Wallstreet dan Dollar Amerika

Wallstreet dan Dollar Amerika

Kebobrokan mesin ekonomi Amerika, satu per satu mulai terkuak. Setelah kasus subprime mortgage yang menjadi pemicunya di tahun 2007 lalu, berturut-turut kejadian besar terjadi disana. Kebangkrutan Lehman Brothers di pertengahan tahun 2008 ini, pemutusan hubungan kerja besar-besaran karyawan perusahaan otomotof the big three, sampai yang paling mutakhir kasus penipuan dengan skema ponzi.

Kasus penipuan ini cukup lucu dan tak beralasan untuk raksasa ekonomi sekaliber Amerika. Melihat kasus ini kita jadi bertanya-tanya, dimana fungsi pengawasan dan kontrol atas perusahaan investasi di negara itu. Kita tahu bahwa produk-produk instrumen keuangan terbitan Amerika, seperti reksadana, obligasi, asuransi, sampai produk derivatif-nya, selalu dinilai AAA+ oleh lembaga pemeringkat. Artinya bahwa produk-produk terbitan negeri ini, dinilai sebagai produk-produk yang aman dan paling menguntungkan. Dan lucunya lagi, banyak korban dari penipuan yang dimotori oleh Bernard Madoff ini ialah bank-bank besar seperti Royal Bank of Scotland, BNP Paribas, Nomura Holdings, dan orang-orang super kaya dunia.

Menurut laporan, kerugian atas kasus ini sebesar US$ 50 milyar. Luar biasa! Setara dengan Produk Domestik Bruto sebuah negara berkembang. Kini, setelah silang sengkarut kasus subprime mortgage ditambah penipuan dengan skema ponzi ini, terlihat bahwa (ternyata) produk-produk itu hanyalah akal-akalan semata. Janji keuntungan besar yang bisa diterima oleh investor, hanyalah omong kosong bualan para manajer investasi yang haus keuntungan.

Bernard Madoff

Bernard Madoff

Sekarang saja, hanya kredit macet subprime mortagage, telah membuat ciut ekonomi Amerika. Apalagi ditambah kasus ponzi ini, bisa-bisa banyak perusahaan keuangan yang bubar. Kemuka mungkin kita akan melihat lebih banyak lagi, produk-produk keuangan Amerika, yang rata-rata memiliki underlying yang rumit dan hampir di luar logika, akan runtuh seketika. Dan kalau ini terjadi, kita tahu akibatnya. Amerika yang 60% ekonominya dipompa oleh sektor keuangan bisa rubuh.

Belum lagi krisis keuangan yang menimpa the big three : General Motors, Ford, dan Chrysler. Yang sampai saat ini, senat Amerika belum mau memberikan dana talangan (bailout) untuk ketiga perusahaan tersebut. Senat Amerika mungkin benar, kinerja perusahaan ini yang terus merugi — terdesak oleh perusahaan otomotif Jepang dan Korea — tak layak dibantu. Tapi melepas the big three ke arah kebangkrutan juga tak sepenuhnya tepat. Kita tahu, the big three merupakan simbol kedigdayaan dan ikon industrialisasi Amerika. Dan lebih dari itu, industri otomotif banyak memperkerjakan anak negeri. Jika senat bersikukuh tak mau menggelontorkan dana untuk industri ini, mungkin kita tak akan melihat lagi kota Detroit yang bersinar dengan lampu-lampu pabrik otomotifnya. Kebangkrutan the big three, praktis menjadikan perusahaan-perusahaan otomotif Asia mendominasi dunia.

Kebangkrutan demi kebangkrutan yang terus susul menyusul, mungkin akan berujung pada lumpuhnya ekonomi Amerika. Jika kita runut ke belakang, semua ini karena kesalahan Bush Junior yang memutuskan untuk melanjutkan mission imposible ayahnya, menggempur serta menduduki Irak dan Afghanistan. Jangan disangka proyek ambisius ini tak membutuhkan dana besar. Konon dana yang harus dikucurkan untuk perang melawan terorisme, sampai menyedot anggaran negeri ini. Uang yang seharusnya diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat, untuk memompa daya belinya yang melemah, tersedot untuk kepentingan militer. Kita tahu misi ini gagal total. Keinginan Amerika untuk menguasai ladang-ladang minyak di Timur Tengah, plus membersihkan para teroris tak sepenuhnya tercapai.

Militer Amerika di Afghanistan (sumber : photoblog.nbcnews.com)

Militer Amerika di Afghanistan (sumber : photoblog.nbcnews.com)

Kegagalan ini diperparah dengan kebijakan ekonomi Amerika yang terlalu bebas. Liarnya perilaku para spekulan di pasar modal dan pasar komoditi, telah memperparah keadaan. Aksi spekulan melakukan transaksi short selling yang meruntuhkan saham Lehman seketika, serta manipulasi harga yang tak wajar atas komoditi-komoditi vital — seperti minyak bumi dan produk-produk pertanian — telah memukul telak perekonomian Amerika. Spekulasi, tak terbantahkan lagi telah menjadi biang keladi terjadinya inflasi yang melemahkan daya beli masyarakat Amerika.

Melihat hal ini, kini kita tahu, mengapa banyak pengamat yang pesimis melihat ekonomi dunia ke depan. Amerika, penyumbang seperempat ekonomi dunia, sedang berada di unjung tanduk. Melemahnya daya beli masyarakat Amerika, otomatis terhentinya impor dari banyak negara. China sebagai korban terbesarnya, telah merumahkan banyak pekerja. Bisa dibayangkan, China yang mengekspor segalanya, dari makanan, tekstil, sampai mainan anak-anak ke Amerika, harus menutup pabrik-pabriknya karena sepinya pembeli.

Imperium Romawi, Turki Ottoman, dan Uni Sovyet telah merasakan, kebijakan yang invasionis akan membawa pada malapetaka. Kini hal yang sama telah terjadi. Dan di depan mata, adidaya Amerika akan kolaps.

 
Sumber gambar : http://gabesguide.com

Lihat pula :
Kebangkitan Asia dan Inkompetensi Barat

Iklan
Komentar
  1. Kuncimas berkata:

    Bernard Madoff adalah seorang Yahudi.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s