Beginilah suasana Bandung di akhir pekan : ramai, riuh, dan meriah. Sejak dibukanya tol Cipularang tahun 2005 lalu, Bandung bagaikan magnet bagi para shopaholic. Khususnya buat pecinta fesyen. Tak hanya warga Jakarta yang berburu barang-barang murah, orang Malaysia dan Singapura-pun ikut membelanjakan uangnya disini. Malah sebagian warga Malaysia, merasa lebih kerasan berbelanja disini tenimbang di Bangkok. Selain faktor budaya, banyaknya pilihan busana serta makanan halal, menjadi alasan mereka untuk melancong ke Bandung. Mengutip data Badan Promosi Pariwisata Daerah Jawa Barat, pada periode Januari – Oktober 2013 terdapat 96.000 wisatawan asal Malaysia yang mendarat di Bandung. Angka ini belum termasuk jumlah pelancong yang melalui Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Berdasarkan pengamatan penulis, dalam tiga tahun terakhir setidaknya lebih dari 120.000 wisatawan Malaysia yang datang ke Bandung setiap tahunnya.
Factory Outlet dan Fesyen Berkualitas
Sepuluh tahun lalu, ramai wisatawan Malaysia yang pergi berbelanja ke Bukittinggi. Kala itu Bukittinggi terkenal sebagai “pusat” busana muslim dengan motif dan model bervariasi. Disamping kerja tangannya yang halus, disana mereka juga bisa mendapatkannya dengan harga miring. Tak salah jika kemudian banyak diantara mereka yang rela membelanjakan ratusan hingga ribuan ringgit, untuk mendapatkan baju-baju muslim berkualitas. Meski nama Bukittinggi tetap melekat dibenak mereka, namun kota itu kini sudah tak semenarik dulu lagi. Kecuali masakannya yang enak dan pemandangan yang indah, Bukittinggi tak lagi menjadi rujukan orang-orang Malaysia untuk berburu pakaian. Sebab di kota ini, selain busana muslim tak ada lagi model pakaian yang diproduksi secara massal. Disini jarang sekali kita menemukan home-home industry yang mau memproduksi baju model tank top. Rok mini atau jins-jins belel yang saat ini cukup digandrungi para remaja, juga sulit untuk dijumpai. Bukan tak ada orang yang mau membeli, namun adat basandi syarak yang menjadi pedoman masyarakat Minangkabau, seolah menabukan barang-barang semacam itu.
Berbeda dengan Bukittinggi, Bandung menawarkan segalanya. Disini ruang kreativitas dibuka selebar-lebarnya. Tak ada adat, tak ada syariat, yang bisa mengekang kebebasan mereka. Oleh karenanya, apapun model fesyen yang sedang berkembang, disini akan segera diproduksi. Di Bandung tak hanya pakaian muslim yang diperjual-belikan, baju-baju indie dengan model diluar mainstream, juga menjadi jualan kota yang dijuluki Paris van Java itu. Cobalah tengok di sepanjang Jalan Dago, disini puluhan factory outlet menawarkan baju, celana, tas, dan sepatu yang tak ada di pasaran. Produk-produk ini melengkapi barang impor yang kebanyakan datang dari China. Disamping produk impor, Bandung juga menciptakan barang tiruan berkualitas. Merek-merek seperti Hermes, Hugo Boss, dan Louis Vuitton, dengan mudahnya dapat Anda jumpai disini.
Berbicara mengenai factory outlet (FO), Bandung memang rajanya. Di kota ini setidaknya ada empat kluster yang menjadi pusat berkumpulnya FO-FO berkualitas, yakni Jalan Dago, Jalan Setiabudi, Jalan Cihampelas, dan Jalan Riau. Dari sekian banyak FO yang berdiri, Rumah Mode merupakan outlet yang paling sering dikunjungi. Butik yang terletak di Jalan Setiabudi No. 41 ini, bagaikan surga bagi para pemburu produk “branded”. Namun jangan dikira barang bermerek disini asli semua, sebagian besar malah banyak yang imitasi. Disamping menawarkan aneka fesyen dengan model terbaru, disini kita juga bisa menikmati segelas capuccino serta kudapan khas kota kembang. Keberadaan ikan koi serta patung-patung etnik di pelataran, semakin menambah semarak suasana berbelanja. Dari lima buah patung di Rumah Mode, yang paling menarik adalah patung Dewi Saraswati. Patung setinggi dua setengah meter itu acap menjadi latar bagi para pengunjung yang hendak berfoto-foto. Tak jauh darisini, berdiri pula beberapa distro, seperti Best Choice (No. 158), Natural (No. 43), Zenith (No. 64), House of Donatello (No. 45), dan FOS (No. 56).
Tak kalah dengan Jalan Setiabudi, di Jalan R.E Martadinata atau yang lebih dikenal dengan Jalan Riau, banyak pula kita jumpai outlet-outlet yang menjual pakaian, celana, dan pernak-pernik pendukungnya. Ada beberapa outlet di ruas ini yang sering disinggahi para turis. Diantaranya For Men (No. 36), Stamp (No. 38), Secret (No. 47), dan Summit Boutique (No. 61). Namun dari sekian banyak distro fesyen di Jalan Riau, mungkin Heritage-lah yang cukup ternama. Berlokasi di Jalan Riau No. 63, FO ini memanfaatkan rumah warisan kolonial yang berarsitekturkan Yunani. Selain baju-bajunya yang rancak, di sebelah bangunan ini terdapat pula kafe mini tempat Anda bisa duduk-duduk sambil menikmati secangkir kopi.
Jalan Dago atau Jalan Ir H. Juanda merupakan ruas terpanjang, tempat dimana puluhan outlet besar berada. Semula ruas ini merupakan kompleks pemukiman warga keturunan Belanda. Namun lambat laun, area ini berubah menjadi kawasan komersial dengan dibukanya KFC, Galael Pasar Swalayan, dan Plaza Dago. Menempati rumah-rumah berarsitekturkan art deco, tumbuh pula aneka factory outlet yang menawarkan produk-produk indie. Diantara outlet yang ada, nampaknya Grande Fashion Gallery yang cukup ramai. Galeri yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 118 itu, banyak menawarkan fesyen untuk pria dewasa. Bagi Anda yang berbadan besar, tak usah khawatir tak mendapatkan pakaian berukuran XL atau XXL disini. Sebab butik ini juga menjual baju-baju untuk ukuran orang Eropa.
Kawasan Dago boleh dibilang sebagai pusatnya factory outlet. Disini selain Grande Fashion Gallery hadir pula Raffles City (No. 106), Victoria (No. 111), Glamour (No. 108), Blossom (No. 112), Jetset (No. 116 dan No. 166), The Uptown (No. 84), Runway (No. 94), dan Level (No. 138). Hampir keseluruhan outlet tersebut berada di kawasan Dago Atas. Tepatnya di sekitar kampus Institut Tekonologi Bandung.
Di Jalan Cihampelas, banyak pula berdiri outlet-outlet fesyen. Namun disini yang menjamur adalah penjual celana jins. Dua diantaranya adalah Super Rambo Jeans yang berada di Jalan Cihampelas No. 136 dan Korek Api Jeans (No. 170). Disini selain jins buatan lokal, ada pula jins-jins bermerek yang dibanderol dengan harga bersaing. Burberry Jeans misalnya, bisa dijual seharga Rp 170.000. Disamping harga jins-nya yang terjangkau, yang menarik dari ruas ini adalah banyaknya patung-patung super hero — seperti Rambo, Superman, Ultraman, dan Spider Man, yang menghiasi fasad toko.
Selain empat ruas jalan di atas, sebenarnya Bandung masih memiliki pusat-pusat perbelanjaan menarik lainnya. Diantaranya ialah Cihampelas Walk, Paris Van Java, Bandung Indah Plaza, Bandung Super Mall, Abdurrahman bin Auf Trade Centre, Jalan Cibaduyut, Metro Dallas Plaza, serta yang juga populer : Pasar Baru Trade Centre. Pasar yang terletak di tengah-tengah kota Bandung ini menjual aneka macam kain, baju, kerudung, celana, sepatu, tirai, tas, sprei, dari berbagai macam motif dan ukuran. Di akhir pekan, pasar yang berdiri sejak tahun 1906 ini tak hanya dikunjungi oleh warga Bandung dan sekitarnya, namun juga turis-turis asal Malaysia. Bahkan seorang calon penganten asal negeri jiran, rela terbang jauh-jauh dari Kuala Lumpur, hanya mencari baju serta bedding set untuk keperluan pernikahannya. Luar biasa !
Kuliner
Disamping fesyen, Bandung juga terkenal dengan makanannya. Beberapa jenis kuliner khas kota kembang yang cukup kesohor adalah siomay dan batagor. Di Bandung, ada banyak outlet yang menjual makanan khas tersebut. Salah satunya ialah Batagor Riri di Jalan Burangrang No. 41. Selain Riri yang juga sering dicari orang ialah Batagor Kingsley (Jalan Veteran No. 25). Keduanya memiliki pelanggan fanatik masing-masing. Sekilas dua merek ini memiliki rupa yang sama. Namun jika ditinjau lebih lanjut, agaknya Batagor Riri terasa lebih nikmat. Karena selain digoreng kering, rasio antara tepung dan tenggirinya juga terasa pas. Bulir-bulir kuah kacangnya-pun agak pekat. Sehingga ketika bakso tahu goreng itu masuk ke mulut, terasa kriuk-kriuk dan berderuk. Kalau Anda mencoba Kingsley, mungkin rasanya-pun tak kalah enak. Tapi entahlah, soal rasa mungkin kita bisa berbeda.
Selain siomay dan batagor, kudapan khas kota Bandung lainnya ialah roti bolen. Untuk jenis yang satu ini, Kartika Sari jagoannya. Ada beberapa outlet Kartika Sari di seantero Bandung Raya. Namun yang mudah dijangkau ada di Jalan Ir. H. Juanda No. 85 (Dago) serta di Jl. Akbar No. 4 dekat Stasiun Kebon Kawung. Meski Kartika Sari juga menjual kue brownis, namun para pelancong lebih memililh merek Amanda (pusatnya di Jalan Rancabolang No. 29). Selain lebih lembut, brownis kukus Amanda juga memiliki rasa yang bervariasi. Saat ini satu kotak brownis dijual rata-rata seharga Rp 26.000 – Rp 50.000. Jika Anda mendapatkannya jauh di bawah itu, hati-hati ! boleh jadi Anda membeli Amanda palsu. Meski kemasannya mirip dengan yang asli, namun Amanda palsu memiliki tekstur agak kasar serta rasa yang jauh dari memuaskan.
Disamping kulinernya yang khas, Bandung juga memiliki restoran serta kafe-kafe yang nyaman. Salah satu resto yang tergolong baru dan banyak dikunjungi orang adalah Maja House. Berlokasi di Jalan Sersan Bajuri No. 72, resto ini menawarkan makanan ala Barat-Indonesia. Beberapa menu andalannya seperti lasagna, nasi goreng, dan sop buntut, banyak digemari orang. Soal harga, cukup worth it-lah dengan rasa dan suasana yang disajikan. Selain Maja House, Sierra Cafe & Lounge (Jl. Bukit Pakar Timur No. 33) juga mengambil konsep serta nuansa tropical garden. Berada di utara kota Bandung, tempat ini merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati pemandangan Bandung dari ketinggian. Selebihnya tak ada yang istimewa di restoran ini, termasuk rasa makanannya yang terbilang standar.
Satu lagi tempat makan yang cukup favorit ialah Restoran Mak Uneh. Berdiri di Jalan Setiabudi No. 159, restoran ini selalu ramai oleh pengunjung. Menawarkan menu khas Sunda seperti gurame, udang, dan sayur asam, Mak Uneh memiliki rasa di atas rata-rata resto Sunda lainnya. Jika Anda ingin menikmati steak ala Bandung, mungkin The Food Opera di Jl. Ir. H. Juanda No. 72 bisa menjadi pilihan. Disamping makanan ala Barat, disini Anda bisa pula mencoba makanan khas Timur Tengah seperti nasi briyani atau nasi kebuli.
Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo (sumber : http://www.tripadvisor.com)
Ke Bandung tak lengkap rasanya jika tak menikmati budaya khas masyarakat setempat. Ada banyak macam budaya dan adat istiadat Sunda yang bisa kita temui disini. Namun yang cukup familiar dan masih terawat hingga saat ini ialah angklung. Angklung merupakan jenis alat musik instrumen yang biasa dimainkan bersama. Tak seperti alat musik lainnya, untuk menciptakan harmoni dan lagu, minimal harus ada delapan orang yang memegang alat musik ini. Masing-masing dari mereka memainkan delapan not tangga nada, dari do hingga do tinggi. Untuk merasakan sensasi bermain angklung, di Bandung ada tempatnya, yakni di Saung Angklung Udjo. Saung angklung ini terletak di Jalan Padasuka No. 118 dan buka setiap hari dari pukul 10.00 sampai 20.00. Disini selain bisa bermain angklung, Anda juga dapat melihat proses pembuatannya dari berupa bambu hingga penyetelan nada.
Untuk menikmati pertunjukan angklung — yang dimainkan oleh anak asuh Mang Udjo, Anda dikenakan biaya sebesar Rp 60.000 (khusus turis asing : Rp 100.000). Pertunjukan ini tak hanya memainkan lagu-lagu Sunda atau lagu Indonesia kontemporer, namun juga lagu-lagu Barat seperti “My Heart Will Go On”. Tak hanya itu, saung yang didirikan oleh Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati ini juga menyajikan pertunjukan wayang golek dan tari-tarian Sunda. Yang tak kalah serunya, diakhir performance para pengunjung akan diajak menari dan bermain angklung bersama. Pokoknya, datang ke Saung Udjo serasa menyelami kultur Sunda yang eksotik.
sumber gambar : http://www.skyscrapercity.com
Lihat pula :
1. Wisata Belanja di Jakarta
2. Melancong ke Kota Tua Jakarta
3. Berwisata ke Ranah Minang
4. Jakarta-Bandung pp
5. Banyak Libur di Bali
6. Pariwisata Indonesia
salam kenal dari bandung
SukaSuka
Salam kenal Bung Eduard.
SukaSuka
Salam Kenal dan Salam Sukses dari Kami
Jajanan Arek Suroboyo
SukaSuka
Liburan ke Bandung banyak sekali yang menarik. Mulai dari tempat wisata, tempat belanja dan juga wisata kulinernya yang enak-enak. Mari kakak liburan ke Bandung
SukaSuka