Archive for the ‘Ekonomi Bisnis’ Category


Jokowi melakukan groundbreaking pabrik smelter Freeport (sumber : presidenri.go.id)

Bulan Oktober nanti Presiden Joko Widodo akan memasuki masa purna tugas. Dalam satu dekade kepemimpinannya, sudah banyak pencapaian yang beliau torehkan khususnya di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Jika kita menyigi data pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka capaian dalam 10 tahun terakhir ini tak bisa dibilang biasa-biasa saja. Di tengah perang dagang antara Amerika vs China serta konflik Rusia vs Ukraina, kita masih bisa mencetak pertumbuhan di atas 5%. Memang di tahun 2020-2022 ekonomi kita sedikit melambat dan sempat mengalami pertumbuhan negatif. Namun setelah pandemi usai (2023), pertumbuhan kita kembali menggeliat dan berada di kisaran 5%. Berbeda dengan di era SBY, pertumbuhan ekonomi di masa Jokowi boleh dikata sudah lebih sehat. Walau angkanya tak setinggi di masa Yudhoyono, namun pada termin kedua pemerintahan Jokowi kita sudah tak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah. Agaknya program hilirisasi yang beliau canangkan sejak tahun 2020 lalu, cukup berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kita.

Selain melakukan hilirisasi minyak kelapa sawit, pengolahan bijih nikel kini juga menjadi handalan Indonesia. Dari pengolahan bijih nikel saja, dalam kurun waktu tiga tahun Indonesia sudah menciptakan nilai tambah ekspor 25 kali lipat. Dimana pada tahun 2020 nilai ekspor produk tersebut hanya sebesar USD 1,4 miliar, dan di tahun 2023 sudah melonjak ke angka USD 34,8 miliar (setara Rp 528 triliun). Karena ekspor kita yang didominasi barang hasil olahan itulah, maka sejak bulan Mei 2020 (52 bulan berturut-turut) neraca perdagangan kita terus mengalami kelebihan. Walau terjadi penurunan sebesar USD 5,47 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun di tahun 2024 Indonesia sudah membukukan surplus senilai USD 18,85 miliar. Di periode pertama kepemimpinan Jokowi kita juga pernah mengalami surplus selama 18 bulan (Januari 2016-Juni 2017), namun nilainya tak sebesar yang sekarang ini. Berbeda dengan surplus perdagangan di periode pertama yang masih ditopang barang-barang tambang, surplus perdagangan di termin kedua lebih ditunjang oleh hasil industrialisasi.

(lebih…)

Tesla Y vs BYD Atto 3

Pada bulan Januari lalu, Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok merilis laporan jumlah penjualan kendaraan penumpang di negeri tersebut. Dalam laporan itu dinyatakan bahwa pada tahun 2023, Tiongkok untuk pertama kalinya menjadi eksportir kendaraan penumpang terbesar di dunia. Menurut laporan CNBC yang mengutip dari Wind Information, dinyatakan bahwa Tiongkok telah menjadi pemuncak eksportir kendaraan penumpang dengan jumlah yang diekspor mencapai 4,14 juta unit. Sementara itu Jepang — yang sebelumnya merajai kendaraan penumpang, hanya mengekspor 3,98 juta unit. Laporan itu juga menyebutkan kalau lebih dari 70% mobil yang diekspor masih berupa kendaraan berbahan bakar minyak. Kendaraan jenis ini sebagian besarnya ditujukan untuk pasar Rusia dan Meksiko. Berbeda dengan kedua negara tersebut, ekspor kendaraan Tiongkok ke Uni Eropa sudah berupa mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Belgia dan Inggris adalah dua negara pembeli terbesar mobil listrik buatan China.

Jika kita membedah merek kendaraan listrik yang diekspor, maka akan terlihat kalau jenama otomotif asal Amerika : Tesla, masih menjadi eksportir mobil listrik terbesar dari Tiongkok. Jumlahnya mencapai 344.078 unit. Lalu di peringkat kedua ada merek asli Tiongkok : BYD, yang telah mengekspor lebih dari 242.000 unit. Larisnya penjualan BYD di luar negeri disebabkan karena harganya yang miring. Jika dibandingkan dengan Tesla, maka harga jual BYD sekitar 20% – 30% lebih murah. SUV BYD Atto 3 misalnya, dibanderol dengan harga USD 51.011, sedangkan sedan Tesla model Y dijual seharga USD 65.400. Padahal keduanya memiliki spesifikasi yang hampir sama. Murahnya produk keluaran BYD, lantaran mereka mampu melakukan efisiensi biaya di segala lini. Terlebih Tiongkok telah memiliki ekosistem mobil listrik yang mumpuni, sehingga tak sulit bagi perusahaan besutan Wang Chuanfu itu untuk memenuhi komponennya dengan harga murah. Ini pulalah kemudian yang mendorong Tesla untuk membangun pabriknya di Shanghai, agar bisa bersaing dengan pabrikan mobil listrik asal China.

(lebih…)

Bulan Agustus lalu, Fortune Indonesia kembali meluncurkan daftar 100 perusahaan Indonesia terbesar di tahun 2022. Mengikuti metode perhitungan Fortune 500, peringkat yang disusun pada daftar tersebut dihitung berdasarkan pendapatan yang diperoleh sepanjang tahun 2022. Dalam daftar itu, ada 19 perusahaan BUMN serta satu BUMD yang kalau dijumlah memiliki pendapatan sebesar Rp 2.882,43 triliun. Angka ini tergolong cukup besar. Karena jika dibandingkan dengan 80 perusahaan selebihnya, pendapatan 20 perusahaan plat merah itu masih lebih besar. Perlu diketahui, total revenue 100 perusahaan yang masuk ke dalam daftar ini mencapai Rp 5.632,45 triliun. Artinya, perusahaan milik pemerintah memiliki proporsi sekitar 51%. Dari sepuluh perusahaan terbesar, enam merupakan perusahaan milik negara, yakni Pertamina, PLN, BRI, Bank Mandiri, Telkom, dan MIND ID. Selebihnya adalah dua perusahaan asing, yakni Astra International (# 3), perusahaan otomotif yang kini dikuasai oleh Jardine Matheson (Hongkong), serta H.M Sampoerna (# 10) perusahaan rokok yang sekarang menjadi milik Philip Morris (Amerika Serikat). Sedangkan dua lainnya adalah perusahaan swasta nasional, yakni Adaro Energy (# 8) dan Gudang Garam (# 9).

Jika kita melihat pendapatan perusahaan-perusahaan asing, jumlah mereka belumlah begitu signifikan. Dari 100 perusahaan, hanya 23 yang tercatat sebagai perusahaan dengan mayoritas kepemilikan asing. Total pendapatannya sekitar Rp 1.027,34 triliun atau setara 18%. Di industri perbankan, dari 13 bank yang masuk daftar, hanya ada 6 bank asing yang kesemuanya bercokol di papan menengah dan bawah. Bank-bank itu merupakan ex bank nasional yang kemudian diambil alih oleh perbankan asing. Diantaranya adalah Bank Niaga yang diakuisisi CIMB (Malaysia), Bank Danamon yang dibeli Mitsubishi UFJ (Jepang), dan Bank BTPN yang dikendalikan Sumitomo Mitsui (Jepang). Dari keenam bank asing tersebut, tak ada satupun yang beroleh pendapatan di atas Rp 25 triliun. Yang terbesar adalah Bank CIMB Niaga dengan revenue Rp 21,81 triliun. Diikuti oleh Bank Danamon Indonesia (Rp 21,32 triliun) dan BTPN (Rp 17,91 triliun). Jika dibandingkan dengan bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) — yang kesemuanya berpendapatan di atas Rp 25 triliun, keberadaan bank-bank asing tidaklah begitu terasa.

(lebih…)

Tiktok Shop Live Shopping (sumber : cnn.com)

Hari Rabu kemarin (4 Oktober), pemerintah melalui Kementerian Perdagangan resmi menghentikan kegiatan Tiktok Shop. Aplikasi besutan ByteDance itu diduga telah mematikan sebagian besar usaha kecil-menengah, terutama yang berjualan di pasar-pasar tradisional. Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang mengungkapkan, biasanya mereka beroleh omset sekitar Rp 20 juta per harinya. Tapi sejak kehadiran Tiktok Shop, omset mereka anjlok hingga mencapai 90%. Kegusaran para penggalas ini bukan karena mereka gaptek terhadap perkembangan teknologi, namun lebih kepada harga-harga barang di aplikasi tersebut yang tak masuk akal. Jilbab misalnya, yang biasa dibanderol seharga Rp 75.000 per helai, di Tiktok Shop cuma dijual Rp 5.000.

Murahnya harga barang di Tiktok Shop, disinyalir karena adanya predatory pricing yang diterapkan para produsen asal Tiongkok. Dimana mereka menjual barang-barangnya di bawah harga pokok produksi atau HPP. Para produsen itu berani melakukan strategi seperti ini, sebab mereka telah beroleh untung dari pasar domestik di negaranya. Oleh karenanya ketika mereka masuk ke Indonesia, mereka menggunakan keuntungan tersebut untuk mensubsidi barang-barang yang dijual murah disini. Strategi seperti ini dikenal dengan istilah dumping. Dengan adanya strategi dumping yang dilakukan oleh produsen Tiongkok, tentu akan merusak pasaran dalam negeri, yang pada gilirannya akan membunuh para pengusaha UMKM. Terlebih sekitar 60% pendapatan domestik kita ditopang oleh UMKM.

(lebih…)

Tahun 2020 lalu, Presiden Amerika Donald Trump menjatuhkan sanksi kepada perusahaan teknologi asal China : Huawei. Sanksi ini merupakan puncak dari kemarahan pemerintah Amerika terkait adanya dugaan operasi mata-mata (spy operation) yang dilakukan pemerintah Tiongkok melalui perusahaan-perusahaan teknologinya : Huawei dan ZTE. Dalam keterangan resminya, Trump mengatakan bahwa hukuman yang dikeluarkannya itu adalah untuk melindungi keamanan nasional Amerika yang sedang dimata-matai Tiongkok. Atas sanksi tersebut, Departemen Perdagangan Amerika mewajibkan kepada Huawei beserta 70 perusahaan afiliasinya, untuk meminta ijin kepada pemerintah Amerika terlebih dahulu ketika hendak membeli mikrochip yang diproduksi dengan menggunakan teknologi Amerika. Tak hanya itu, Departemen Kehakiman Amerika juga menahan CFO Huawei : Meng Wanzhou, dan mendakwanya dengan 23 dakwaan atas berbagai dugaan kejahatan, termasuk penipuan bank dan mencuri rahasia dagang.

Mendengar sanksi serta dakwaan yang dikenakan kepada Huawei, pemerintah Tiongkok lantas tak tinggal diam. Dalam keterangannya, pemerintah China membantah kalau mereka sedang memata-matai Amerika. Mereka juga menyatakan kalau alasan keamanan yang dilontarkan oleh Trump hanyalah alibi untuk menghambat perkembangan industri semikonduktor Tiongkok. Melalui situs berita resminya : Global Times, pemerintah China mengancam untuk melakukan pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika seperti Qualcomm, Cisco, serta Apple. Mereka juga melagak untuk menangguhkan pembelian pesawat dari Boeing, serta memblokir perusahaan chip : Micron Technology. Terakhir, pemerintah China berencana untuk mengganggu rantai pasok semikonduktor dunia dengan menghentikan ekspor germanium dan gallium. Dua bahan baku penting dalam pembuatan semikonduktor yang mana lebih dari separuhnya dikuasai Tiongkok.

(lebih…)

Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Baru saja kemarin kita merayakan pendapatan per kapita Indonesia tembus ke angka USD 4.000. Eeh di tahun ini sudah tembus ke USD 5.000. Angka tersebut diprediksi oleh lembaga moneter internasional : IMF, yang dirilis pada bulan April lalu. Pencapaian ini tentu cukuplah baik, mengingat di tahun 2020 lalu, pendapatan masyarakat kita masih di angka USD 3.911. Kenaikan pendapatan ini juga diharapkan akan menurunkan tingkat kesenjangan masyarakat (koefisien Gini), yang mana pada tahun 2022 lalu masih berada di angka 37,9. Jika secara nominal pendapatan per kapita kita tahun ini diprediksi berada di angka USD 5.016, maka secara paritas daya beli (purchasing power parity) hampir menyentuh USD 16.000 – tepatnya di angka USD 15.855.

Meski terjadi lonjakan, namun pendapatan per kapita Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia. Di tahun ini, diprediksi pendapatan per kapita global berada di angka USD 13.440 (nominal) dan USD 22.226 (PPP). Jika dihitung secara nominal, pendapatan kita masih kurang dari separuh pendapatan masyarakat dunia. Apalagi kalau menggunakan ukuran negara maju — dimana menurut IMF pendapatan per kapita (nominal) negara maju harus sebesar USD 30.000, Indonesia masih jauh sekali! Untuk itu, program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Jokowi harus digenjot sekencang-kencangnya. Sehingga di tahun 2045 nanti (100 tahun Indonesia merdeka), pendapatan per kapita kita bisa mencapai USD 30.000.

(lebih…)

Sejak tahun 2017, Indonesia seperti kebanjiran gerai minuman kekinian. Beberapa merek seperti Kopi Kenangan, Kopi Kulo, Haus, Janji Jiwa, Teguk, dan Esteh Indonesia, seolah-olah tak mau ketinggalan dengan melakukan ekspansi dimana-mana. Diantara beberapa merek tersebut, baru Kopi Kenangan yang beroleh titel unicorn. Perusahaan yang didirikan oleh tiga sekawan Edward Tirtanata, James Prananto, dan Cynthia Chaerunissa itu, telah memiliki 878 outlet per November lalu. Jumlah ini tumbuh sekitar 51,5% dibandingkan akhir tahun 2021. Pantas! di setiap sudut kota terutama di Pulau Jawa, kedai kopi ini dengan mudah kita jumpai. Untuk pendapatannya, konon pada tahun lalu merek yang terkenal dengan kopi gula arennya itu berhasil menjual sekitar 60 juta cup kopi. Yang jika dikonversikan setara Rp 1,2 triliun. Dengan injeksi modal mencapai Rp 5 triliun, omset sebesar itu boleh dibilang cukup reasonable. Pesaingnya : Janji Jiwa, juga tak kalah mengkilap. Perusahaan yang bernaung di bawah Jiwa Group itu telah memiliki lebih dari 900 gerai. Untuk menunjang penjualan kopinya, Jiwa Group juga menawarkan roti premium. Sepotong sandwich spicy bulgogy misalnya, dibanderol seharga Rp 32.000. Melihat penjualan kopi serta rotinya yang tergolong laris, saya memprediksi pendapatan perusahaan ini sedikit di atas Kopi Kenangan.

Mengambil segmen market yang berbeda, dua tahun lalu giliran Esteh Indonesia yang menyeruak ke pasar. Kedai teh yang diinisiasi oleh Haidhar Wurjanto itu, seolah-olah tak mau mengikuti perlombaan kedai kopi yang berdarah-darah. Seperti berlayar di samudera biru, saat ini Esteh telah memiliki lebih dari 1.000 gerai. Jumlah ini tentu akan terus bertambah seiring dengan target sang pendiri yang akan terus berekspansi ke seluruh Indonesia. Agar mereknya lebih dikenal, Esteh tak ragu-ragu menggaet Nagita Slavina. Selebritis yang sedang naik daun itu, didapuk sebagai CEO perusahaan sejak Juli 2022 lalu. Satu lagi pemain minuman kekinian yang tak main-main adalah Teguk. Memang outlet-nya belum sebanyak Esteh atau Janji Jiwa. Tapi perusahaan minuman yang didirikan oleh Maulana Hakim dan Najwa Wahab itu telah membuka gerainya di New York City. Meski baru Teguk yang membuka cabangnya di luar negeri, tapi ini patut diapresiasi. Sebab di era pasar bebas sekarang ini, kesempatan untuk berkembang semakin terbuka. Siapapun bisa merambah mancanegara dan perusahaan asing-pun bisa masuk ke Indonesia.

(lebih…)

Dasaad Musin Concern

Kalau Anda menyusuri kawasan Kota Tua Jakarta, maka Anda akan bersua dengan bangunan tua bercat putih. Bangunan ini terletak di Jalan Kunir, 100 meter sebelah utara Museum Fatahillah. Pada bagian muka gedung itu tertulis “Dasaad Musin Concern”, nama perusahaan sang pemilik : Agus Musin Dasaad. Mungkin Anda asing dengan nama tersebut, tapi tidak dengan generasi 1950-an. Di masa itu, ia dikenal sebagai pengusaha terkemuka dan menjadi salah seorang terkaya di Indonesia. Dasaad disebut-sebut sebagai ATM-nya Bung Karno. Dia banyak mendanai aktivitas Soekarno, baik sebelum kemerdekaan terlebih-lebih lagi setelah Indonesia berdaulat. Dasaad lahir di Sulu, Filipina, tahun 1905. Ayahnya berasal dari Menggala, Lampung, sedangkan ibunya orang Sulu. Di usianya yang baru menginjak satu tahun, keluarganya pindah dan menetap di Lampung. Ia lalu tumbuh dan menjalani pendidikan dasar disana. Setelah menyelesaikan pendidikan bisnis dan magang di Singapura, tahun 1923 Dasaad memulai debut bisnisnya. Ia menjual hasil bumi yang diperolehnya dari Palembang, Lampung, dan Bengkulu, kemudian dijualnya ke Jawa, Singapura, hingga Filipina. Pada pertengahan 1930-an, ia berkongsi dengan Ayub Rais, Abdul Ghany Aziz, serta kakak-beradik Djohan dan Djohor. Mereka mendirikan Firma Malaya Import Maatschappij yang mengimpor produk tekstil dari Jepang. Dari bisnisnya itu, mereka kemudian muncul sebagai orang-orang kaya baru di Hindia Belanda.

Di tahun 1941, ia mengakuisisi pabrik tekstil : Kancil Mas di Pasuruan. Setelah itu perputaran bisnisnya langsung meroket hingga mencapai 10 juta gulden per tahun. Seperti mitranya yang lain — Ayub, Djohan-Djohor, dan Ghany; Dasaad banyak membantu perjuangan kemerdekaan. Tak cuma mendanai, ia juga duduk sebagai anggota BPUPKI. Selama revolusi fisik, ia terlibat dalam penyelundupan senjata serta obat-obatan. Koneksinya di Singapura, turut memperlancar pasokan senjata kepada kaum republik. Untuk mengonsolidasi bisnisnya, pada tahun 1946 ia membeli gedung di kawasan Kali Besar. Ya, gedung itu adalah Dasaad Musin Concern yang dimilikinya hingga tahun 1958. Entah mengapa gedung ini kemudian dijualnya. Mungkin untuk menutupi hutang-hutangnya yang semakin membengkak. Di masa Orde Baru, bisnis Dasaad semakin menurun. Perusahaan-perusahaan keagenan miliknya mengalami kerugian yang cukup parah. Sebagaimana dicatat Richard Robison dalam bukunya Indonesia : The Rise of Capital, Dasaad merupakan agen produk-produk Amerika, seperti Lockheed, Westinghouse, dan Kaiser Aluminum. Faktor lainnya, karena ia merupakan orang dekat Soekarno. Dimana pemerintahan ketika itu tak terlalu menyukai para pendukung Bung Karno. Dasaad berpulang pada bulan November 1970, lima bulan setelah Soekarno wafat.

(lebih…)

Konflik Rusia-Ukraina sudah memasuki bulan keempat. Namun hingga saat ini kita belum melihat tanda-tanda bahwa konflik ini akan berakhir. Sebagian pihak menilai, bahwa konflik ini memang ada yang mengipasi agar pihak yang menangguk untung bisa mendapat profit lebih banyak lagi. Dalam catatan sejarah, konflik antara Rusia-Ukraina bukan terjadi baru-baru ini. Tapi sudah berlangsung sejak tahun 2014 lalu. Dimana ketika itu Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea yang merupakan bagian dari Ukraina. Latar belakang konflik tersebut dipicu oleh keinginan etnis Rusia di Krimea yang ingin bergabung dengan Rusia. Entah benar entah tidak, konon katanya keinginan tersebut hanyalah setting-an penguasa Moskow agar Rusia bisa menguasai Laut Hitam. Kalau ditarik lebih jauh lagi, sebenarnya perseteruan antara dua negara bertetangga itu telah berlangsung lama, yakni ketika Kekaisaran Rusia berkuasa. Kala itu rakyat Ukraina acap di-bully oleh para tsar Rusia. Setelah Kekaisaran Rusia runtuh di tahun 1917, Ukraina-pun tak otomatis menjadi negara berdaulat. Mereka dipaksa masuk ke dalam federasi Uni Sovyet yang dipimpin oleh Rusia.

Meski beberapa penguasa Soviet ada yang berdarah Ukraina, namun sebagian besar masyarakat Ukraina tak nyaman berada di bawah bayang-bayang Rusia. Ukraina menganggap Rusia sebagai tetangga yang resek, yang maunya menang sendiri. Akibat ketidaknyamanan itu, setelah merdeka di tahun 1991 Ukraina bertekad untuk bergabung dengan masyarakat Barat – dalam hal ini NATO dan Uni Eropa. Melihat keinginan Ukraina yang hendak bergabung dengan blok Barat, membuat Rusia ketar-ketir. Vladimir Putin — presiden Rusia — takut, jika Ukraina masuk NATO, maka Amerika akan menjadikan negeri itu sebagai basis pangkalan militernya. Ini tentu akan mengancam keamanan dan stabilitas Rusia. Mengingat Ukraina merupakan halaman depan yang berbatasan langsung dengan Rusia. Karena itulah, maka berkali-kali Putin meminta Zelensky (presiden Ukraina) untuk tidak bergabung dengan NATO. Namun karena Ukraina merasa sebagai negara berdaulat — yang sudah tak nyaman dengan perundungan yang diterimanya selama ini – keputusan bergabung dengan NATO-pun sudah menjadi tekad mereka. Buntunya perundingan antara Putin dan Zelensky, berujung pada invasi Rusia di akhir bulan Februari lalu.

(lebih…)

Jack Ma di Bursa New York

November tahun lalu, otoritas bursa China menjatuhkan sanksi denda kepada tiga perusahaan financial techonology : Alibaba, Baidu, serta JD.com, masing-masing sebesar RMB 500.000 atau setara USD 78.000. Sanksi tersebut muncul akibat perusahaan-perusahaan ini tak melaporkan aksi korporasinya sejak tahun 2012 lalu. Ini merupakan lanjutan dari kegeraman pemerintah Tiongkok terhadap perusahaan-perusahaan digital disana yang dianggapnya semakin hari semakin memonopoli. Salah satu aksi korporasi yang tak dilaporkan itu adalah akuisisi yang dilakukan oleh Baidu pada tahun 2012 dan 2021. Dalam aksi korporasi tersebut terungkap bahwa Baidu beserta perusahaan otomotif Zhejiang Geely Holdings telah membentuk perusahaan baru yang memproduksi kendaraan dengan energi terbarukan. Aksi korporasi lainnya dilakukan oleh Alibaba pada tahun 2014 lalu, ketika perusahaan yang berbasis di Hangzhou itu mengakuisisi perusahaan digital mapping dan navigasi : AutoNavi. Selain itu, di tahun 2018 Alibaba juga membeli 44% saham Ele.me dan menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan layanan pengantar makanan tersebut.

Sebelum pengenaan sanksi, di awal tahun lalu, pendiri Alibaba : Jack Ma hilang secara misterius. Banyak media yang bilang, Ma diusir dari China karena terlalu keras mengkritik pemerintah. Memang beberapa kali dia menyudutkan pemerintah dengan kata-kata yang pedas. Salah satu kritiknya adalah mengenai regulasi perbankan di China yang menurutnya sudah usang. Ma berpendapat, regulasi saat ini akan menghambat inovasi di China, karena bank-bank hanya berani meminjamkan dana kepada perusahaan yang memiliki tangible asset. Padahal perusahaan-perusahaan seperti Alibaba dan Tencent, cuma punya human capital yang menjadi modal usahanya. Gara-gara kritik tersebut, pemerintah China-pun naik pitam. Otoritas langsung melakukan investigasi terhadap perusahaan induk Alibaba : Ant Group, dan melarangnya melantai di Bursa Hongkong dan Shanghai dua hari sebelum tanggal pencatatan.

(lebih…)