dalam kehidupan masyarakat disana, namun yang menyedihkan adalah sekitar 13% tahanan di Inggris adalah muslim. Walau dari jumlah itu banyak pula yang disebabkan karena kepincangan penegakan hukum, namun tingginya angka tersebut mencerminkan adanya gejolak di dalam diri sebagian besar umat muslim. Yang menarik dari para tahanan tersebut adalah sekitar 30%-nya baru memeluk Islam ketika berada di dalam penjara. Menurut laporan Kepala Lembaga Permasyarakatan Inggris, soliditas diantara anggota geng muslim serta tekanan kaum ekstremis di dalam penjara, merupakan dua faktor yang menyebabkan banyaknya tahanan yang menjadi mualaf. Laporan tersebut juga menyebutkan, kuatnya pengaruh kaum ekstremis juga mendorong para tahanan muslim menjadi lebih radikal dan menafsirkan Islam sebagai ajaran yang ketat. Berbeda dengan sikap Mo Salah di lapangan hijau, tindakan para tahanan tersebut justru semakin menjauhkan agama ini dari sifatnya yang rahmatan lil alamin.

Muslim Britania Dalam Angka (sumber : The Muslim Council of Britain)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s