
Seperti halnya dunia musik dan olah raga, yang setiap tahunnya memberikan award bagi insan-insan terbaiknya, begitu juga halnya dengan dunia bisnis, yang setiap tahunnya memberikan penghargaan untuk para pengusaha terbaik. Pada tahun 2004 lalu, majalah bisnis Swa menobatkan Jacob Oetama, CEO Grup Kompas-Gramedia sebagai most valuable businessman. Dan di level internasional, nama Fujio Chou (CEO Toyota Motors Corp) patut untuk dikedepankan sebagai pebisnis tersukses saat ini. Mengapa penghargaan untuk pengusaha tersukses jatuh kepada mereka? Ternyata Jacob yang Katholik dan Fujio penganut Shinto itu, memahami ilmu yang kita kenal dengan ilmu tasawuf. Dalam buku “The Corporate Mystics” dikatakan, bahwa dewasa ini perusahaan-perusahaan besar dunia dipimpin oleh orang-orang yang mengerti tasawuf. Ironi bagi umat muslim yang banyak memahami tasawuf, namun tak satupun dari 100 besar pebisnis sukses dunia yang beragama Islam. Untuk itu, maka Nurcholish Madjid sering melakukan introspeksi dan melihat ke dalam mengenai tujuan hidup seorang muslim, pemahamannya akan tasawuf, serta kaitannya dengan etos kerja dan kewirausahaan.
Sering kita dengar pernyataan bahwa etos dalam bisnis merupakan ciri asasi, atau sifat dasar dari jiwa kewirausahaan. Pengertian etos ini mengarah kepada adanya keyakinan yang kuat akan harga atau nilai sesuatu yang menjadi bidang kegiatan bisnis. Pertama-tama, harus ada dalam etos bisnis ialah keyakinan yang teguh dan mendalam tentang nilai penting dan penuh arti dari suatu bisnis. Dengan kata lain, seseorang disebut mempunyai etos bisnis, jika padanya ada keyakinan yang kuat bahwa bisnisnya bermakna penuh bagi hidupnya. Unsur keyakinan dalam bisnis ini, umumnya terkait dengan masalah kesadaran tentang makna dan tujuan hidup. Jadi, seorang pelaku bisnis adalah seseorang yang melihat bidang usahanya sebagai kelanjutan dari makna dan tujuan hidupnya. Walaupun dibanding dengan makna dan tujuan hidup itu sendiri, bisnis hanya bernilai alat atau jalan untuk mencapai tujuan. Tetapi karena dalam keyakinannya tersebut kaitan bisnis dengan makna dan tujuan hidupnya demikian kuat, maka ia tidak menyikapinya dengan setengan hati.
(lebih…)
Sampaikan Cerita/Opini Ini Melalui :
Menyukai ini:
Suka Memuat...