Profesional Minang
Selain sebagai pedagang, perantau Minang banyak pula yang terjun sebagai profesional kerah putih di perusahaan-perusahaan modal asing, swasta, dan BUMN. Diantara mereka, banyak pula yang sukses meniti karier hingga duduk di puncak perusahaan. Saat ini, pimpinan beberapa BUMN top yang memegang urat nadi perekonomian negara, ditempati oleh putra-putra terbaik Minangkabau. Diantara mereka adalah Emirsyah Sattar yang menjadi CEO Garuda Indonesia, Rinaldi Firmansyah yang duduk sebagai direktur utama Telkom Indonesia, Fazwar Bujang yang menjabat sebagai pimpinan Krakatau Steel, serta Johny Swandi Syam yang mengomandani Indosat.
Perantau Minang yang berkarier di kemiliteran atau menjadi pegawai pemerintah, tak sebanyak yang berprofesi di BUMN ataupun swasta. Profesi birokrat yang biasanya didominasi orang-orang Jawa, tak terlalu menarik minat bagi sebagian besar perantau Minang. Namun begitu, ada pula orang Minang yang berhasil naik hingga ke puncak, menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan kota. Seperti yang saat ini ditunjukkan oleh Syahrul Effendi (wali kota Jakarta Selatan), Wiliardi Wizard (kapolres Jakarta Selatan), Rycko Amelza Dahniel (kapolres Jakarta Utara), dan Boy Rafli Amar (juru bicara Polda Metro Jaya). Perantau Minang hanya sekali menjadi orang nomor satu DKI, yakni pada tahun 1950 ketika Daan Jahja menjabat sebagai gubernur militer Jakarta.
Selain sebagai pegawai, perantau Minang banyak pula yang berprofesi sebagai dokter. Profesi ini sebenarnya profesi dambaan yang telah lama digeluti banyak perantau Minang, selain sebagai ahli hukum dan ahli keuangan. Sejak dibukanya sekolah dokter pribumi STOVIA pada pertengahan abad ke-19, mulailah berbondong-bondong mahasiswa Minangkabau datang bersekolah ke Jakarta. Cita-cita mereka menjadi angku dotor, diharapkan bisa mengubah citra mereka dan keluarga di tengah-tengah lingkungan adat yang kompetitif. Data yang sangat konservatif menyebutkan, pada periode 1900 – 1914 sekitar 18% lulusan STOVIA merupakan orang-orang Minang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa dari dulu hingga sekarang, banyak dokter di Jakarta datang dari kalangan Minangkabau.
Di Jakarta, banyak pula perantau Minang yang berprofesi sebagai pendidik pengajar. Bahkan guru-guru asal Minangkabau sangat mencolok dibandingkan dengan guru dari etnis lain, baik dari segi pencapaian maupun jumlah. Mochtar Naim mencatat, bahwa 30% guru SLTP di seluruh Jakarta berasal dari Minangkabau. Pada tahun 1970-an, 20 dari 81 kepala sekolah SLTP merupakan pendidik asal Minangkabau. Dan angka yang lebih besar terlihat pada sekolah-sekolah yang bercorakkan Islam. Seperti misalnya di sekolah Muhammadiyah, yang paling banyak cabangnya di seantero Jakarta, dimana guru asal ranah Minang mencapai angka 70%.
Walaupun menjadi khatib dan ulama merupakan profesi sampingan bagi sebagian besar perantau Minang, namun pekerjaan ini memberikan corak tersendiri di tengah-tengah kehidupan masyarakat ibu kota yang cenderung sekuler. Adat istiadat mereka yang bersendikan Islam, mendorong banyak perantau Minang untuk terlibat dalam kegiatan dakwah. Hal ini terlihat dari daftar yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1970-an, dimana dari 150 khatib di Jakarta, 60% merupakan perantau Minangkabau. Bahkan Buya Hamka, yang selama tiga dekade menjadi ulama panutan masyarakat, memberikan angka di atas itu. Buya memperkirakan hampir 80% khatib di Jakarta merupakan perantau Minang. Di beberapa mesjid besar di Jakarta, seperti mesjid Sunda Kelapa Menteng dan Al-Azhar Kebayoran Baru, kepengurusannya banyak diisi oleh para perantau Minang. Tidak hanya disitu, mereka juga terlibat di dalam kepengurusan organisasi-oraganisasi Islam terutama yang bercorak pembaharuan, seperti Muhammadiyah, Persis, dan HMI.
Persaingan Hidup
Jakarta memang menawarkan segalanya. Namun apa-apa yang ditawarkan itu, tak bisa datang dengan mudah tanpa ada kerja keras dan ketekunan. Di dunia perdagangan, hanya orang-orang Tionghoa-lah yang menjadi pesaing serius pengusaha Minangkabau. Kecuali kota-kota di Sumatera Tengah, di kota-kota manapun di Nusantara ini, dari Medan, Palembang, Bandung, Surabaya, Kuala Lumpur, hingga Jakarta, pengusaha Minang sering kalah bersaing dengan orang-orang Tionghoa. Walaupun dari segi keuletan dan ketangguhan kedua etnis ini tak jauh berbeda. Namun modal besar, semangat untuk re-investasi, serta jaringan yang kuat, menjadikan pengusaha Tionghoa jauh berada di depan.
Dalam beberapa kasus di Jakarta, persaingan ini nampak terbuka. Seperti yang pernah terjadi di Rawamangun, dimana perkumpulan pengusaha percetakan dan foto kopi asal Minangkabau, mengkartel harga untuk mencegah masuknya orang-orang Tionghoa berdagang di wilayah itu. Dalam kasus yang lain, kongsi dagang Minang di Blok M terlibat dalam tinggi meninggikan harga penawaran toko, untuk membendung dominasi pedagang Tionghoa. Persaingan terbuka dengan pedagang Tionghoa telah berlangsung sejak lama. Pada tahun 1930-an, pengusaha kakak-beradik Djohor Soetan Soelaiman dan Djohan Soetan Perpatih, melakukan aksi dengan menurunkan harga dagangannya yang berdampak pada toko-toko Tionghoa di Pasar Baru, Senen, dan Kramat. Prinsip dagang mereka : “harga murah, penjualan berputar, rakyat tertolong”. Dari beberapa kasus itu, memang pengusaha Minang menjadi pihak yang menang. Namun dalam kasus lain yang cukup berbahaya, pedagang Minang mengalami kekalahan yang menyakitkan. Kasus yang cukup hangat ialah terjadinya kebakaran di beberapa pasar tradisional akhir-akhir ini.
Dalam kasus kebakaran di Pasar Tanah Abang, majalah Tempo berpendapat adanya permainan antara pengusaha Tionghoa dengan Pemda DKI. Terbakarnya Tanah Abang, menurut beberapa pihak merupakan suatu faktor kesengajaan. Hal ini diduga untuk memberikan peluang kepada pedagang-pedagang grosir Tionghoa, untuk ikut mencicipi manisnya gula perkulakan Tanah Abang yang selama ini secara eksklusif hanya dinikmati pedagang Minangkabau. Dengan adanya pembakaran itu, praktis orang Minang yang sebelumnya menguasai 75% toko-toko di Tanah Abang, susut hingga ke angka 50% – 60%.
Selain di Tanah Abang, dominasi Minangkabau terlihat pula di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Di Pasar Blok M yang kesohor itu, 60% toko diisi oleh pedagang-pedagang Minangkabau. Angka-angka yang tak jauh berbeda, berlaku pula pada Pasar Senen, Pasar Rumput, Jatinegara, Mayestik, Cipulir, dan Bendungan Hilir. Di Pasar Glodok dan Mangga Dua, jarang dijumpai pedagang-pedagang Minangkabau membuka usahanya. Selain kedua pusat perbelanjaan itu menjadi domain para pedagang Tionghoa, spesifikasi perdagangan di kedua pasar itu tak cocok dengan jenis usaha orang Minang.
Sebagian pihak berpendapat, dibangunnya mal-mal dan trade centre baru, akan mematikan usaha tradisional pribumi. Namun nyatanya hal ini tak berlaku bagi pedagang tradisional Minangkabau, yang justru melihat peluang ini sebagai kesempatan untuk meluaskan usahanya. Di ITC Cempaka Mas, pusat perbelanjaan besar di Jakarta Pusat, orang-orang Minang bersaing keras dengan pedagang Tionghoa. Toko-toko Minang dan Tionghoa, selang-seling mengisi pusat perbelanjaan seluas 250.000 m2 itu, dan di tengah koridor nampak beberapa booth pedagang kecil Minangkabau bersaing berebut pembeli dengan pedagang-pedagang Jawa dan Batak. Kondisi serupa terjadi pula di Pusat Grosir Cililitan, ITC Kuningan, dan Mal Ambassador, dimana persaingan bisnis terjadi diantara para pedagang Minangkabau dan Tionghoa.
Walaupun kerasnya hidup di Jakarta, tidak pernah terdengar adanya perkelahian yang dilakukan oleh para perantau Minang. Hal ini dikarenakan sedikitnya orang Minang yang hidup di dunia hitam, seperti menjadi preman, tukang pukul, pembunuh bayaran, atau debt collector. Kehidupan jalanan yang keras, biasanya sering dialami oleh supir-supir atau pencopet Minang. Pencopet atau penyeluk saku asal Minangkabau hanya sayup-sayup terdengar. Selain jumlahnya yang sedikit, lihainya mereka beroperasi hingga hampir-hampir tak pernah tertangkap tangan. Kalaupun operasi dan gerak-geriknya terdeteksi, maka dengan cepat mereka akan berkamuflase menjadi individu lain. Penyamaran yang mudah biasanya dengan cara berpura-pura menjadi pekerja kantoran, dan mengubah logat bicara mereka seperti logat orang Batak, yang sering diasosiasikan orang sebagai penyeluk saku.
Yang terlupakan namun hidup dalam relung sanubari para perantau Minang adalah persaingan dalam memproduksi kata-kata. Setiap perantau Minang, entah apapun profesinya, baik sebagai mahasiswa, akademisi, pedagang, sastrawan, wartawan, ataupun politisi, selalu berebut untuk berbicara. Dimanapun gelanggangnya baik itu pasar, ruang seminar, ataupun media massa, selalu saja ada orang Minang yang bermain dengan kata-kata. Coba tengoklah pasar-pasar tradisional di seantero Jakarta, dimana-mana hanya suara pedagang Minang saja yang terdengar. Sorak kegaduhan mereka, seakan-akan kita seperti berada di pasar-pasar Sumatra Barat. Berada di Pasar Tanah Abang atau Blok M, tak ubahnya seperti di Pasar Atas Bukittinggi atau Pasar Raya Padang. Atau tengoklah media-media massa nasional terbitan ibu kota, setiap harinya pasti ada saja penulis Minang yang menawarkan ide-idenya. Atau hadirlah dimana-mana seminar diadakan, apapun itu topik bahasannya, selalu saja ada ahli-ahli dan akademisi Minang yang menjadi pembicara. Persaingan berkata-kata bagi sebagian besar perantau Minang, menjadi suatu kebanggaan dan prestise. Mereka sangat mempercayai daya magis dan kekuatan kata-kata untuk memenangkan pertarungan hidup, utamanya di Jakarta yang penuh persaingan.
Pemukiman
Di seluruh Nusantara, etnis Minang dikenal sebagai perantau ulung. Namun begitu tak ada satupun kampung atau wilayah pemukiman di kota-kota besar Nusantara yang mengambil nama dari Minangkabau. Pola pemukiman orang Minang yang menyebar sesuai profesi dan pekerjaan mereka, serta tak sukanya orang Minangkabau hidup mengelompok berdasarkan etnis, menjadi alasan tak ada satupun Kampung Minangkabau atau Kampung Padang di Jakarta. Walaupun terdapat Jalan Minangkabau (pada jaman Belanda : Minangkabau Boulevard) di kawasan Manggarai, namun sedikit ditemui perantau Minang bermukim disana.
Perantau Minang yang menjadi pekerja kerah putih, banyak bermukim di kompleks-kompleks perumahan. Beberapa orang Minang yang duduk sebagai elit negara, baik itu sebagai menteri ataupun diplomat, banyak yang menempati pemukiman-pemukiman elit Jakarta. Dalam suatu riset yang dilakukan oleh peneliti Belanda, terungkap bahwa perantau Minang menjadi salah satu pemukim terbesar di daerah elit Menteng. Peneliti asing itu mencatat bahwa 32% dari penduduk kota taman Menteng, merupakan orang-orang Sumatra yang hampir semuanya berasal dari Minangkabau. Di samping Menteng, wilayah elit Kebayoran Baru juga banyak ditempati orang-orang Minang. Namun berbeda dari wilayah Menteng yang dimukimi oleh banyak pejabat negara, maka wilayah Kebayoran Baru menjadi pilihan banyak pengusaha Minangkabau yang telah mapan.
Mereka yang berprofesi sebagai pedagang, biasanya tinggal tidak jauh dari toko-toko mereka. Namun jarang diantara mereka yang tinggal di ruko-ruko seperti umumnya pedagang Tionghoa. Beberapa wilayah di Jakarta, seperti wilayah pecinan di Glodok, Pluit, Sunter, atau Kelapa Gading, jarang dijumpai pemukim asal Minangkabau. Selain itu pula, sangat sedikit ditemukan orang Minang yang tinggal di perkampungan padat penduduk di tengah-tengah kota, ataupun perkampungan di pinggiran ibu kota. Wilayah-wilayah ini biasanya banyak ditempati oleh pendatang asal Jawa atau orang-orang Betawi yang menjadi penduduk asli Jakarta.
Lihat pula :
1. Perantau Minang di Malaysia
2. Masyarakat Minang di Kota Medan
3. Orang Minang, Peran, dan Pencapaiannya
4. Mencari Akar Dinamisasi Minangkabau
5. Penghijrahan Orang Minang ke Kuala Lumpur
allow…………… saya rizky, cameraman + reporter padang tv, stasiun tv lokal dari sumbar yang ditempatkan di jakarta. untuk mengcover berita2 yang berbau minangkabau di jakarta dan sekitarnya. apabila ada hal yang menarik bisa hubungi saya di 085697260350. thanks
SukaSuka
Baik Rizky, kalau ada berita, insya Allah saya akan mengkontak Anda. Salam kenal.
SukaSuka
Artikelnya bagus banget, blognya bagus juga. Makasih pak pencerahannya. Jadi pengen sering-sering mampir nih. Thanks
SukaSuka
keren oy..smoga orang minang tambah maju..
SukaSuka
Nggak 100% bener juga kalo orang Minang gak suka hidup mengelompok sesama mereka sendiri di tanah rantau. Buktinya orang Minang yang merantau ke Semenanjung Malaya pada menghuni tempat yang sekarang termasuk negara bagian Negeri Sembilan. Sampai sekarang, dialek Melayu mereka dikenal mirip dengan bahasa Minangkabau, begitu pula arsitektur rumah adatnya. Selain itu, di Aceh Selatan juga bisa ditemui sekumpulan orang Minangkabau, yang di sana lebih dikenal dengan sebutan Aneuk Jamee.
SukaSuka
Di Negeri Sembilan, seperti halnya Pulau Pinang di Malaysia, orang-orang Minang bertindak sebagai pihak peneroka, yakni kelompok masyarakat yang membuka wilayah tersebut menjadi daerah pemukiman baru. Dan disanapun mereka membaur dengan “Orang Asli” Semenanjung. Bahkan banyak terjadi kawin-mawin di antara masyarakat Minang dengan Orang Asli tersebut. Dan perlu diketahui, masyarakat Minang di Semenanjung tidak terbatas hanya di Negeri Sembilan saja, namun mereka juga banyak terdapat di Johor dan Selangor.
Di Aceh-pun masyarakat Minang tidak hidup mengelompok, mereka membaur dengan masyarakat tempatan. Memang di Aceh Selatan jumlah mereka cukup dominan, sehingga dalam hal berkomunikasi-pun mereka masih menggunakan Bahasa Minangkabau. Kondisi semacam ini, berlangsung pula di bagian-bagian lain pantai barat Sumatera, seperti di Meulaboh, Singkil, Barus, Sorkam, Natal, hingga ke Bengkulu. Di Pekanbaru, Riau, Bahasa Minang-pun telah menjadi bahasa pergaulan masyarakat setempat. Namun tak ada nampak kehidupan berkelompok yang ditunjukkan oleh masyarakat Minang di kota tersebut.
SukaSuka
Orang Minang suka melebih lebihkan dirinya, semua etnis punya kelebihan. Apa bukti pengusaha Minang mendominasi Indonesia >? sebut pengusaha Minang kaya sebanyak banyaknya …
SukaSuka
Taufik Kiemas ketua MPR, hartanya Rp. 250 Miliar adalah orang Melayu tapi ditulis orang Minang sebagai tokoh Minang. Chairul Tandjung konglomerat hartanya diatas Rp. 5 Triliun adalah orang Batak tapi ditulis orang Minang sebagai tokoh Minang. Ayo Minang sebutkan data pengusaha kaya Minang dan kami akan sebutkan data pengusaha non Minang kaya (pribumi).
SukaSuka
Terima kasih telah mengunjungi blog yang sederhana ini. Tak ada yang bisa saya tanggapi atas komentar tendensius seperti ini. Untuk menunjukkan kedewasaan Anda dalam berkomentar, mohon menulis username sesuai dengan nama Anda. Hal ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang sehat diantara pengunjung dan pihak yang dikunjungi.
SukaSuka
mantap ndan!
SukaSuka
nyatanya kalo ada orang minang ngelamar di transtv gampang masuknya
SukaSuka
🙂 Saya rasa tidak juga ya. Karena biasanya perusahaan-perusahaan besar menerapkan prinsip meritokrasi. Kalaupun ada orang Minang disana, pasti lebih dilihat karena kemampuannya.
SukaSuka
Saya orang minang tulen 4 x melamar di transtv, gak diterima, kita saat ini lemah krna hnya melihat dengan 1 sisi ras, coba diliat langsung dilapangan mas terima kasih
SukaSuka
•Estimasi jumlah etnis tahun 2011 :
100 Juta orang etnis Jawa (41,6%),
37 Juta orang etnis Sunda (15,4%),
10 Juta orang etnis Banten-Betawi (4,2%),
10 Juta orang etnis Madura (4,2%),
9 Juta orang etnis Melayu (3,7%),
9 Juta orang etnis WNI Tionghoa (3,7%),
9 Juta orang etnis NTB-NTT (3,7%),
8 Juta orang etnis Minang (3,3%),
8 Juta orang etnis Batak (3,3%),
8 Juta orang etnis Bugis-Makassar (3,3%),
7 Juta orang etnis Mandar-Toraja-Gorontalo-Buton- Kaili-Tolaki-Minahasa(3 %),
4,5 Juta orang etnis Banjar-Sambas-Kutai (1,87%),
4 Juta orang etnis Aceh (1,6%),
3,5 Juta orang etnis Dayak (1,45%),
3,5 Juta orang etnis Bali (1,45%),
3,5 Juta orang etnis Maluku-Papua (1,45%),
5 Juta orang etnis lain (2%).
10 Juta orang Jakarta : 35% etnis Jawa, 27% etnis Betawi, 15% etnis Sunda, 5% etnis WNI Tionghoa, 5% etnis Minang-Melayu, 4% etnis Batak, 9% etnis lain.
50 Juta orang Sumatera : 15 Juta orang Jawa, 7,5 Juta orang Melayu, 6,5 Juta orang Batak, 6 Juta orang Minang, 4 Juta orang Aceh, 2 Juta orang Lampung, 3 Juta orang China, 1,5 Juta orang Sunda, 1,5 Juta orang Nias-Banjar-Komering, 3 Juta orang lain.
14 Juta orang Kalimantan : 3,5 Juta orang Dayak-Ngaju-Kendayan-Bakumpai, 3,2 Juta orang Banjar, 2 Juta orang Melayu-Sambas-Kutai, 2 Juta orang Jawa, 850.000 orang Bugis, 150.000 orang Madura, 800.000 orang etnis WNI Tionghoa, 1,5 Juta orang etnis lain.
Orang Jawa : 65 Juta orang di Jateng-DIY-Jatim, 15 Juta orang di Jabar-Banten-Jakarta, 15 Juta orang di Sumatera, 2 Juta orang di Kalimantan, 3 Juta orang di Indonesia Timur, Malaysia.
•Data 200 orang konglomerat Indonesia dengan harta diatas Rp. 300 Miliar : 140 orang etnis WNI Tionghoa, 28 orang etnis Jawa, 7 orang etnis Minang- Melayu, 5 orang etnis Arab-India, 5 orang etnis Sunda, 4 orang etnis Bugis, 4 orang etnis Batak, 7 orang lain (Aceh, Lampung, Sulawesi).
•4.000 orang Indonesia dengan harta antara Rp. 50 Miliar-Rp. 300 Miliar : 34% etnis WNI Tionghoa, 34% etnis Jawa, 12% etnis Sumatera, 20% etnis lain.
•400.000 orang kaya Indonesia dengan harta antara Rp. 1 Miliar-Rp. 30 Miliar : 42% etnis Jawa, 14,4% etnis Sunda, 11% etnis WNI Tionghoa, 9% etnis Minang-Melayu, 4% etnis Batak, 4% etnis Bugis-Makassar, 3,7% etnis Banten-Betawi, 3,7% etnis Madura, 8,2% etnis lain (Aceh, Kalimantan, Bali, NTB, NTT, Minahasa, Toraja, Mandar, Maluku, Papua, WNI keturunan Arab-India-Eropa). Profesi : 35% pengusaha UKM, 25% pejabat (pejabat PNS, pejabat BUMN, anggota DPR/DPRD, perwira TNI-Polri), 20% profesional (pengacara, dokter, notaris, pemasar, dosen, TKI, teknokrat, arsitek, artis), 20% eksekutif swasta.
•Profesi etnis Jawa kaya : 50.000 orang pejabat negara, 62.000 orang pengusaha UKM, 20.000 orang dokter, 20.000 orang profesional, 16.000 orang swasta.
•Wilayah orang kaya Indonesia : Jateng-DIY-Jatim 120.000 orang, Jakarta 80.000 orang, Jabar-Banten 80.000 orang, Sumatera 60.000 orang, Indonesia Timur 35.000 orang, Sulawesi 25.000 orang. Daerah etnis Jawa kaya : Jateng-DIY-Jatim 98.000 orang, Jakarta-Jabar-Banten 45.000 orang, luar Jawa 25.000 orang.
•35 Juta keluarga kelas menengah Indonesia : 47% etnis Jawa, 20% etnis Sunda-Banten-Betawi, 13% etnis Sumatera, 16% etnis lain, 4% etnis WNI Tionghoa.
•Kepemilikan rumah di Indonesia : 40% Jateng-DIY-Jatim, 28% Jakarta-Jabar-Banten, 18% Sumatera, 4% Sulawesi, 3% Kalimantan, 7% Bali-NTB-NTT-Papua.
•Kepemilikan mobil di Indonesia : 30% Jateng-DIY-Jatim, 23% Jakarta, 17% Jabar-Banten, 16% Sumatera, 5% Kalimantan, 5% Sulawesi, 4% Indonesia Timur.
•Simpanan perbankan di Indonesia : 48% Jakarta, 17% Jateng-DIY-Jatim, 13% Sumatera, 10% Jabar-Banten, 5% Kalimantan, 3% Sulawesi, 4% daerah lain.
•Penduduk Jakarta : 35% etnis Jawa, 27% etnis Betawi, 15% etnis Sunda, 6% etnis WNI Tionghoa, 5% etnis Minang-Melayu, 4% etnis Batak, 8% etnis lain.
•80.000 orang kaya Jakarta : 35% etnis Jawa (pejabat PNS), 20% etnis WNI Tionghoa, 15% etnis Sunda, 10% etnis Betawi, 10% etnis Minang, 10% etnis lain.
SukaSuka
Terima kasih Sdr. Regina atas komentarnya. Saya salut dengan Anda, yang memiliki data sebegitu rinci. Ini data per kapan ? Apakah semua data-data ini valid ?
SukaSuka
Ini datanya darimana ibu? Apa valid?
SukaSuka
Bapak Taufik Kiemas tu memang keturunan minang, silakan baca di sini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Taufiq_Kiemas
dan Chairul Tanjung pun juga keturunan minang sukunya saja suku tanjung, hanya kebetulan saja ayahnya merantau ke Tapanuli, Sumatera Utara.
SukaSuka
Orangnya sendiri pak chairul tanjung ngaku orang batak bukan orang minang. ngak malu orang minang mengklaim seseorang itu minang padahal bukan
SukaSuka
http://profil.merdeka.com/indonesia/t/taufiq-kiemas/
SukaSuka
chairul tanjung keturunan minang yang orang tuanya sudah lama bermukim di sibolga, perlu anda ketahui jumlah orang minang di sibolga itu bukan sedikit, dan anda perhatikan aja siaran trans 7, selalu berisikan tentang minangkabau, dan jarang berisikan adat batak.
SukaSuka
Lihat di wikepedia, dan waktu kunjungan pak chairul tanjung ke medan, dia sendiri mengaku bahwa dia adalah keturunan batak-sunda, yang ayahnya dari sibolga. saya asli tapanuli tengah, bahwa marga tanjung disana tak perna bilang bahwa mereka adalah minang (padang), jangan mengada-ada melakukan pembodohan publik. Minang itu masih kalah sama batak dalam pencapaiaan apapun. Lihat di pasar senen siapa yg menguasai dan di mangga dua lebih banyak batak disana dari pada minang di jatinegara, dan orang batak ada pemain bolanya di liga dunia serie A Radja Nainggolan, seorang jenderal besar amerika bang humprei samosir, jesse hutagalung petenis dunia belanda, dan gayus tambunan koruptor no. 1 indonesia hehehehehehhe
SukaSuka
Rajo Caniago
Halo Hirass…kamu udah menghina…kamu hrs lebih banyak baca baca lagi. jgn sombong kamu dgn pencapaian org batak skrg ini. belum ada apa apanya sama orang minang. niih sy uraiin satu satu nih…
– org minang punya kerajaan besar beberapa biji yaitu pagaruyung, dharmasraya, indrapura dll. batak mana kerajaan besarnya yg dicatat sejarah?. bikin propinsi tapanuli aja yg kecil org batak gk mampu apalagi bikin kerajaan. tanah batak itu jajahan kerajaan pagaruyung pada abad 14-15 (baca buku “Sejarah Sumatra” karya William Marsden). pasukan imam bonjol juga masuk ke jantung batak pada awal abad 19. yg bisa bikin kerajaan bsr itu cuma minang jawa aceh sunda bugis….. batak gk masuk itungan.
– org minang bikin kerajaaan di negeri sembilan malaysia, brunei, sulu, siak riau, kesultanan kota pinang, kesultanan barus, kesultanan manggarai dll. kesultanan aceh mencapai puncak kejayaan dibawah pimpinan sultan iskandar muda yang keturunan minang. mampu gk org batak bikin kerajaan di mana mana kayak gitu?.
– org minang pendiri utama indonesia-majalah tempo bilang pendiri utama indonesia itu ada 4-sukarno, muhamad hatta, sutan syahrir sama tan malaka-satu jawa tiga minang- mana bataknya?. msh banyak yg lain-ada agus salim, muhamad natsir, muhamad yamin, hamka. tokoh tokoh itu gk bisa disaingi sama batak mana pun juga.
– org minang nyebar di pesisir barat mulai dari natal-sibolga-barus-sorkam-kemudian jadi kelompok atau suku pesisir-yg suka diklaim sama batak sebagai bagian suku batak. org org bermarga tanjung gk mutlak org batak, mereka keturunan org minang dari pariaman sejak ratusan tahun lalu. org minang jg bnyk di pesisir barat aceh-kemudian jadi suku aneuk jamee. keturunan minang jg banyak di sulu- mindanao-brunei dll dari ratusan tahun lalu. org minang itu bikin suku baru dimana mana. ada gk batak kayak gitu?
– klo soal pasar senen mangga dua dll gk ush dipersoalin deh… semua org jg tau pasar pasar di jkt bnyk didominasi org minang.
– humprei samosir bukan jenderal besar-jngn digede gedein deh. naah kalo yg kayak gayus-miranda gultom-aulia pohan-dll… memang hampir gk ada org minang yg kyk gitu… insyaallah org minang msh kuat iman sama idealismenya. oh ya… sy pernah baca di kompas ada juara dunia dari indonesia namanya aero sutan aswar.. itu baru hebat… coy… raja nainggolan pemain bola biasa gk ada istimewanya.
– sastrawan-penulis-penyair-seniman film dan seniman lain banyak dari minang…. batak kalah total soal ini.
– belum lg soal penyebar agama… mau ulama atau pendeta kek-batak gk punya sejarah yg hebat… beda sama minang yg ulamanya mengislamkan banyak masyarakat di seantero nusantara….. kalah total kan?.
– abis baca ini mudah-mudahan kamu sadar dari kesombongan dan percaya diri berlebihan, bhw ada yg lbh hebat rupanya hehehehe…….
SukaSuka
Gk usah Munafik Lah…..
Orang batak itu jauh lebih Sukses dari minang…..
Dari mana itu sejarahnya orang minang menguasai batak….kwkwk….
Kami itu dulu suku kanibal Bro
Klo memang orang minang berani masuk maka yg terjadi adalah orang minang bakalan jadi santapan kami selama 1 minggu..
Isi otak dan badannya bakalan kami makan….
Jadi jgn melakukan pembodohan publik….
Orang batak Terkenal : Tegas ,Kuat,Cerdas,Profesional,Teguh pendiriannya apalagi dalam pergaulan, kemana aja kau merantau di indonesia pasti ada orang batak,karena dengan suku dan agama apapun kami Berteman dan gampang sekali menyesuaikan diri…..
Orang minang terkenal pelit maka y ada istilah *Padang kali kau*
Banyak yg jadi penghianat klo berteman sama kalian….
Karena org padang selalu memilih – milih orang dan agama y….
SukaSuka
Salah satu pendiri indonesia dan yg Nyata membasmi Pki adalah Orang Batak yaitu Jenderal Besar bintang lima Abdul haris Nasution…..
Jgn mengada-ada lah …
Pak A.H Nasution hampir kehilangan nyawa y waktu rumah y di grebek pki…..
SukaSuka
SAYA Orang asli sibolga …
100 % Orang sibolga penduduknya Bermarga Batak….
Pendiri sibolga adalah orang Batak Yaitu Tuanku Dorong Hutagalung….yg makam y persis di jantung kota sibolga di depan kantor Polsek Sibolga..
Jgn mimpi lu , gk da org padang di kampungku …yg ada itu cuman Ikatan keluarga Tanah Agam yg merantau, itupun cuman sedikit….
Jarak minang aja ke sibolga Sangat jauh….
Ngawur lu…
Datang kau ke barus ,itu kampung bapak ku….
Gk da orang minang disitu woi…
Klo kau datang yg kau jumpai pasti Patung Raja-raja batak.
Salah satu patung itu adalah patung Raja Uti yaitu keturunan ketiga Langsung dari si Raja Batak yg mendiami barus dan sekitarnya.
Dan jangan Terkejut klo datang ke Barus karena Babi Di bebaskan berkeliaran disana…
Tahun 2014 Chairul tanjung pulang ke kampung halaman y sibolga dan di sambut dengan Adat batak yaitu Upah-upah
dan memberikan bantuan Dana Sebanyak 1 milyar untuk pembangunan Masjid agung Kota Sibolga yg langsung dari kantong pribadi beliau sendiri.
Itu tanda y dia sangat menghargai tanah nenek moyang nya…
Seharus y kau malu dengan Ucapan mu yg membohongi publik…
Orang minang gk tau malu ….mengklaim yg bukan milik nya..
SukaSuka
Anda benar. Inilah. Ilmu yang sebenarnya.
SukaSuka
dan taufiq kiemas itu punya bapak orang melayu palembang, dan ibunya dari minangkabau
SukaSuka
AG. (Abdul Ghafar) Tanjung, ayahnya CT, apakah lebih mendekati nama orang batak atau nama orang minang? saya pernah bekerja di PARA grup jakarta dari 2004-2009, dan dari sodara2/sepupu CT mengatakan kalau beliau adalah orang minang. wallahu alam..
SukaSuka
Orangnya sendiri pak chairul tanjung yg bilang dia batak – sunda, kalau nama bisa aja dibuat2 seperti orang chinese namanya Budiarto, Budianduk, dll. Tanjung nama dibelakang itu bukan suku, tapi marga tanjung.
SukaSuka
Pokoknya ibunya Chairul Tanjung itu orang Sunda, Sukabumi. Tapi kalo ayahnya kayaknya Minang Kebatak-batakan. 🙂 Tapi EGP yang penting Chairul Tanjung bilang Ibunya lah yang paling penting di dalam proses kehidupannya. Alhamdulillah ada konglomerat yang Islami. Buah didikan perempuan Sunda yang lebih mengutamakan agama daripada budaya. Beda sama wanita Jawa yang lebih mengutamakan budaya di atas agama, makanya gedenya anak2nya pada kaya tapi kufur.
Sunda + Minang : IDEAL
SukaSuka
Minang kebatak-batakan, berarti orang minang mau jadi batak gitu. Okelah batak itu keren ……..
SukaSuka
Rajo Caniago
manapulak org minang mau jadi batak… jauhlah yaauuuu… sejarah minang jauh lebih hebat daripada batak… pendiri kerajaan di mana mana.. juga pendiri utama indonesia dan malaysia… mereka org org kukuh pendirian… gk suka cari kaya dgn korupsi alias maling…. kalo mau kaya org minang jdi pengusaha… kalo jdi pejabat memang ingin mengabdi utk masyarakat… banyak yg jadi dirut perusahaan besar bikin maju perusahaan… krn pintar pintar dan gk korupsi alias maaaaaaaliiiiiing… nih daftar org jujur sederhana dan berintegritas di indonesia yg sering disebut media.. hatta- natsir- hugeng- agus salim- sudirman- syafrudin prawiranegara… ada minang- jawa- banten/minang.
SukaSuka
Orang Minang bukanya hilang kesukuanya kalau ga lahir bukan dari ibu suku minang ya?. Majority teman saya yang bapaknya orang minang ibunya suku lain, endingnya claim suku ibunya. Kalau orang minang kan marga dari ibu, nah chairul tanjung ibunya orang sunda. Terus ? Asal muasal tanjung orang minang itu gimana caranya. Penasaran
SukaSuka
(Abdul Ghafar) Tanjung, nama minang apa nama muslim..??
SukaSuka
orang batak itu cuma membanggakan diri aja, saya salut dg org minang klw adu mulut lebih tenang dr pd batak yang ga jelas ingin menang selalu… klw anda pikir pas memerdekakan indonesia ini adakah org batak yang jd proklamator?? #thinkagain
SukaSuka
Coba belajar sejarah …. Siapa perdana menteri Indonesia pertama, siapa jenderal bintang 5, adakah orang suku lain disitu kecuali jawa dan batak….
SukaSuka
hai hirass….kamu yg hrs banyak belajar sejarah… perdana menteri pertama itu sutan syahrir… org minang… waktu itu umurnya klo gk salah baru 36 th msh muda banget. ini ada linknya nihh http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Perdana_Menteri_Indonesia..
kamu banggain jendral bintang 5 nasution – kamu tau gk sejarah marga nasution?. marga nasution asalnya dari pangeran pagaruyung minangkabau. pada masa kejayaan pagaruyung rajanya kirim keluarga istana utk jdi raja di mana mana…. ada di mandailing- kota pinang- negeri sembilan malaysia- dll… makanya nasution bnyk yg hebat krn keturunan pagaruyung. batak baru merantau awal abad 20 sebelumnya cuman di sekitar danau toba aja… kalo org minang udah merantau dari abad 7… . bukan kata saya lho… ini kata buku-buku terpercaya yg saya baca.
kamu tau siapa proklamator kemerdekaan indonesia? sy ksh tau ya… sukarno – hatta. adakah orang suku lain disitu kecuali jawa dan batak….eh minang hehehe…
SukaSuka
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairul_Tanjung
“Chaerul Tanjung”
Chairul Tanjung lahir di Jakarta dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya adalah seorang wartawan pada orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.[1] Sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Ayah Chairul berasal dari Sibolga, Sumatera Utara, sedangkan ibunya dari Cibadak, Jawa Barat.[4] Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tanjung
“Suku Tanjung”
Suku Tanjung merupakan bagian dari Lareh Koto Piliang yang disusun oleh Datuk Ketumanggungan. Menurut tambo adat Minangkabau, Suku Tanjung berasal dari Luhak Nan Tigo dan merupakan salah satu suku yang terbesar di Minangkabau.[1] Suku ini kemudian menyebar ke wilayah rantau dan pesisir. Di pesisir barat, banyak orang-orang yang bersuku Tanjung yang menggunakan nama suku dibelakang namanya. Hal ini berlaku di wilayah pesisir barat Sumatera dari Barus, Sibolga, Sorkam, Natal, Air Bangis, Tiku, Pariaman, Padang, Painan, dan Bengkulu, serta di Pulau Nias. Penambahan nama suku dibelakang namanya bertujuan untuk menunjukkan identitas diri di tengah masyarakat pesisir yang majemuk. Di pesisir barat Sumatera Utara yang tidak lagi mengikuti adat matrilineal, penambahan suku dibelakang nama ini sebagian besar sudah mengikuti nasab ayah
.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Mandailing
“Suku Mandailing”
Suku Mandailing adalah suku bangsa yang mendiami Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatera Utara beserta Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat, dan Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau. Mandailing merupakan kelompok masyarakat yang berbeda dengan suku, Hal ini terlihat dari perbedaan sistem sosial, asal usul, dan kepercayaan. Pada masyarakat Minangkabau, Mandailing atau Mandahiliang menjadi salah satu nama suku yang ada pada masyarakat tersebut. Dalam hal ini banyak sejarahwan asing menjadikan Mandailing menjadi sub etnis dari Batak mulai pada masa pemerintahan Belanda, padahal orang-orang Mandailing sendiri menolak untuk disatukan dalam etnis Batak dalam administrasi pemerintahan Belanda pada awal abad 20 lalu, yang dikenal sebagai Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Soengai Mati, Medan pada tahun 1925, yang berlanjut ke pengadilan. Hingga akhirnya, berdasarkan hasil keputusan Pengadilan Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, Mandahiling diakui sebagai etnis terpisah dari Batak, karena etnis Batak sendiri sebenarnya lebih muda dari etnis Mandailing berdasarkan silsilah yang diakui etnis Batak sendiri Tarombo si Raja Batak,- nenek moyang orang Batak, yang ibunya yang bernama Deak Boru Parujar berasal dari etnis Mandailing. Etnis Mandailing sendiri menurut silsilahnya berasal dari etnis Minangkabau. Suku Mandailing sendiri mengenal paham kekerabatan, baik patrilineal maupun matrilineal. Dalam sistem patrilineal, orang Mandailing mengenal marga. Di Mandailing hanya dikenal belasan marga saja, antara lain Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, dan Hutasuhut. Bila orang Batak mengenal pelarangan kawin semarga, maka orang Mandailing tidaklah mengenal pelarangan kawin semarga. Hal ini lah yang menyebabkan marga orang Batak bertambah banyak, karena setiap ada kawin semarga, maka mereka membuat marga yang baru. Di lain pihak orang-orang dari etnis Mandailing apabila terjadi perkawinan semarga, maka mereka hanya berkewajiban melakukan upacara korban, berupa ayam, kambing atau kerbau, tergantung status sosial mereka di masyarakat, namun aturan adat itu sekarang tidak lagi dipenuhi, karena nilai-nilai status sosial masyarakat Mandailing sudah berubah, terutama di perantauan. Agama Islam (98 %), Kristen (2%). Kelompok etnik terdekat Suku Minangkabau, Suku Melayu, Suku Alas, Suku Gayo, Suku Karo, Suku Batak.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasution
“Nasution”
Nasution adalah salah satu marga Batak yang bermukim di Mandailinga Godang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Menurut riwayat, marga Nasution merupakan keturunan Baroar Nan Sakti. Setelah dinobatkan penduduk menjadi raja, Baroar memperoleh gelar Sutan Diaru.[1] Baroar adalah anak Batara Payung Tuanku Raja Nan Sakti, keluarga Kerajaan Pagaruyung yang merantau ke Mandailing.[2] [3] Batara Payung bersaudara dengan Batara Gurga Pinayungan Tuanku Raja Nan Sakti, pendiri Kesultanan Kota Pinang.[4] [5] Keturunan Tuanku Nan Sakti di Mandailing Godang kemudian berkembang dan membentuk fam/marga Nasution (Nan sakti on).[6]
SukaSuka
Secara historis ada kedekatan hubungan antara Sumatera Utara dan Sumatera Barat, jadi jangan ribut-ribut. Bagi kita dari Sumbar memang prestasi orang Minang menurun, ini harus jadi interopeksi buat kita untuk memberikan sumbangsih lebih baik lagi ke depannya. Buat saudara dari Sumatera Utara perlu ada perhatian serius karena ada dualisme image negatif tentang suku Batak.
Beberapa bulan belakangan ini muncul pemberitaan media massa cukup ramai mengangkat berita tentang penahanan sejumlah orang Batak oleh KPK dan aparat Kepolisian RI, karena terlibat kasus manipulasi pajak, merekayasa perkara hukum, korupsi, penipuan, menerima atau memberikan uang suap, dan pembobolan rekening deposito di suatu bank swasta: Gayus HP. Tambunan, Haposan Hutagalung, Maruli Pandapotan Manurung (kasus manipulasi pajak), Cyrus Sinaga (kasus rekayasa perkara hukum), RE. Siahaan (kasus korupsi APBD di Pematangsiantar), Monang Sitorus (kasus korupsi APBD Kabupaten Toba Samosir), Panda Nababan, Poltak Sitorus, Baharuddin Aritonang (kasus menerima suap saat pemilihan Deputi Gubernur Senior BI di DPR), Mindo Rosalina Manullang (kasus suap pembangunan Wisma Atlet di Sumatera Selatan), dan Santun Nainggolan (kasus pembobolan rekening deposito PT. Elnusa Tbk di Bank Mega). Tidak hanya mereka saja. Ada pula sejumlah orang Batak yang sempat menjadi pemberitaan media massa, karena terlibat dalam kasus hukum besar lainnya. Beberapa diantaranya : Marisi Matondang (kasus dugaan korupsi untuk pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kemenakertrans tahun 2008), dan Daniel Sinambela (suami dari artis Joy Tobing) karena terkait kasus penipuan uang senilai Rp. 20 miliar. Bahkan santer saat ini diberita tentang kompensasi pertukaran narapidana bos narkoba asal Australia dengan pengedar kelas kakap asal Indonesia yang salah seorang diantaranya adalah orang Batak. Inilah menjadi salah satu latar belakang tidak dimasukkannya perwakilan tokoh dari Sumut di Kabinet Kerja karena banyaknya kasus KKN yang melibatkan orang-orang Sumut. Semoga jadi pelajaran. Wassalam.
SukaSuka
Yang jadi keheranan saya disini, kenapa tidak ada pengusaha2 aceh?
SukaSuka
Kalau Tidak Tau Batak tidak usah komen sehingga pembenarannya terkesan dipaksakan, dan bangga atas sukunya itu merupakan hak masing2…akan tetapi jangan mencederai nilai budaya suku lain khususnya Batak.
Disini saya jelaskan bagi yg gagal paham tentang suku Batak :
Suku Batak ada Lima yaitu : Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak.
Batak Toba – Tinggal di Tapanuli Utara
Batak Simalungun – Tinggal di Siantar atau kab. Simalungun
Batak Karo – Umumnya tinggal di daerah Kabanjahe, Berastagi, Medan
Batak Mandailing – tinggal di Tapanuli selatan
Batak pakpak – tinggal tapanuli tengah, dan dairi
Jadi Istilah meniadakan marganya bahkan tidak mengakui orang batak, itu juga merupakan hak setiap individu karena silsilah marga itu asal usulnya adalah dari nama…
saya contohkan lagi :
Di Timur Tengah ada kurang lebih 500.000 jiwa òrang batak tidak memakai marga dan hanya nama, sehingga pemakaian namanya dgn nama islam seperti muhammad, ahmad, hisbutz, dll
Begitu juga di negara china, jepang, taiwan,orang Batak yang sudah WN tersebut kurang lebih 3,5 juta jiwa… mereka ada yang masih memakai marga Batak tapi lebih Banyak mengadopsi marga dari suatu suku di negara tersebut.
Tapi Di negara Australia, Afrika, benua eropa dan Amerika populasi orang Batak yang terdata di beberapa benua tersebut kurang lebih 22juta jiwa, mereka tetap menggunakan marga batak sampai dengan sekarang.
Marga Batak itu adalah sebuah Nama Raja yang tidak bisa di tambahi dan di kurangi oleh keturunannya, kecuali oleh raja tersebut menyematkannya dalam nama anaknya(Anak Raja).
Saya Contohkan lagi :
Raja Simatupang anaknya 3 yaitu :
Sianturi, Toga Torop, Siburian.
Anak Raja Simatupang yang ketiga tiga itu tetap menyebut marganya Simatupang.
Nah satu lagi, ada yg komen di atas menyebut perkawinan satu marga,
saya tegaskan kembali, orang batak satu marga tidak bisa kawin kecuali orang durhaka yg melanggar silsilah marganya.
Mungkin itu hanya berlaku di sukumu saja, tapi yg mengakui orang Batak tidak akan pernah terjadi.
Mudah2an anda paham…..
SukaSuka
Loh kok bertengkar kenapa medan tidak di kuasai org batak kenapa org cina, sementara di padang cina tak berkutik. org batak mudah disogok, dibodoh bodohi hehehahaha
SukaSuka
saya yakin jumlah org minang banyak & keturunannya, hanya mereka sudah tidak menggunakan identitas minang. Karena bisa dikatakan orang minang jika ibunya minang, bukan bapaknya, seperti pak Tifatul Sembiring beliau org minang atau org batak (beliau dapat gelar datuk)? padahal ibunya minang atau seperti anak2 pak Yusuf Kalla, apakah dikatakan org minang /bugis. Karena pada silsilah org minang berasal garis ibu. Seperti saya, ayah saya minang dan ibu saya jawa, kalau disensus apakah saya dapat disebut org minang????
Banyak loh, yg seperti saya, rata2 pria minang merantau dan menikah dengan penduduk setempat, apa keturunannya dapat disebut org minang? seperti Laudya Cinthia Bella (bapak padang ibu sunda), dll
Yang seperti ini ga tersurvei kan???
SukaSuka