Metaverse, Dunia Virtual Masa Depan

Posted: 23 Januari 2022 in Ekonomi Bisnis
Tag:, , , , , , , , ,

Pernah gak sih Anda membayangkan kalau ada orang yang mau beli tanah, tapi gak ada fisiknya. Ya, itu sekarang terjadi. Dimana beberapa selebritis dan perusahaan dunia, mau membeli kavling tanah di Metaverse. Metaverse, barang apa lagi itu? Jadi Metaverse adalah semacam dunia virtual tiga dimensi (3D), dimana para penggunanya nanti bisa saling berinteraksi. Mereka bisa saling bertegur sapa, bermain bersama, hingga membangun bisnis. Anda tahu Roblox kan? Ya, kira-kira Roblox merupakan bentuk Metaverse paling sederhana. Di Roblox, kita bisa main bersama dengan avatar kita masing-masing. Lalu apa kaitannya dengan selebritis yang mau membeli tanah disana? Jadi nantinya di Metaverse para pemain juga dapat melakukan jual-beli layaknya di dunia nyata. Para pesohor itu memperkirakan harga tanah disana nantinya akan naik. Ya, jadi ini sebagai bentuk investasi mereka. Kalau di dunia riil, mungkin Anda akan sulit tinggal se-kompleks dengan artis-artis Hollywood. Di Metaverse, itu bisa terjadi. Anda bisa saja nanti bertetangga dengan Angelina Jollie atau Brad Pitt, dan berinteraksi dengan mereka.

Lalu, siapa sih yang punya ide gila semacam ini? Dia adalah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Mark boleh dibilang merupakan orang yang paling niat untuk menciptakan semesta meta. Sebagai langkah awal, Mark sudah mengganti nama induk perusahaannya menjadi Meta. Setelah itu, Mark akan mendorong tiga miliar pengguna Facebook untuk masuk dan bermain di Metaverse. Untuk bisa masuk ke semesta meta, nantinya para pemain akan membuat avatar sesuai dengan jati dirinya masing-masing. Avatar adalah semacam kartun diri yang menjadi cerminan karakter seorang pemain. Kalau Anda ingin menampilkan diri Anda sebagai playboy misalnya, Anda bisa menyesuaikan pakaian serta tingkah laku Anda di Metaverse. Dengan avatar itulah nantinya para pemain bisa mengganti kostum, menonton konser, atau berkencan layaknya manusia di dunia nyata.

Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, Meta telah menggelontorkan dana sebesar USD 10 milyar atau setara Rp 140 triliun. Mungkin Anda akan bertanya-tanya, untuk apa Meta mengeluarkan dana sebanyak itu? Ternyata Mark melihat cuan yang menggiurkan dari bisnis di Metaverse. Disana Mark nantinya akan menjual tanah, menyewakan lapak, hingga menjual berbagai macam pernak pernik. Alat transaksinya tentu menggunakan mata uang yang dikembangkan Meta sendiri. Mungkin seperti Robux-nya Roblox, atau sejenis bitkoin. Oleh karenanya bagi sebagian orang, berinvestasi di Metaverse menjadi pilihan yang menjanjikan. Mereka percaya orang yang masuk pertama kali ke semesta ini, akan mendapat keuntungan berlipat-lipat. Mirip seperti peneroka awal yang membuka lahan, yang kemudian beroleh keuntungan dari penjualan tanah setelah kawasan tersebut ramai ditempati.

Saat ini sudah banyak selebritis dan perusahaan dunia yang berburu properti di Metaverse. Salah satunya adalah perusahaan pengembang virtual : Republic Realm. Perusahaan yang berbasis di New York itu, konon telah membeli tanah seharga USD 4,3 juta di The Sandbox. Tak cuma di The Sandbox, Republic Realm juga telah memborong lahan di Decentraland seharga USD 913 ribu. Rencananya disana ia akan mengembangkan distrik perbelanjaan virtual yang diberi nama Metajuku. Katanya sih, konsepnya mirip dengan pusat perbelanjaan Harajuku di Tokyo. Sebelumnya, Tokens.com juga telah memborong landbank senilai USD 2,5 juta di Decentraland. Dikalangan pesohor, tercatat ada tiga nama yang telah mem-booking tanah di Metaverse. Mereka adalah Snoop Dogg, Huang Heshan, dan penyanyi asal Singapura : J.J. Lin. Disamping membeli tanah, ada pula perusahaan dunia yang akan menjual produknya di Metaverse. Dua perusahaan apparel : Nike dan Adidas, sudah siap meluncurkan produk virtual versi mereka. Tak ketinggalan perusahaan fesyen asal Italia : Gucci, yang telah menjual tas virtualnya di Roblox seharga USD 1,2 – USD 9. Yang paling menarik tentu adalah rencana pemerintah Barbados yang akan membuka kedutaan besarnya di Decentraland. Kalau nantinya semua negara membuka kedutaannya di Metaverse, bisa jadi mengurus visa bisa dilakukan secara virtual.

Selain Meta, ternyata Microsoft juga mengincar bisnis Metaverse. Raksasa perangkat lunak ini sudah menggunakan hologram dan sedang mengembangkan aplikasi mixed and extended reality (XR) dengan platform Microsoft Mesh-nya. Platform ini nantinya akan menggabungkan dunia nyata dengan augmented reality dan virtual reality. Microsoft juga telah mengumumkan rencananya untuk menghadirkan realitas campuran termasuk hologram dan avatar virtual ke Microsoft Teams. Selain itu permainan video yang dioperasikan Microsoft : Xbox Live, juga sedang serius mengembangkan gim versi Metaverse mereka.

Gucci Garden di Roblox

Jauh sebelum Meta dan Microsoft masuk ke Metaverse, Roblox telah memulainya terlebih dahulu. Platform gim yang didirikan oleh David Baszucki itu, telah menawaran berbagai macam permainan 3D. Diantaranya yang cukup populer adalah Bloxburg dan Brookhaven. Dimana dalam permainan itu pengguna dapat membangun rumah, bekerja, dan bermain skenario. Saat ini lebih dari 200 juta pengguna aktif Roblox di seluruh dunia. Angka ini tumbuh signifikan jika dibandingkan tahun 2019 lalu, dimana saat itu hanya ada 90 juta pengguna Roblox. Tak salah jika perusahaan ini kemudian memiliki valuasi lebih dari USD 45 miliar. Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, Roblox telah menggandeng beberapa brand ternama. Salah satunya adalah perusahaan sepatu Vans yang membangun Vans World. Nantinya para pemain bisa bermain skateboard secara virtual, dengan mengenakan perlengkapan virtual produksi Vans. Vans World akan melengkapi Gucci Garden yang telah dikembangkan terlebih dahulu oleh perusahaan fesyen, Gucci.

Dampak Metaverse

Dengan adanya Metaverse, tentu para pebisnis akan melihat peluang baru. Dimana mereka bisa menjual produk-produk virtual di dunia maya. Brand-brand ternama yang selama ini hanya menyasar kalangan high-end atau menengah ke atas, tentu bisa pula menjual produk versi Metaverse mereka ke kalangan bawah. Sehingga ini akan menjadi saluran baru bagi perusahaan untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas. Untuk itu, ke depannya lanskap bisnis pasti akan berubah. Merek-merek yang tak muncul atau memasang iklan di Metaverse, bisa saja akan ditinggalkan konsumen mereka. Itulah mengapa Nike, Adidas, dan Gucci, sudah sejak dini menancapkan imej mereka di Metaverse.

Disamping itu yang perlu dicermati oleh kalangan Gen Z adalah ke depan akan muncul profesi-profesi baru yang menjadi incaran banyak perusahaan. Kalau sekarang content creator merupakan profesi yang cukup digandrungi, maka 5-10 tahun lagi orang-orang yang bisa mendesain produk virtual di Metaverse akan menjadi rebutan. Selain itu profesi yang juga akan menjadi tren adalah insinyur-insinyur yang mengerti konsep NFT dan blockchain. Nah, sekolah-sekolah serta institusi pendidikan kita juga harus melihat peluang ini. Harus dibuat jurusan-jurusan yang mendukung profesi-profesi tersebut. Kalau tidak, maka jangan salahkan jika nanti jago-jago IT dari India atau negara tetangga yang akan mengisi pekerjaan tersebut. Jurusan-jurusan tradisional seperti manajemen, hukum, dan humaniora, juga harus menyesuaikan kurikulumnya dengan perkembangan teknologi. Jangan sampai nanti lulusan hukum tergagap-gagap ketika harus menangani sengketa terkait Metaverse.

Kalau banyak orang yang melihat sisi negatif dari Metaverse, saya justru sebaliknya. Memang teknologi bagaikan pisau bermata dua. Jika kita tidak bisa menyikapinya dengan baik, maka ia akan menjadi momok yang menakutkan. Seperti keluhan sebagian orang tua yang melihat anaknya di-bully ketika bermain Roblox. Anak-anak yang biasanya happy setelah bermain, karena sering dirundung malah menjadi depresi. Tak hanya itu, tindakan asusila seperti pelecehan seksual juga sering terjadi disana. Beberapa media daring melaporkan bahwa Roblox telah disusupi oleh para predator seksual. Mereka biasanya menggiring anak-anak untuk mengklik situs-situs porno. Untuk itu maka perlu adanya edukasi dan pendampingan dari orang tua. Anak-anak sudah tak bisa lagi dibiarkan untuk bermain gim sendirian. Karena ketika mereka masuk ke semesta meta, mereka akan terhubung dengan dunia luar dan berinteraksi dengan banyak orang.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s