Renovasi Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat

Stasiun Sudirman telah bersalin rupa. Wajah stasiun yang dulu disebut Stasiun Dukuh Atas itu, kini telah berseri-seri. Enam bulan lalu, kondisi stasiun ini tak ubahnya stasiun lain di ibu kota : sumpek, kusam, dan kuno. Tapi sekarang, stasiun yang terletak di jantung kota Jakarta itu telah menjadi salah satu tempat perhentian kereta termodern di negeri ini. Bagi Anda yang sudah lama tak menginjakkan kaki disana, pasti akan terperangah dibuatnya.

Dengan desain minimalis dan lantai berwarna kelabu, dua tingkat stasiun kini terasa lebih kinclong. Sisi bangunan yang dulunya terbuat dari besi, sekarang telah diganti dengan stainless steel yang ramah lingkungan. Di sebelah kiri dan kanan, kaca-kaca berukuran besar menghiasi badan stasiun. Dengan begitu, di siang hari lampu penerang tak berguna lagi. Kursi-kursi berbahan dasar almunium, menambah anggun ruang tunggu stasiun. Empat eskalator dan dua buah lift di kedua belah sisi, memanjakan penumpang dari dan menuju Jalan Sudirman. Peronnya-pun lebih panjang dan lebar, dengan ketebalan yang sudah disesuaikan dengan tinggi pintu kereta. Sehingga tak lagi menyulitkan para penumpang wanita untuk naik dan turun KRL. Mushola dan toiletnya, juga tak kalah mewah dengan gedung-gedung yang ada disekelilingnya. Bersih dan rapi.

Pemugaran Stasiun Sudirman merupakan salah satu bagian program revitalisasi jaringan kereta komuter Jabotabek. Sejak berpisah dengan PT KAI setahun yang lalu, PT KAI Commuter Jabodetabek bertekad untuk menyediakan sarana transportasi cepat dan nyaman. Untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya, perusahaan siap menggelontorkan dana ratusan milyar rupiah. Jajaran direksi PT Comutter tentu berharap, dengan merenovasi stasiun, keuntungan akan mudah didapat.

Peluang Bisnis

Dengan stasiun yang bagus, para pemasang iklan tentunya akan tertarik untuk menyewa space disana. Kios-kios yang ditawarkan pun, harganya bisa ikut terdongkrak. Adanya pembenahan, diharapkan nantinya stasiun tak hanya berfungsi sebagai tempat menunggu kereta. Tetapi juga sebagai tempat shopping, transaksi perbankan, atau sekedar menikmati kudapan ringan. Tenant-tenant ternama seperti Dunkin Donuts, Bread Talk, KFC, Mc Donalds, Starbucks, Bengawan Solo, Hoka Hoka Bento, Bank BCA, Bank Mandiri, atau Kantor Pos Indonesia, tanpa diundang-pun bakal tertarik untuk membuka gerainya disini.

Di Jakarta, baru Stasiun Gambir yang dimenej secara profesional. Yang lain, hanya dikelola sekenanya dan terkesan abal-abal. Coba tengok Stasiun Pasar Senen, Stasiun Jatinegara, atau Stasiun Jakarta Kota! Tiga stasiun besar itu setiap harinya menampung ribuan calon penumpang. Namun tak pernah sedikitpun dilirik sebagai lokasi empuk untuk pengembangan usaha. Padahal kalau dikelola dengan baik, stasiun-stasiun ini akan mendatangkan keuntungan luar biasa. Dari sewa kios saja, berapa banyak keuntungan yang bisa didapat. Andaikan setiap stasiun bisa menyewakan 20 kios berukuran 3×4 meter, dengan harga sewa per tahun sebesar Rp 50 juta. Minimal Rp 1 miliar masuk ke kantong perusahaan. Belum lagi ditambah pendapatan sewa area untuk ATM dan space iklan, setidaknya Rp 1,5 milyar dalam setahun tak sulit diraih. Kalau di seputaran Jakarta saja, ada 20 stasiun yang bisa beroperasi seperti ini, maka Rp 30 milyar dalam setahun menjadi pemasukan tambahan bagi perusahaan.

Stasiun Gambir, Jakarta Pusat

Jika seluruh armada PT Comutter memiliki kualitas seperti KRL Express saat ini, maka pemasang iklan-pun akan berebut memanfaatkan space di kabin kereta. Selain itu, pemasangan iklan di lahan-lahan milik perusahaan sebenarnya juga bisa menjadi tambahan pendapatan. Jika Polda Metro Jaya saja bisa memanfaatkan atap-atap pos polisi untuk layar iklan, maka seharusnya PT Comutter-pun bisa memanfaatkan atap pos-pos penjaga lintasan untuk papan advertensi. Belum lagi jika PT Comutter mengelola website perusahaan yang berisi informasi dan jadwal kereta. Pengiklan-pun akan tertarik untuk ambil bagian di situs tersebut. Dari penyewaan area untuk pariwara saja, pendapatan Rp 100 milyar setahun sangatlah realistis. Ini baru penghasilan di luar jasa pengangkutan, belum dari penghasilan karcis.

Apabila stasiun direhabilitasi total — dengan penambahan loket penjualan karcis serta memagari sekelilingnya, maka tak ada lagi penumpang gelap yang bisa memanfaatkan jasa KRL secara cuma-cuma. Hal ini tentu akan meningkatkan pendapatan dari karcis kereta, yang selama ini mengalami kebocoran hingga 20%-30%. Untuk memberikan rasa aman bagi penumpang, selayaknyalah ditempatkan dua orang penjaga di setiap gerbong kereta. Para penjaga ini selain bertugas memeriksa karcis penumpang, juga untuk mencegah terjadinya pencopetan yang kerap kali terjadi di kereta listrik.

Untuk memberikan kemudahan bagi pengguna KRL, maka di setiap stasiun besar perlu adanya konektivitas antar moda. Dengan adanya interkonektivitas transportasi, akan memudahkan perpindahan penumpang dari moda yang satu ke moda yang lain. Saat ini baru Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Gambir yang sukses menerapkannya. Dari stasiun ini, penumpang bisa berpindah ke bus Transjakarta, taksi, atau bus kota tanpa harus berjalan jauh. Bahkan di Stasiun Gambir, untuk penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan melalui Bandara Soekarno-Hatta, juga tersedia bus Damri yang berjalan setiap 30 menit sekali.

KRL produksi INKA di Stasiun Tanjung Priok

Selain pembenahan stasiun, pembuatan rute-rute baru seperti halnya rute lingkar dalam kota, perlu diperbanyak. Menurut saya, rute kereta wisata merupakan lahan bisnis yang cukup menggiurkan. Jika kini PT Comutter baru membuka kereta wisata menuju Ancol, maka sudah semestinya pula dibuka kereta wisata tujuan Kota Tua atau Kebun Raya Bogor. Selain itu, kita bisa mencontoh Singapura, yang memberikan pelayanan wisata gratis bagi penumpang yang sedang transit di Bandara Changi. Dengan kereta listrik, penumpang diajak berkeliling ke seantero kota. Mereka juga diberikan waktu untuk berbelanja, membeli oleh-oleh serta barang-barang Made in Singapore. Paket ini ternyata mengangkat pamor Singapura sebagai kota belanja, sekaligus mendatangkan keuntungan bagi segenap warga kota. Dengan selesainya jalur kereta dari Manggarai menuju Bandara, diharapkan kita mampu meniru ide brilian dari negeri singa tersebut.

Pelayanan terbaik, stasiun yang modern, rute yang bervariasi, serta jadwal yang teratur, memungkinkan PT Comutter Jabodetabek menjadi perusahaan yang menguntungkan. Dengan kondisi apik seperti ini, diharapkan kereta listrik mampu menjadi sarana transportasi alternatif bagi warga yang biasa mengendarai mobil. Hal tersebut tentunya akan memberikan efek domino bagi penghematan ongkos ekonomi serta ongkos sosial masyarakat Jakarta. Dengan modernisasi kereta listrik, BBM bisa lebih dihemat, kemacetan menjadi berkurang, dan polusi tertanggulangi. Semoga dalam sepuluh tahun ke depan, mimpi kita mempunyai kereta listrik dengan fasilitas modern, bisa segera terwujud.

Iklan
Komentar
  1. mobil88 berkata:

    Anda orang yg luar biasa, tulisan Anda dapat menjadi sumber inspirasi, teruslah menulis !!
    http://mobil88.wordpress.com

    Suka

  2. angintenggaranusantara berkata:

    ide brilian, seandainya orang2 di pt kai com punya isi kepala seperti anda, saya yg warga bojong gede akan sangat menikmati perjalanan bojonggede-jkt setiap hari.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s