Posts Tagged ‘Kapitalisme’


Kampung Badui, yang masih mempertahankan kuasa atas tanah ulayat mereka

Tanah ulayat atau tanah milik komunitas adat yang turun temurun telah diwarisi dan dipakai bersama, kini mulai terancam punah. Di beberapa wilayah, seperti pedalaman Kalimantan, Papua, dan Sumatera, tanah ulayat satu per satu tak terlihat lagi maknanya. Di Jawa, tanah ulayat telah hilang sejak tergadainya Kerajaan Mataram kepada kolonialisme Hindia-Belanda. Di Eropa atau Amerika, kejadian hilangnya hak waris dan hak pakai tanah ulayat, telah terjadi sejak berabad-abad lampau. Bangsa Indian yang sangat mengagung-agungkan tanah sebagai sumber produksi dan kehidupan mereka, telah merasakan betapa pahitnya kehilangan hak atas pengelolaan tanah, sejak datangnya kolonial Spanyol ke negeri mereka.

Entah kapan hak atas tanah ulayat mulai terkikis. Mungkin sejak lahirnya manusia-manusia serakah, yang tak puas dengan kepemilikan tanah yang mereka punya. Sehingga dengan ketidakpuasan itu, mereka berkelana, mencari, dan menguasai tanah-tanah ulayat masyarakat tempatan. Sejarah mencatat, model kapitalisme dan imperialisme ala Eropa, telah merongrong tanah-tanah milik pribumi untuk dieksploitasi dan dieksplorasi.

(lebih…)

Iklan

Sufi Perusahaan

Seperti halnya dunia musik dan olah raga, yang setiap tahunnya memberikan award bagi insan-insan terbaiknya, begitu juga halnya dengan dunia bisnis, yang setiap tahunnya memberikan penghargaan untuk para pengusaha terbaik. Pada tahun 2004 lalu, majalah bisnis Swa menobatkan Jacob Oetama, CEO Grup Kompas-Gramedia sebagai most valuable businessman. Dan di level internasional, nama Fujio Chou (CEO Toyota Motors Corp) patut untuk dikedepankan sebagai pebisnis tersukses saat ini. Mengapa penghargaan untuk pengusaha tersukses jatuh kepada mereka? Ternyata Jacob yang Katholik dan Fujio penganut Shinto itu, memahami ilmu yang kita kenal dengan ilmu tasawuf. Dalam buku “The Corporate Mystics” dikatakan, bahwa dewasa ini perusahaan-perusahaan besar dunia dipimpin oleh orang-orang yang mengerti tasawuf. Ironi bagi umat muslim yang banyak memahami tasawuf, namun tak satupun dari 100 besar pebisnis sukses dunia yang beragama Islam. Untuk itu, maka Nurcholish Madjid sering melakukan introspeksi dan melihat ke dalam mengenai tujuan hidup seorang muslim, pemahamannya akan tasawuf, serta kaitannya dengan etos kerja dan kewirausahaan.

Sering kita dengar pernyataan bahwa etos dalam bisnis merupakan ciri asasi, atau sifat dasar dari jiwa kewirausahaan. Pengertian etos ini mengarah kepada adanya keyakinan yang kuat akan harga atau nilai sesuatu yang menjadi bidang kegiatan bisnis. Pertama-tama, harus ada dalam etos bisnis ialah keyakinan yang teguh dan mendalam tentang nilai penting dan penuh arti dari suatu bisnis. Dengan kata lain, seseorang disebut mempunyai etos bisnis, jika padanya ada keyakinan yang kuat bahwa bisnisnya bermakna penuh bagi hidupnya. Unsur keyakinan dalam bisnis ini, umumnya terkait dengan masalah kesadaran tentang makna dan tujuan hidup. Jadi, seorang pelaku bisnis adalah seseorang yang melihat bidang usahanya sebagai kelanjutan dari makna dan tujuan hidupnya. Walaupun dibanding dengan makna dan tujuan hidup itu sendiri, bisnis hanya bernilai alat atau jalan untuk mencapai tujuan. Tetapi karena dalam keyakinannya tersebut kaitan bisnis dengan makna dan tujuan hidupnya demikian kuat, maka ia tidak menyikapinya dengan setengan hati.

(lebih…)