Posts Tagged ‘Sejarah Nusantara’


Kapal VOC berlayar ke Nusantara

Kapal VOC berlayar ke Nusantara

Nusantara dalam kajian sejarah dunia, merupakan daerah pinggiran yang jarang tersentuh serta disorot secara menyeluruh. Sejarawan besar macam Arnold Toynbee-pun hanya mengulas sedikit kehidupan budaya dan sejarah masyarakat Nusantara dalam bukunya yang sensasional “Mankind and Mother Earth”. Dalam buku itu Arnold menulis bahwa kebudayaan Nusantara hanyalah perkembangan dari budaya India (Indian civilization influenced), seperti halnya budaya Benggala dan Urdhu.

Jika Arnold Toynbee hanya memintaslalukan perkembangan masyarakat Nusantara, namun ada beberapa pakar yang mengulas sejarah Asia Tenggara (Nusantara) secara mendalam dan menyeluruh. Diantara sejarawan-sejarawan tersebut ialah Dennys Lombard, Anthony Reid, dan Rovere van Bruegel. Ketiga sejarawan itu perlu mengulas Nusantara secara mendetail sebagai bangsa besar dan berpengaruh dalam percaturan perdagangan dunia. Merujuk dari beberapa karya sejarawan di atas, dalam artikel kali ini kita akan melihat dan meneropong Nusantara sebagai daerah yang maju, dan akhirnya menjadi bangsa yang miskin. Kita juga akan menengok penyebab dan dampak dari merosotnya perdagangan Nusantara sehingga akhirnya memiskinkan penduduk di kawasan ini.

(lebih…)

Iklan

Rosihan Anwar, sang penulis petite histoire.

Menarik membaca hasil pengamatan serta pandangan para peneliti asing, mengenai kehidupan masyarakat dan budaya Nusantara. Pada perjumpaan kali ini, kita akan melihat penuturan Olivier serta pandangannya mengenai kehidupan bangsa-bangsa Hindia Timur pada abad ke-19. Olivier hanya melihat tiga etnis pribumi dan dua etnis asing yang menonjol dalam kehidupan kerajaan-kerajaan Hindia Timur. Pengkategorian tiga etnis pribumi, Jawa, Melayu, dan Bugis, merupakan suatu bentuk simplifikasi para sejarawan dan budayawan asing mengenai bangsa-bangsa Hindia Timur. Melayu misalnya, mungkin Olivier menyamaratakan seluruh etnis yang hidup di pulau Sumatera dan Kalimantan sebagai etnis Melayu. Dalam hal ini etnis Aceh, Melayu Pesisir, Minangkabau, dan Ogan, dikelompokkan ke dalam etnis Melayu, yang mana secara kultural mereka sangat berbeda. Begitu juga dengan etnis Jawa, yang diartikan sebagai bangsa yang hidup di pulau Jawa, dan Bugis merupakan orang-orang yang berada di Sulawesi.

Mungkin pandangan Olivier dan peneliti-peneliti sealiran dengannya inilah, yang akhirnya diserap oleh pemerintahan Malaysia, untuk menggelembungkan jumlah etnis Melayu di Malaysia. Pemerintahan Malaysia pasca kolonialisme Inggris, telah menggolongkan perantau-perantau Aceh, Mandailing, dan Minangkabau sebagai etnis Melayu. Bahkan untuk kepentingan politis tersebut, Malaysia menggolongkan pula perantau-perantau asal Jawa, Banjar dan Bugis sebagai orang Melayu Malaysia, sehingga kini secara keseluruhan etnis “Melayu” di Malaysia berjumlah 60% dari total populasi, melebihi China (25%) dan India (15%). Jikalau kita melihat secara cermat, mungkin etnis Melayu asli tidaklah akan lebih dari 20% di Malaysia.

(lebih…)