Posts Tagged ‘Rajendra Chola’


Rute Invasi Chola (sumber : www.mozaikminang.wordpress.com)

Di buku sejarah nasional, invasi Kerajaan Chola ke Nusantara tak pernah diulas secara mendalam. Padahal serangan pasukan Tamil dari India selatan itu, sempat mengguncang peradaban Melayu. Serangan itu juga disebut-sebut sebagai invasi terbesar bangsa India ke Asia Tenggara. Tahun 1025 merupakan awal kemunduran Imperium Sriwijaya. Karena di tahun itu, sebuah kerajaan yang cukup bersahabat, menyerang Sriwijaya tanpa ada peringatan terlebih dahulu. Sebenarnya tak ada alasan bagi Rajendra Chola I untuk menginvasi Sriwijaya. Sebab di tahun 1006, raja Vijayatunggavarman telah membangun wihara Chudamani di Nagapattinam, sebagai simbol persahabatan antara Chola dengan Sriwijaya. Malah sebelum invasi terjadi, seorang cendekiawan besar Budha : Atisa, baru saja pulang dari Sumatera (diperkirakan dari Muaro Jambi) ke India. Dampak dari serangan itu, ternyata cukup menikam mental orang-orang Sumatera. Perniagaan mereka terus menurun dan vassal-vassal-nya di Semenanjung Malaya mulai melepaskan diri. Pasca invasi tersebut, banyak dari etnis Tamil yang berdatangan ke Sumatera. Mereka diantaranya adalah kelompok pedagang Ayyavole 500 yang mendirikan koloninya di Barus (Lihat : Seribu Tahun Pesisir Barat Sumatera).

Hingga saat ini para sejarawan tak mengetahui pasti, apa yang melatarbelakangi Rajendra I untuk menginvasi Sriwijaya. Namun sejarawan India Nilakanta Sastri menduga, bahwa serangan itu terjadi karena adanya upaya Sriwijaya untuk menghalangi perdagangan Chola ke arah timur, khususnya ke Tiongkok. Dimana pada saat itu Sriwijaya yang mengendalikan Selat Malaka, memaksa kapal-kapal Tamil yang lewat untuk berhenti di pelabuhannya dan meminta pajak dalam jumlah besar. Teori lain mengatakan, adanya faktor geopolitik dan diplomatik dalam invasi tersebut. Dimana Raja Suryavarman I dari Khmer, meminta bantuan Rajendra I untuk melawan tetangganya : Tambralinga. Bantuan tersebut kemudian direspons oleh Tambralinga dengan meminta dukungan raja Sriwijaya : Sangrama Vijayatunggavarman. Nah, serangan ini diduga merupakan lanjutan dari proxy war antara Khmer versus Tambralinga.

(lebih…)

Relief Kapal Sriwijaya pada Candi Borobudur

Samaratungga merupakan anak-cucu dari wangsa Sailendra yang telah berkuasa di Jawa sejak tahun 752. Dia adalah maharaja Sriwijaya pengganti Wisnu. Untuk memperkuat kekuasaannya, ia menikahi Tara, putri Dharmasetu. Di pedalaman Kedu yang permai, Samaratungga menghadapi masalah cukup pelik. Loyalitas wangsa Sanjaya dan tuan-tuan tanah tak lagi berpihak kepadanya. Mencoba mengakhiri huru-hara ini, dia memperkuat aliansi dengan menikahkan putrinya Paramodavardhani dengan Rakai Pikatan, seorang putra raja Sanjaya : Rakai Garung. Namun usaha ini tak berbuah hasil. Malah Rakai Pikatan dengan bantuan istrinya, berhasil mengusir Balaputra — anak Samaratungga yang lain sekaligus pengganti tahtanya — kembali ke Palembang. Tahun itu berangka 850. Dengan terusirnya Balaputra, berakhir pula kekuasaan Sriwijaya selama satu abad di Jawa Tengah.

Rakai Pikatan yang ambisius dengan cepat memutus ikatan Sriwijaya dengan Jawa. Naiknya Pikatan, memaksa orang-orang Jawa pengikut Balaputra untuk angkat kaki. Dan merekapun bermigrasi ke Jawa Barat untuk mendirikan Kerajaan Banten Girang. Lepasnya Jawa dari Sriwijaya, mendorong para penguasanya untuk memperkuat kerajaan. Alhasil pada abad ke-10, Jawa dengan percaya dirinya menjadi penantang Sriwijaya. Berdirinya Banten Girang yang menguasai Banten dan Lampung, ternyata bagai duri dalam daging. Banten Girang yang diberikan kepercayaan untuk berdagang lada di wilayah Sriwijaya, ternyata berbalik arah menyokong saudara Jawa-nya : Dharmawangsa, untuk menyerang Palembang. Tahun 990, untuk pertama kalinya Jawa menyerang Sumatera. Penyerangan itu memporakporandakan Palembang, walau tak berakibat jatuhnya Sriwijaya ke tangan Jawa.

(lebih…)