Ada sebuah hadis yang begitu menggoda dan menggetarkan pikiran saya. Perkataan Rasulullah SAW tentang adanya kepastian akan kejayaan umat Muslim di masa mendatang. Hadis itu dengan gamblang mengatakan bahwa suatu ketika nanti kaum Muslimin akan menaklukan dua kota penting dunia, Konstantinopel dan Roma. Mengapa hadis itu begitu menggoda? Pertama, karena tak pernah ada seseorang pun yang dapat memastikan apa yang akan diraih oleh umatnya di masa mendatang secara terperinci seperti halnya Muhammad SAW. Tidak Ibrahim Alaihissalam, tidak Musa Alaihissalam, ataupun Isa Alaihissalam. Yang kedua, dan ini yang semakin mempertebal keimanan saya, karena separuh janji dalam hadis tersebut telah terbukti.
Bagi masyarakat Muslim di abad ke-7, perkataan itu (mungkin) agak mencengangkan. Bagaimana mungkin, sebuah masyarakat gurun yang terbelakang nantinya akan menaklukan dua ibu kota kerajaan besar yang perkasa. Tapi itulah Muhammad SAW, yang mampu memberikan kepastian bagi umatnya. Sehingga hadis itu tetap hidup di tengah orang-orang yang beriman dan memotivasi mereka hingga detik ini.
1453, Konstantinopel kota pertama dalam hadis itu benar-benar dapat ditaklukan kaum Muslimin. Adalah Muhammad al-Fatih, pemimpin kesultanan Turki Utsmani yang membuktikan kebenaran hadis tersebut. Penaklukan Konstantinopel sungguh suatu kejadian hebat yang mencengangkan raja-raja Eropa. Dengan penuh kesabaran dan kesungguhan, al-Fatih merebut Konstantinopel yang sudah melemah itu. Kejatuhan Konstantinopel kepangkuan umat Muslim, sontak merubah konstelasi politik dunia. Kerajaan Romawi, hilang dari peta politik dunia untuk selamanya. Utsmani Muslim kini menjadi adidaya yang terus memperlemah Eropa hingga penghujung abad ke-17. Sesaat setelah itu, Hagia Sophia, gereja kaum Ortodoks Timur berubah menjadi mesjid. Sultan mengumandangkan azan serta menegakan solat Jumat di kota tersebut. Dan nama Konstantinopel – yang berarti kota Konstantine – berubah menjadi Islambul (Istambul) : kota Islam.
Roma, kota berikutnya dalam hadis tersebut menunggu untuk menjadi Muslim. Menara-menara mesjid seperti halnya menara-menara di Islambul menunggu untuk tegak kokoh di Roma. Azan yang menjadi panggilan solat umat Muslim, menunggu untuk dikumandangkan di setiap sudut Roma. Dan masyarakatnya, menunggu untuk menjalani hidup keseharian dengan norma-norma Muslim. Tanpa alkohol, tanpa judi, dan tanpa prostitusi yang dilegalkan.
Muslimnya Roma tentu perlu bekal yang cukup, seperti halnya bekal yang dulu dipersiapakan pasukan Utsmani untuk mengubah Konstantinopel menjadi Islambul. Perlu keikhlasan dan ketakwaan, perlu kesungguhan dan kerja keras, perlu ilmu pengetahuan dan keadaban, yang semua itu kini agaknya telah memudar pada diri umat Muslim.
Sumber foto : socrate.deviantart.com