Para Sufi Perusahaan

Posted: 17 September 2007 in Ekonomi Bisnis
Tag:, ,

Sufi Perusahaan

Seperti halnya dunia musik dan olah raga, yang setiap tahunnya memberikan award bagi insan-insan terbaiknya, begitu juga halnya dengan dunia bisnis, yang setiap tahunnya memberikan penghargaan untuk para pengusaha terbaik. Pada tahun 2004 lalu, majalah bisnis Swa menobatkan Jacob Oetama, CEO Grup Kompas-Gramedia sebagai most valuable businessman. Dan di level internasional, nama Fujio Chou (CEO Toyota Motors Corp) patut untuk dikedepankan sebagai pebisnis tersukses saat ini. Mengapa penghargaan untuk pengusaha tersukses jatuh kepada mereka? Ternyata Jacob yang Katholik dan Fujio penganut Shinto itu, memahami ilmu yang kita kenal dengan ilmu tasawuf. Dalam buku “The Corporate Mystics” dikatakan, bahwa dewasa ini perusahaan-perusahaan besar dunia dipimpin oleh orang-orang yang mengerti tasawuf. Ironi bagi umat muslim yang banyak memahami tasawuf, namun tak satupun dari 100 besar pebisnis sukses dunia yang beragama Islam. Untuk itu, maka Nurcholish Madjid sering melakukan introspeksi dan melihat ke dalam mengenai tujuan hidup seorang muslim, pemahamannya akan tasawuf, serta kaitannya dengan etos kerja dan kewirausahaan.

Sering kita dengar pernyataan bahwa etos dalam bisnis merupakan ciri asasi, atau sifat dasar dari jiwa kewirausahaan. Pengertian etos ini mengarah kepada adanya keyakinan yang kuat akan harga atau nilai sesuatu yang menjadi bidang kegiatan bisnis. Pertama-tama, harus ada dalam etos bisnis ialah keyakinan yang teguh dan mendalam tentang nilai penting dan penuh arti dari suatu bisnis. Dengan kata lain, seseorang disebut mempunyai etos bisnis, jika padanya ada keyakinan yang kuat bahwa bisnisnya bermakna penuh bagi hidupnya. Unsur keyakinan dalam bisnis ini, umumnya terkait dengan masalah kesadaran tentang makna dan tujuan hidup. Jadi, seorang pelaku bisnis adalah seseorang yang melihat bidang usahanya sebagai kelanjutan dari makna dan tujuan hidupnya. Walaupun dibanding dengan makna dan tujuan hidup itu sendiri, bisnis hanya bernilai alat atau jalan untuk mencapai tujuan. Tetapi karena dalam keyakinannya tersebut kaitan bisnis dengan makna dan tujuan hidupnya demikian kuat, maka ia tidak menyikapinya dengan setengan hati.

Dalam temuan ilmiahnya, Weber membeberkan tentang etika Protestan dalam kaitannya dengan pertumbuhan kapitalisme, dan suksesnya negara-negara Barat (terutama negara-negara Protestan) mengambil estafet kepemimpinan dunia. Begitu juga halnya Peter Gran dalam karyanya ”Islamic Roots of Capitalism” memberikan kesan kuat tentang adanya kaitan antara bisnis dan komitmen keagamaan, bahkan mungkin dengan kesalehan, yang melandasi adanya keteguhan makna dan tujuan hidup dalam nilai-nilai bisnis, seperti kesediaan untuk menderita (sementara), suatu etika yang dilakoni oleh para sufi. Seorang pelaku bisnis sejati tidak takut melarat untuk sementara. Karena ia yakin melalui usahanya ia akan menjadi kaya di belakang hari. Seorang kyai misalnya, sering menasehati para santrinya : “kalau ingin kaya, janganlah takut miskin” Takut miskin kemudian enggan untuk bertindak, justru merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Karena itu, seorang pelaku bisnis selalu memiliki kesediaan untuk menunda kesenangan sementara, demi kebahagiaan yang lebih besar dibelakang hari. Penundaan kesenangan berjalan sejajar dengan sikap hidup hemat dan tidak konsumtif (zuhud). Yang mana hal ini masih merupakan salah satu sifat yang banyak dilakoni oleh para sufi.

Di era kompetisi dewasa ini, sangat diperlukan suatu pandangan hidup yang future oriented. Ini berarti bahwa seorang pelaku bisnis mempunyai sikap penuh harapan kepada masa depan. Harapan adalah sumber energi pribadi, dan putus harapan juga adalah pemupus energi pribadi. Pepatah Arab mengatakan “alangkah sempitnya hidup ini seandainya tidak karena lapangnya harapan.” Harapan adalah pendorong bagi adanya langkah-langkah awal atau inisiatif. Karena itu, seseorang yang berpengharapan tidak pernah menghadapi jalan buntu. Kesulitan apapun tentu ada jalan keluarnya. Jika banyak tidak dapat diraih, maka yang sedikitpun diterima dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu dalam beberapa hal diperlukan sikap puas (qana’ah) dan merasa tidak perlu kepada yang lain. Seseorang yang tidak berputus asa juga orang yang berani menempuh risiko. Ia tidak akan mencari selamat dengan tidak berbuat sesuatu.

Seorang pelaku bisnis selalu berusaha untuk menjadi something, somebody daripada nothing dan nobody dengan keberanian menempuh risiko. Tapi pada waktu yang sama, seorang pelaku bisnis adalah orang yang tahu diri secara pas. Yakni tanpa melebihkan diri sehingga menjadi sombong, atau mengurungkan diri sehingga menjadi rendah diri dan kurang bersyukur kepada Tuhan. Ia tidak rendah diri tetapi rendah hati. Karena itu jika mengalami sukses, ia tidak mengklaim kredit atau pengakuan hanya untuk dirinya semata. Dan jika mengalami kegagalan ia tidak menjadi sengsara dan kehilangan harapan. Karena itu, seorang pelaku bisnis tidak bekerja setengah-setengah. Ia selalu berusaha melakukan pekerjaannya dengan itqan (meneliti seluruh bagian terkait dengan cermat, sehingga pekerjaan mendekati kesempurnaan). Sebagaimana dalam keberhasilan ruhani diperlukan sikap istiqamah, bisnis pun memerlukan keteguhan dan konsistensi. Kepribadian yang amanah akan melancarkan keberlanjutan (going concern) dan produktivitas suatu bisnis.

Karena itulah, dari segi spiritualnya, seorang pelaku bisnis sejati menemukan kebahagiaan dalam kerja. Baginya, kerja adalah modal eksistensi dirinya. Maka dalam bekerja itu, ketika mengalami kegagalan pun ia tetap merasakan kebahagiaan. Sedangkan jika ia berhasil dengan baik, ia akan memperoleh double rewards, berupa kebahagiaan kerja dan keberhasilannya memperoleh sukses. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW tentang orang yang melakukan ijtihad : jika benar ia mendapatkan dua pahala dan jika keliru ia masih dapat satu pahala. Karena dimensi keagamaan inilah, bisnis berjalan sejajar dengan kesungguhan dan dedikasi (juhud, jihad, ijtihad, mujahadah). Dan seorang pebisnis yang bersungguh-sungguh, dapat dikategorikan sebagai mujahid dalam perkaranya yang unik. Di akhir tulisan ini, ucapan syukur yang penuh khusyuk hanya dipersembahkan kepada Allah SWT atas kemurahannya yang selalu memberikan ide-ide brilian yang pada saat ini terejawantahkan dalam pembukaan cabang baru Insan Corporation. Semoga dimasa kini dan mendatang, keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi rahmatan lil alamin

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s